Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
Ini adalah pertama kalinya Aruna menjalani pengobatan dengan ditemani oleh Johan. Meski Aruna sudah menolaknya dengan keras, bahkan sedikit kasar. Tapi Johan tetap memaksa.
Tatapan yang benar-benar berbeda yang Aruna rasakan. Seharusnya dia tidak melakukan itu, karena Aruna akan semakin terjebak dengan harapannya. Dia hanya ingin menyerah dan ikhlas untuk meninggalkan dunia ini. Karena Aruna sadar, harapannya tidak lebih besar dari perasaannya.
Beberapa kali Aruna muntah karena efek dari pengobatan ini. Dan Johan selalu membantunya, memegang wadah dan ingin memijat tengkuk lehernya, tapi Aruna selalu menepis setiap tangan Johan ingin menyentuhnya. Seolah dia menjaga diri agar tidak terluka lagi. Karena selama ini, tangan itu yang selalu menimbulkan luka di tubuhnya.
"Kak, tidak usah. Biar aku sendiri saja, jijik" ucap Aruna.
"Kenapa harus jijik? Kamu adalah istriku dan aku harus merawat istriku yang sedang sakit"
Aruna terdiam mendengar itu, dia kembali merebahkan kepalanya di atas bantal. Memejamkan mata saat merasakan sakit yang luar biasa dia rasakan. Johan yang melihat itu, merasa sangat tidak tega. Jika bisa dia ingin menukar posisinya dengan Aruna sekarang. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk meringankan rasa sakitnya.
"Kuat ya, kamu harus bertahan demi aku" Johan ingin mengelus kepala Aruna, tapi langsung di tepis pelan oleh Aruna.
Aruna membuka matanya saat merasakan tetesan air mata mengenai pipinya. Aruna tertegun saat melihat Johan yang menangis disana. Bahkan sampai sesenggukan.
Aruna ingin bertanya kenapa Johan sampai menangis, tapi dia memilih diam. Karena semakin Aruna memberikan perhatian padanya, maka harapan dalam diri Aruna semakin besar.
Johan membukukan tubuhnya, keningnya dan kening Aruna menempel. Tangisan masih belum selsai. Tangannya mengelus kepala Aruna dengan lembut. Kali ini Aruna tidak bisa menepisnya.
"Tolong bertahan untuk aku, Sayang"
Air mata Aruna lolos begitu saja dari sudut matanya. Mendengar Johan memanggil seperti itu, malah semakin membuatnya sakit. Kenapa? Kenapa baru sekarang? Di saat Aruna sudah tidak yakin dengan waktunya yang bisa lebih lama bersama Johan.
Keduanya malah menangis dengan perasaan sakit masing-masing. Melihat Aruna yang seperti ini, sungguh membuat Johan merasa lebih sakit dari sebelumnya. Dia takut sekali Aruna akan pergi meninggalkannya, hal yang tidak akan bisa dia lalui jika benar itu terjadi. Johan, sudah banyak melakukan kesalahan, tapi tolong jangan ambil Aruna hanya karena ingin menghukumnya atas kesalahan yang dia perbuat. Johan tidak akan siap untuk itu.
"Sayang kuat ya, demi aku. Jangan meninggalkan aku lagi. Kamu tidak tahu bagaimana aku yang hampir gila karena kepergianmu"
"Ini yang kamu inginkan, Kak. Aku pergi meninggalkanmu dan tidak mengganggumu lagi"
Aruna memalingkan wajahnya, masih merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Aruna masih belum bisa menerima kehadiran Johan dan segala perhatiannya. Aruna masih berpikir jika Johan datang padanya dan bersikap seperti ini, hanya karena rasa bersalah dan kasihan saja.
*
Aruna kembali ke ruang rawat, setelah melakukan pengobatan, maka tubuhnya akan sangat lemas. Dia hanya bisa terbaring di ranjang pasien tanpa bisa melakukan apapun. Seluruh tubuhnya seolah remuk dan itu menyakitkan.
Johan masih berada disana, menjaganya dan selalu menemaninya. Meski Aruna masih jelas menolak kehadirannya, meski tidak terlalu keras.
Seorang Dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan. Johan langsung berdiri dan membiarkan Dokter memeriksa keadaan Aruna
"Anda adalah suaminya?"
"Iya Dok, bagaimana keadaan istri saya?"
