Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Naisa segera menyusul temannya Lalu melambaikan tangan ke arah Rani, dan dibalas lambaian tangan oleh Rani.
Rani tampak melirik jam tangan dan melihat waktu istirahat tinggal 45 menit lagi.
Rani bergegas keluar dari kantor untuk mencari makan di tempat makan yang berada di depan kantor Rani, biasanya Rani dan Naisa makan disana jika sedang tidak membawa bekal.
Kebetulan tadi pagi Rani merasa ingin makan di luar dan memutuskan tidak membawa bekal dan hanya memasak untuk bekal Aditya dan Vania saja.
Rani sedang menunggu lampu merah, setelah lampu merah Rani menyebrang jalan, dan segera masuk dan memesan.
Rani segera duduk di meja di dekat jendela dengan tujuan agar dapat melihat ke arah luar.
"Mba permisi." Kata Rani pada salah satu pelayan di sana.
"Iya silahkan Bu, mau pesan apa?." Kata Pelayan tersebut.
"Mba saya mau nasi goreng satu porsi sama jus alpukat." Kata Rani.
"Baik Bu, ditunggu sebentar ya." Kata Pelayan.
Rani hanya mengangguk diiringi senyuman manis di wajahnya.
...----------------...
Daniel yang sedang dalam perjalanan untuk makan siang melihat Rani menyebrang di depan mobilnya.
"Itu Rani." Kata Daniel.
Segera setelah melihat Rani, Daniel lalu memarkirkan mobilnya dan mengikuti Rani masuk ke tempat makan tersebut.
Daniel melihat Rani menatap ke arah luar jendela Degan mata berbinar. Daniel benar-benar merasa bersalah pada Rani, kenapa dirinya tak mengatakan yang sebenarnya, tapi Daniel yakin Aditya akan meminta maaf kepada Rani dan menjelaskan semuanya, meskipun sampai hari ini belum ada kemajuan.
"Maafin aku Ran."
"Jika Aditya tak mau berubah aku yang akan mengurusnya." Gumam Daniel sambil menatap Rani.
"Permisi pak mau memesan." Kata salah satu pelayan restoran.
Rani yang sedang melihat-lihat interior restoran tersebut melihat paras yang tak asing.
Rani yang melihat Daniel sedang berbicara dengan pelayan restoran nampak menhan diri untuk menyapa.
"Saya pesan jus alpukat aja mba." Kata Daniel.
"Baik pak, ditunggu sebentar ya." Kata pelayan.
Segera setelah pelayan restoran menjauh Rani melambaikan tangannya.
"Haii." Kata Rani pada Daniel.
Daniel yang melihat Rani melambaikan tangan segera mendekat ke arah Rani dan duduk tempat di depan Rani.
"Kamu disini?." Kata Rani.
"Iya lagi cari makan siang." Kata Daniel sambil memperbaiki dasinya.
"Kebetulan banget ya, aku juga mau makan siang." Kata Rani.
"Engga,, nggak kebetulan." Batin Daniel.
"Iya kebetulan banget, kamu makan sendiri? Yang lain mana?." Kata Daniel.
"Lagi meeting, tadi sih rencananya mau makan siang bareng tapi tiba-tiba ada panggilan meeting." Kata Rani.
"Permisi pak, Bu ini pesanannya." Kata pelayan resto sambil menaruh makanan dia tas meja.
"Terima Kasih mba." Kata Rani.
"Sama-sama, selamat menikmati." Kata pelayan resto sambil meninggalkan meja mereka.
"Masih suka jus alpukat Ran?." Kata Daniel sambil menyeruput jus di depannya.
"Masihh, kamu jadi suka jus alpukat juga kan gara-gara aku." Kata Rani sambil diiringi tawa.
"Iyaa, padahal dulu rasanya nggak enak." Kata Daniel sambil mengangkat gelas jus.
"Kamu sama Aditya gimana akur aja?." Kata Daniel menyelidik.
"Iya aman." Kata Rani sambil menyuap nasi goreng di depannya.
"Kamu nggak maka El?." Tanya Rani.
"Nggak pengin, ini minum jus udah cukup." Kata Daniel.
"Oh iya kamu udah tau belum?." Kata Rani sambil mulut dipenuhi nasi goreng.
"Telen dulu." Kata Daniel terkekeh.
Rania segera mengunyah nasi goreng di mulutnya.
"Siska sekarang tinggal di rumah aku sama mas Aditya." Kata Rani.
"What?!." Daniel terkejut.
"Kenapa bisa?." Kata Daniel.
