NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Ibu Kejam

Transmigrasi Ke Tubuh Ibu Kejam

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Time Travel / Anak Genius / Ibu Pengganti / Mengubah Takdir / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: aif04

Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.

Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.

Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?

Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahasa kuno

Melisa merasa lega dan puas saat air dingin menelusuri tenggorokannya yang kering, memberikan sensasi menyegarkan yang langsung menghilangkan rasa dahaga. Suara air yang jernih dan tenang di kolam membuatnya merasa lebih santai, sementara sinar matahari yang menembus dedaunan hutan, menciptakan bayangan yang menari-nari di sekitarnya. Bau tanah lembab dan dedaunan hijau juga menambahkan kesan alami yang menyegarkan. Kolam di hutan itu tampaknya menjadi temuan yang berharga bagi mereka, memberikan kesempatan untuk melepas dahaga dan merasa lebih segar.

"Huh...segarnya..!!" ujar Melisa kembali meneguk air itu. Ia merasa seperti sedang berada di surga, dengan air yang segar dan jernih.

"Hei, kenapa anda tidak minum?" tanyanya pada Ian yang hanya menatapnya saja.

"Kau yakin meminum air itu?" tanya Ian, dengan melipat tangan di depan dada. Ia terlihat seperti sedang mempertanyakan keputusan Melisa.

"Tentu saja, air ini bersih dan segar. Lagipula bukankah ini juga tidak beracun," ujar Melisa, menatap ke arah pria yang juga menatapnya.

"Bersih? Apa kau serius?" tanya Ian.

"Tentu saja, lihatlah ini begitu jernih," Melisa mengambil air menggunakan kedua tangannya lalu mengarahkan pada pria itu. Ia merasa seperti sedang menunjukkan sesuatu yang sangat jelas dan tidak bisa disangkal.

"Lihat kesana!" pintanya dengan menunjuk ke ujung kolam itu.

"Apa itu?" tanya Melisa, karena jarak ia tidak bisa melihat dengan jelas.

"Mayat manusia," jawab Ian, membuat Melisa terdiam seketika. Entah mengapa, perutnya terasa berputar.

"Anda berbohong, itu tidak lucu," Melisa menatap tajam pada pria itu.

"Tidak percaya? Maka lihat ini," Ian lalu mengeluarkan sihir dari tangannya sehingga mayat itu mendekat pada mereka.

"HUEK..." "HUEK..." Melisa benar-benar memuntahkan isi perutnya saat melihat mayat seorang pria dengan bagian dadanya yang terlihat bolong. Jangan tanyakan bagaimana bentuk yang lainnya, karena Melisa benar-benar mual melihatnya.

"Apa kau hamil?" tanya pria itu tanpa rasa bersalah.

"Huek..Apa anda gila? Huek..." Kesal Melisa, ia benar-benar merasa marah dan jijik.

"Kenapa anda tidak mengatakan dari tadi sebelum saya meminumnya," kesal wanita itu.

"Kau tidak bertanya," Ian tampak begitu tidak perduli.

"Dasar menyebalkan!" teriak Melisa, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

Sedangkan Ian hanya tersenyum melihat bagaimana wanita itu kesal padanya.

"Cukup lucu," gumamnya, tapi senyuman itu menghilang kala melihat mayat yang sudah membusuk tersebut.

"Dia bukan manusia," gumamnya, lalu pergi dari sana mengikuti Melisa yang telah lebih dahulu meninggalkannya.

Sedangkan Melisa masih dengan kesal terus berjalan menjauhi pria itu. Ia bahkan masih bisa merasakan dengan jelas bagaimana perutnya yang masih berputar saat ini.

"Menyebalkan...dasar menyebalkan...huek..." ia terus melangkah ke depan.

"Ahh!" teriak Melisa, saat ia merasakan sesuatu yang keras dan besar menghalangi jalannya. Ia tidak bisa melihat apa itu karena ia masih terlalu kesal dan tidak bisa berpikir jernih.

"Bugh.."

"Aw..." Ujarnya dengan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. "Apasih itu?" tanyanya lalu menatap ke depan. "Tidak ada apapun disini tapi kenapa seperti ada sesuatu yang ku tabrak," gumamnya lagi lalu mengangkat kedua tangannya dan meraba ke udara. "Ada sesuatu disini tapi kenapa dia tidak terlihat?" semua penuh teka-teki membuat kepala Melisa semakin pusing. Kenapa sih dunia ini semakin tidak jelas.

