No boomlike, baca pelan-pelan. Anak kecil di harap menyingkir....
IG : Abiyu686
Halwa Callista adalah seorang wanita muda, memiliki paras yang sangat cantik dan memiliki sejuta kemampuan. Dia adalah seorang pengusaha wanita di Belanda. Dia terpaksa menyembunyikan identitasnya karena ingin mengungkapkan sebuah rencana pembunuhan terselubung kepada saudara kembarnya bernama Salwa Callista Mereka berpisah sejak bayi karena perceraian kedua orang tuanya. Salwa Callista sendiri terbaring koma tidak berdaya di Rumah Sakit karena sebuah kecelakaan yang sangat tragis.
Untuk mengungkapkan misteri tersebut, Halwa Callista terpaksa berpura-pura menjadi saudari kembarnya, istri dari Dimas Sanjaya dan ibu dari anak berusia lima tahun bernama Noah.
Siapakah yang bertanggung jawab atas kecelakaan saudari kembarnya sampai terbaring koma di Rumah Sakit?
Baca dan ikuti kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Kecurigaan Halwa
"Kau kah keponakan ku?" tanyanya dalam hati.
"Wajahmu sangat mirip dengan Mamamu," gumamnya, jari Halwa menunjuk ke arah hidung mancung Noah, kemudian menyentuh pipi Noah, beralih ke rambut Noah. Kemudian memeluknya dengan sangat erat. Noah merasa sakit di bagian pundaknya, kemudian Halwa hendak membuka baju Noah, namun Noah menepis tangan Mamanya.
"Kenapa?" tanya Halwa.
"Tidak apa-apa!" jawabnya sambil tersenyum. Noah mengajak Halwa ke kamarnya, kamar Noah sangatlah besar, banyak mainan anak-anak di kamar Noah. Noah memperlihatkan mainannya kepada Halwa. Kemudian dia menyembunyikan satu kantong kresek mainan disamping lemari. Halwa hendak membantu menata mainannya, namun Noah menolak.
"Mama, aku mau mandi!" katanya.
"Baiklah, biar Mama yang memandikan kamu!" ucap Halwa.
"Tidak usah, Mama! Noah sudah besar dan bisa mandi sendiri," ujarnya.
"Wah, kamu pintar sekali! Sudah bisa mandi sendiri," puji Halwa.
Noah pergi ke kamar mandi, tapi, anehnya dia pergi ke kamar mandi dengan membawa baju gantinya ke kamar mandi.
"Apakah sudah lama tidak bertemu dengan Mamanya, dia malu?" pikir Halwa. Namun Halwa tidak ambil pusing dengan sikap anak kecil seumur Noah. Sembari menunggu Noah mandi, Halwa begitu penasaran dengan kantong kresek yang sempat dia sembunyikan di samping lemari. Halwa pun mendekati kantong kresek tersebut, dia membukanya secara perlahan. Namun hanya mainan rusak yang meleleh, mungkin bekas terbakar. Halwa mengernyitkan alisnya, dia masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan bocah kecil ini. Dia pun menaruh kembali kantong kresek itu ke tempatnya.
Noah selesai mandi, dia terlihat segar dan wangi. Halwa mencoba untuk mengeringkan rambutnya dengan handuk, Noah tidak menolak. Setelah cukup kering, Halwa menyisir rambut putranya. Noah merasakan sakit di kepalanya. Halwa mencari sumber rasa sakit itu, dan dia menemukan luka di kepala putranya.
"Kenapa kepala kamu terluka, Sayang?" tanya Halwa.
"Jatuh Mama," jawabnya. Halwa mengernyitkan dahinya, dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan putranya. Namun dia berusaha untuk percaya.
Pukul tujuh malam
Noah mengajak Halwa untuk makan malam di meja makan. Anak kecil itu menarik tangan Halwa dengan keras, membuat pergelangan tangannya memerah. Di meja makan sudah ada Dimas dan Anita sedang menunggu Noah untuk makan malam. Namun melihat kedatangan Salwa mereka langsung memberengut kesal, sangat jelas wajah mereka berubah sangat masam.
"Mama, Ayo duduklah di dekatku!" ajaknya.
"Baiklah," jawab Salwa, Dia duduk di dekat putranya. Tanpa menghiraukan Dimas dan Anita, Salwa menyendokkan nasi ke piring putranya, ia mengambilkan lauk dan sayur untuk Noah, kemudian menyuapi Noah dengan penuh kasih sayang. Noah begitu bahagia mendapatkan perhatian lagi dari sang Mama.
Setelah selesai menyuapi Noah, sekarang gilirannya untuk mengisi perutnya sendiri. Dia mengambil nasi dan lauk, aktivitasnya masih diperhatikan oleh suami dan madunya.
"Tidak tahu malu," cibir Anita. Namun Halwa hanya cuek saja, dia masih tetap menikmati makan malamnya. Hari ini di meja makan tersaji banyak makanan seperti seafood, ayam krispi, tumis-tumisan, sayur dan sambal. Halwa bingung bagaimana cara orang Indonesia memakan hidangan seperti ini. Tidak ada pisau, hanya ada garpu dan sendok. Dimas sempat memperhatikan cara makan istrinya, menurutnya ada yang aneh dari istrinya, setelah dia kembali ke rumah. Salwa hanya memandangi ayam tersebut, tanpa memakannya.