"Kata Siska dia lagi berantem sama orang tuanya, terus minta tolong ke aku sama mas Adit katanya mau tinggal di rumah kita untuk sementara, aku pikir karena ada kamar kosong kenapa nggak? kasihan juga Siska." Kata Rani sambil terus menyuap nasi goreng di depannya.
"Brengsek si Aditya, dia aja belum ngejelasin semuanya ke Rani tapi malah bawa pelacur itu ke rumah?!." batin Daniel.
"Kamu kenapa el kok diem?." Tanya Rani.
"Engga, aku kaget aja." Kata Daniel menutupi.
Setelah selesai menyantap makanannya Daniel dan Rani segera bangkit dari duduk mereka.
Rani mendekat ke arah kasir dan hendak mengeluarkan uang dari dompetnya.
"Nggak usah aku aja." Kata Daniel pada Rani.
"Gapapa aku sendiri aja." Kata Rani menolak.
Daniel tak menjawab dan hanya menhan tangan Rani, sambil menyerahkan kartu ke kasir.
"Ini pak kartunya." Kata Kasir.
Lalu Rani dan Daniel tampak keluar dari restoran. Daniel tampak menenteng dia gelas es kopi.
"Nih buat kamu." Kata Daniel memberikan satu cup pada Rani.
"Thank you." Kata Rani sambil meminum kopi yang dipeganya.
"Terima kasih traktirannya El, kapan-kapan gue baka traktir balik deh." Kata Rani.
"Iya sama-sama." Kata Daniel.
"Oke kalau gitu gue balik ke kantor dulu ya." Kata Rania ambil melambaikan tangannya dan di balas oleh Daniel.
Rani tampak melangkah dan menjauh dari Daniel.
"Anda aku dikasih kesempatan untuk bisa memiliki kamu, aku janji aku akan jaga kamu sebaik-baiknya manusia menjaga manusia lain Ran." Kata Daniel lirih.
Rani tiba-tiba berhenti melangkah dan menengok ke belakang, mata keduanya bertemu Lalau Rani kembali melambaikan tangannya.
Tanpa diduga dari arah lain, mobil menabrak Rani yang sedang melambaikan tangan.
Orang-orang yang juga sedang menyebrang tampak terkejut dengan kejadian di depannya, Rani menyebrang dengan posisi lampu merah.
Mobil yang menabrak Rani terus menginjak gasnya.
Tubuh Rani lalu terpental dan jatuh di jalan dengan kepala yang bercucuran darah.
Daniel yang melihat kecelakaan Rani di depannya tampak terdiam beberapa detik lalu berlari ke arah ranis ambil menitikkan air matanya.
"Ran bangun Rani." Teriak Daniel sambil memangku kepala Rani. Kemeja Daniel bercucuran darah Rani.
"Panggil ambulan tolong, tolong." Kata Daniel sambil terus mengelus kepala Rani.
Daniel terus memanggil Rani, berharap Rani akan terbangun dan melihatnya. Namun Rani tak merespons sama sekali. Daniel merasa tak berdaya melihat kondisi Rani.
Saat itu, beberapa orang mulai berkumpul di sekitar mereka. Seseorang ada yanng menelepon ambulan dan yang lain ada yang memberikan pertolongan pertama, Daniel enggan melepaskan Rani dari pangkuannya berharap Rani membuka mata dan menatapnya.
"Ran bangun." Kata Daniel sesenggukan.
Setelah menunggu beberapa menit ambulan datang.
Para petugas segera mengamankan Rani, dan Daniel yang sudah berlumuran darah mengikuti masuk ke dalam ambulan.
"Bapak wali dari ibu ini?." Kata Petugas. Namun Daniel tampak tak menjawab dan hanya menatap kosong ke arah wajah Rani.
"Bapak."Panggil lagi petugas.
"Bapak tolong fokus." Kata petugas.
Daniel memikirkan kondisi terburuk yanga akan di alami Rani, mungkin Rani tidak akan sadar lagi. Daniel tidak akan sanggup jika sesuatu terjadi pada Rani.
Daniel menggelengkan kepalanya, berusaha untuk mengusir pikiran buruk di kepalanya.
"Tolong,,, tolong selamatkan dia." Kata Daniel dengan suara bergetar.
"Bapak tetap kuat, temani istri bapak." Kata petugas sambil memasangkan oksigen pada Rani.
...Ketika ketakutan akan kehilangan seseorang mulai ditunjukkan, itu berarti perasaan mulai menggiringmu ke arah cinta yang lebih dalam dan tak terpisahkan. Saat itu, kamu mulai menyadari betapa berharganya orang tersebut bagi hidupmu, dan pikiran tentang kehilangan mereka menjadi tidak tertahankan....