Dokter perempuan itu menghela nafas berat, seolah dia tidak sanggup untuk menjelaskan. "Bisa ikut ke ruangan saya? Hal ini perlu dibicarakan dengan serius"
"Baik Dok"
Johan beralih pada Aruna kembali, menatap wanitanya yang tertidur itu. "Sayang, aku pergi sebentar. Istirahat yang baik ya"
Setelah itu, dia segera mengikuti Dokter keluar dan pergi menuju ruangannya. Duduk berhadapan dengan terhalang meja kerja Dokter. Sudah sejak kemarin Johan ingin mengetahui semua tentang keadaan Aruna, namun Dokter belum mempunyai waktu luang.
"Aruna mengalami kanker ginjal yang semakin parah. Meski dia terus melakukan kemoterapi, tapi itu tidak bisa. Dia harus di operasi dengan segera, saat ini masih memungkinkan karena baru satu ginjal yang terkena dan belum menyebar ke anggota tubuh lain. Aruna harus segera menjalani operasi donor ginjal. Tapi, dia tetap menolak sejak hari dia setuju untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani pengobatan. Aruna ingin mempertahankan bayinya. Karena dia bilang, hanya bayi itu yang dia punya"
Dada Johan terasa sesak sekali, bahkan perutnya kembali terasa mual. Kenyataan ini semakin membuatnya shock dan bingung harus melakukan apa. Kepalanya mulai pusing dan dia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Sekarang tidak ada pilihan, mau Ibu atau bayinya yang selamat. Karena jika terus mempertahankan kehamilannya, maka nyawa keduanya juga tetap tidak akan tertolong. Kanker ini cepat menyebar luas, belum satu tahun, tapi satu ginjalnya sudah benar-benar rusak. Dan memungkinkan akan menyebar ke anggota tubuh lainnya. Dan mempertahankan bayi itu hingga lahir sekitar 4 bulan lagi, tidak akan mungkin"
"Bukannya saya merasa lebih tahu akan takdir seseorang dibandingkan Tuhan. Tapi, ini adalah nyata. Keadaan Aruna tidak baik-baik saja. Sejak saya mengetahui jika dia mengandung, maka saya sudah beri saran untuk tidak melanjutkan kehamilan itu. Tapi Aruna tetap tidak mau, dan pada akhirnya sekarang keadaannya semakin memburuk"
Johan menghembuskan nafas dengan berat, semua ucapan Dokter sudah jelas memintanya memilih diantara dua nyawa yang berharga untuknya. Namun, apa bisa Johan menentukan pilihan diantara calon anaknya dan istrinya? Rasanya sulit sekali.
"Silahkan buat keputusan, karena kami juga hanya berusaha, sementara Tuhan yang berkehendak"
Saat keluar dari ruangan Dokter, langkah kaki Johan seolah tidak menapaki bumi. Rasanya dia sudah tidak bisa berpikir jernih, jiwanya seolah tak menyatu dengan raga. Memikirkan bagaimana dengan nasib anak dan istrinya sekarang.
Kembali ke ruang rawat Aruna, Johan terdiam melihat Aruna yang sudah terbangun dan sedang duduk bersandar di atas ranjang pasien. Johan berjalan gontai padanya.
Johan mendongak dan menatap wajah pucat Aruna, bahkan dadanya semakin sesak saat tatapan matanya beralih ke perutnya yang membuncit. Apa dia harus mengorbankan darah dagingnya untuk bisa mempertahankan wanitanya?
Johan mengelus pipi tirus Aruna, lalu beralih pada kepalanya. Aruna sudah ingin menepis tangannya, tapi ditahan oleh tangan Johan yang lainnya. Rambut Aruna kembali menempel di tangannya, kali ini cukup banyak hingga kulit kepala Aruna terlihat.
"Sayang ..." Johan tidak bisa berkata-kata lagi, matanya mulai berkaca-kaca melihat keadaan Aruna.
"Tidak papa, besok aku akan menggunduli rambutku seperti yang lainnya. Dipertahankan juga percuma, akan terus seperti ini" ucap Aruna, mengambil rambut rontok di tangan Johan dan tersenyum dengan miris. Matanya tetap berkaca-kaca, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.
*
Johan menatap Aruna yang tenang dalam tidurnya. "Aku tidak mau kehilanganmu, kamu harus bertahan"
Dan aku akan mengambil keputusan mulai sekarang.
Bersambung
~~ kenapa Superman poni keritingnya cuma satu...??
jawabannya.. kalau banyak namanya supermie..iya kaaaaan????