"Mama kenapa? Apakah Mama tidak suka?" tanya Noah tiba-tiba.
"Bagaimana cara memakannya?" tanya Halwa membuat Dimas dan Anita menatapnya heran.
"Jangan berlagak bodoh deh! Makan ayam saja, kau tidak bisa? Dasar wanita aneh!" ejek Anita kepada Halwa.
"Kau tinggal pakai garpu dan sendok saja! Masa kau lupa cara makan orang Indonesia," cibir suaminya.
"Iya, kau benar! Aku memang lupa cara makan orang Indonesia!" ujarnya, membuat Dimas membelalakkan matanya.
"Aku kecelakaan, sedikit memori ku hilang," selorohnya.
"Cih, dasar pembohong," cibir Anita. Halwa kembali menyantap makan malamnya, dia membutuhkan pisau untuk memotong daging ayamnya, namun pelayan tidak menyiapkannya, terpaksa dia memotong paha ayam tersebut dengan sendok dan garpu, alhasil ayam yang disendoknya meloncat ke arah Anita.
BUGH ...
Anita membulatkan matanya, Noah tertawa geli. Sedangkan Dimas menahan tawanya, membuat Anita tambah jengkel dan kesal.
"Maaf, saya tidak sengaja!" ucap Halwa kepada Anita.
"Kau?" Anita menatap tajam ke arah Halwa, Halwa hanya tersenyum kecut melihat wajah Anita sepertinya sangat marah.
"Aku selesai." Anita beranjak dari tempat duduknya.
"Sayang? Kenapa tidak kau habiskan makanan mu?" tanya Dimas menyusul Anita ke kamar.
"Apa kau tidak lihat dia sudah mengerjai ku, Sayang?"
"Tapi, ini hanyalah kesalahan yang tidak disengaja, Sayang!" tutur suaminya.
"Tapi, tetap saja dia sudah membuatku malu!" ujarnya.
"Kau seharusnya tidak membiarkan wanita itu kembali kesini! Dia sudah mengkhianati kamu, Sayang! Apakah kau tidak mengingat perselingkuhannya dengan sahabatmu sendiri? Bahkan dengan sahabatnya sendiri saja dia melakukannya," cakapnya.
"Sudahlah, Anita! Aku tidak mau mendengar nama perempuan itu!" kesal Dimas. Anita memeluk suaminya dari belakang.
"Ayo kita ke mall! Aku ingin jalan-jalan! Aku suntuk di rumah," pinta Anita menggelayut manja, dengan menempelkan dua gundukan kembar itu ke tangan suaminya, membuat Dimas panas dingin dibuatnya.
"Baiklah, kita bersiap-siap! Aku akan mengajak Noah untuk bersiap-siap juga!" ucapnya.
"Sayang, aku ingin menghabiskan malam ini berdua saja! Bagaimana kalau malam ini kita ke hotel?" goda Anita.
"Ehm, baiklah! Ayo, kita bersiap-siap!" ajak Dimas.
Dimas dan istrinya sudah siap berjalan-jalan, Dimas berpamitan kepada Noah yang sedang belajar menggambar di ruang tengah bersama istri pertamanya. Dimas sengaja membuat Salwa cemburu, dia menggandeng mesra tangan Anita dan mencumbunya di depan istri pertama dan anaknya. Namun Halwa hanya cuek melihat kemesraan keduanya.
"Apakah ini yang selalu dirasakan oleh Salwa?" tanyanya dalam hati.
Setelah kepergian Dimas dan Anita, Halwa mengajak Noah untuk tidur. Tidak baik juga seorang anak tidur terlalu malam. Dia menyuruh putranya untuk mengganti bajunya dengan piyama, tidak lupa pula Halwa mengajari Noah untuk sikat gigi sebelum tidur.
"Sebelumnya, Mama tidak pernah mengajari Noah sikat gigi sebelum tidur!" ujarnya sangat polos.
"Mama lupa, sekarang Mama ingat bahwa sikat gigi itu perlu, Sayang! Supaya Gigi kamu kuat dan sehat," jawab Halwa.
"Benarkah?" jawab Noah sangat menggemaskan.
"Tentu saja! Kau kan anak yang pintar!" Halwa mengacak-acak rambut putranya.
Mereka berdua tidur dalam satu tempat tidur, Halwa memeluk tubuh Noah dengan sayang dari belakang. Ia penasaran dengan luka di bagian bahu putranya, jika disentuh dia akan merasa kesakitan. Halwa sedikit mengintip, karena sang anak sudah tertidur dengan pulas.
Saat sedikit baju Noah dibuka, Halwa nampak sangat terkejut dengan luka bakar dibahu putranya.
"Bagaimana ada luka bakar di bahu, Noah?" batinnya.
"Aku yakin ada yang disembunyikan Noah." gumamnya, Halwa berdialog dengan dirinya sendiri. Halwa berdiri dan mencari kotak P3K dilemari dapur. Setelah mendapatkannya, dia kembali ke kamar putranya. Halwa mengoleskan krim pada luka bakar putranya.
"Aku yakin ada sesuatu yang kau sembunyikan! Aku akan mencari tahu sendiri!" ucapnya, sambil mengecup puncak kepala Noah.
to be continued....