"Itu sihir penghilang benda, karenanya kau tidak bisa melihat objek yang telah di lapisi oleh sihir tersebut," suara pria dari belakang membuat Melisa langsung menoleh pada Ian. Entah sejak kapan pria itu ada disana.

"Sihir penghilang benda?" tanyanya yang kembali menatap kearah tempat ia menabrak sesuatu.

"Iya, sihir yang tidak terlalu banyak orang ketahui karena kesulitan mempelajarinya dan menurut mereka bahwa sihir ini tidak terlalu berguna," jawab Ian, saat ini pria itu telah berdiri tepat di samping Melisa dengan tangan yang ia lipat didepan dada.

"Tidak berguna?" Tanya Melisa dengan cukup pelan.

"Hmm..." Ian menghela nafas, "Orang-orang itu saja yang bodoh, justru sihir ini sangat berguna," lanjutnya, suaranya terdengar sangat yakin.

"Kenapa kau bisa bicara seperti itu?" tanya Melisa, dengan pandangan lurus pada objek itu.

"Itu sangat mudah, begini bayangkan jika sihir ini digunakan pada barang yang orang pikir hilang ternyata ada disana. Lebih mudahnya anggap saja kita ingin menghancurkan bangunan musuh maka buat saja banyak kertas peledak lalu letakkan di bangunan saat musuh lengah dan juga tanamkan sihir penghilang benda ini, maka anda tau bukan apa yang terjadi. Kalaupun orang tahu jika kita masih menggunakan sihir peledak tapi butuh waktu lama bagi mereka atau mungkin mustahil untuk menemukannya," jelas Ian.

"Kenapa akalmu sangat banyak jika untuk menghancurkan sesuatu," heran Melisa.

"Itukan hanya contoh, oh ya bahkan sangat bahaya jika sihir ini digunakan oleh penjahat, bayangkan berapa banyak barang bukti yang akan dihilangkan," tambah Ian, dengan nada yang serius.

"Ya itu teori yang cukup masuk akal," Melisa dengan menganggukkan kepalanya.

"Apa salahnya jika kau langsung saja mengatakan jika aku ini pintar," tanya Ian.

"Tidak akan," jawab Melisa dengan cepat, membuat Ian tersenyum.

"Menyebalkan!" kesalnya.

"Baiklah saya lelah jika harus marah-marah tidak jelas dengan anda jadi lebih baik kita cari tahu bagaimana cara menghilangkan efek sihir itu dari benda ini," ujar Melisa, dengan meraba benda yang tampak tidak terlihat tapi masih jelas bisa dirasakan.

"Itu mudah, kau hanya perlu menebak apa benda itu," ujar Ian, dengan nada yang santai.

"Kau gila, mana saya tahu apa benda ini," jawab Melisa, ia benar-benar tidak bisa untuk tidak kesal pada pria itu.

"Aku bercanda," Ian mengatakan dengan wajah datarnya.

"Tidak ada orang yang bercanda dengan wajah sedatar anda itu," ujar Melisa memincingkan matanya menatap Ian.

"Ada itu aku," jawabnya.

'Bajingan ini selalu saja pandai jika berdebat,' batin Melisa.

"Cepat katakan bagaimana cara kita melepas sihir ini," kali ini Melisa tengah frustasi saat mengetahui bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apa yang ada di depannya ini.

"Tentu saja dengan menggunakan sihir pelepasannya," jawab Ian.

"Ckck, dimana kita bisa mendapatkan seseorang yang bisa menggunakan sihir itu?" wanita itu memegang kepalanya merasa pusing dengan semua ini.

"Kau bisa menanyakannya pada menara sihir kekaisaran," jelasnya dengan sesekali melirik pada Melisa.

"Tuan Ian yang terhormat, keluar dari sini saja tidak bisa, lalu bagaimana cara saya bisa menanyakannya pada menara sihir. Lagipula saya penasaran dengan benda ini karena mungkin ada petunjuk agar kita bisa keluar. Jika saya bisa keluar dari sini maka saya tidak butuh lagi benda ini," jelas Melisa dengan sekuat tenaga menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

"Ternyata begitu...aku bisa melakukan sihir pelepasan itu," ujar Ian yang saat ini tengah menatap santai pada Melisa yang sudah frustasi.

"Kenapa anda tidak mengatakan dari tadi!" suara Melisa meninggi saat mengetahui kenyataan.

"Kau tidak bertanya," jawab Ian dengan santai.

"Astaga, sepertinya saya lebih baik bicara dengan monster tadi daripada dengan Anda," kesal Melisa. Sudah berapa kali pria ini membuatnya harus kehilangan kesabaran.

"Begitukah, maka aku akan memanggilkan monster itu untuk bicara padamu," ujar pria tersebut.

"Dasar menyebalkan! Cepat hilangkan sihir itu," Melisa meminta dengan kesal bahkan ia menghentakkan kakinya karena kekesalan yang menumpuk di kepalanya.

"Hmmm," pria itu mengangkat tangannya, lalu seperti ada cahaya merah yang keluar dari tangannya. Tak lama, sebuah batu dengan tulisan terpampang di hadapan mereka.

"Wah...ini seperti prasasti..." Kagum Melisa.

"Prasasti? Apa itu?" tanya Ian pada Melisa.

'Sepertinya di dunia ini tidak ada yang namanya prasasti,' batin Melisa.

"Lupakan, saya hanya salah bicara saja," ujar Melisa, berusaha mengalihkan perhatian.

"Bukankah sebaiknya kita melihat apa yang tertulis di sini," tambah Melisa, berusaha mengalihkan perhatian Ian ke prasasti itu.

"Tapi ini?" Melisa benar-benar terkejut saat melihat bahwa prasasti itu ditulis dengan menggunakan bahasa negaranya.

Sebenarnya di tempat ini mereka menggunakan bahasa yang berbeda dari kehidupannya di bumi dulu. Untung saja ia secara ajaib bisa menggunakan bahasa negeri ini dengan lancar.

"Ini bahasa kuno, apa kau bisa membacanya?" tanya Ian.

"Ini bahasa kuno?" tanya Melisa, berpura-pura tidak tahu.

"Iya, ini bahasa kuno," ujar Ian.

'Hahaha, akhirnya aku memiliki satu hal yang unggul di dunia ini,' senang Melisa, berpikir bahwa ia memiliki kelebihan dalam bahasa kuno ini.

"Asal anda tahu, saya sangat ahli dalam bahasa kuno ini. Bahkan lebih ahli dari orang yang pernah anda lihat selama ini," wanita itu benar-benar sangat percaya diri dengan kemampuannya.

1
Kardi Kardi
AMAZING STORIEEEE
Kardi Kardi: hmmmm. sad but trueee
total 1 replies
Aryanti endah
bawangnya bnyk bngt sih thor
Erlina Ibrik
Luar biasa
Kardi Kardi
hmmm. bersatulah kalian dalam damaiiiii
Kardi Kardi: hmmm. that trueee
total 1 replies
kagome
Thankyou Thor. kamu penulis yg hebat. sukses selalu 😇
Mirna Wati
sial cerita ini begitu mengandung bawang dan sialnya lagi saya ngga bisa sekip begitu saja kelanjutan dari cerita ini/Grimace/
Kardi Kardi
istrimu oranh baikkkkk. PANGERANNNN
Kardi Kardi: yuhuuuu. she is good WIFEEEEE
total 1 replies
Kardi Kardi
heheeee. BAD MANNN/Scream/
Kardi Kardi: olanggg jaattttt/Sweat/
total 1 replies
Kardi Kardi
AMAZING FAMILYYYYY
Kardi Kardi: heheee. little familyyyy
total 1 replies
Kardi Kardi
ANEH. BENAR-BENAR ANEH NIH BAPAK & ANAK
Kardi Kardi: hmmm. yuppp. ANEHHH/Scream/
total 1 replies
Kardi Kardi
DASAR ULAR KASUR. ULAR KASURRRR
Kardi Kardi: surtiiii-tejoooo
total 1 replies
Kardi Kardi
hahaaaa. RAJA DI KIBULIIIII
Kardi Kardi: heheeeeeee. belum tau diaaa
total 1 replies
Kardi Kardi
KDRT bisa iniiiiii
Kardi Kardi: heheee. itu tidak mungkinnnn
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
Anik Yusiana
terima kasih thor.bagus banget
Îen
sumpah sihhhh ini salah satu novel yg bikin ga pengen pisah....mo diksh ber bab2 extra chap ttg kabahagiaan mereka aku ga bakal bosen...thanks buat novel yg sangat2 menghibur kk author...sukses slalu👏👏👏👏👏👏👏
Kardi Kardi
LITTLE FAMILYYYYYY/Proud/
Kardi Kardi
hmmm. good novelllll💖
Kardi Kardi
HMMM. BANYAK SEKALI MAKIANNN. BAJINGANNN
Kardi Kardi: yuppp. kasarrrrrnyooo
total 1 replies
Wahyu Suriawati
ya Uda end cerita mrlisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!