21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 07
caera duduk di deretan bangku ruang tunggu sebuah klinik di dekat area kecelakaan semalam. menunggu perawat menyediakan obat yang harus di tebusnya. keadaan klinik masih sepi.
kepalanya terasa pusing. matanya sulit utuk terbuka lebar. akibat menangis semalaman, matanya jadi sembab. tapi caera masih bisa melihat keadaan mobil yang rusak ketika mobilnya di derek subuh tadi. dan pastilah Dinda akan marah padanya, karna caera menghancurkan mobilnya.
banyak orang yang menolongnya semalam. dengan kepayahan karna merasa lemas, caera di gotong keluar dari mobil yang bagian belakang sebelah kirinya ringsek. dia mengucapkan banyak terima kasih pada orang-orang yang menolongnya. mereka menghubungi mobil derek untuk membawa mobil itu ke bengkel.
caera memijit keningnya lembut. memejamkan mata membuatnya sedikit mendapatkan kenyamanan. keningnya sudah di beri plaster. hanya robek sedikit. tidak ada luka serius yang harus mendapatkan perawatan khusus. kini dia hanya menunggu menebus obat yang di berikan dokter jaga tadi.
membuka matanya dan melirik jam dinding yang ada di atas pintu kasir. pukul 6 pagi.
"nona caera Anaya" perawat memanggilnya dari counter obat.
"iya saya"
dia datang menghampiri. dengan malas dia mendengarkan perawat itu menjelaskan dosis obat yang harus di konsumsi.
"setelah 2 hari, nona bisa datang lagi dan kita akan mengganti plaster lukanya"
ujar perawat itu menjelaskan.
"ya, baiklah"
caera mengambil obatnya dan bergeser ke samping kiri untuk membayar.
keluar dari klinik dan berdiri mematung di halaman depan klinik. agak sedikit bingung ada dimana dia sekarang. memperhatikan sekeliling tempat itu. dia tidak sempat memperhatikan sekelilingnya semalam. karena masih gelap. sepertinya dia ada di daerah sekitar pantai.
berjalan lagi dan menemukan seorang tukang ojek yang terkantuk-kantuk duduk bersandar pada tembok ruko di pinggir jalan. caera mendekatinya.
"permisi"
tukang ojek itu kaget lalu cepat-cepat bangkit berdiri.
"maaf pak. bapak bisa antar saya ke hotel dekat sini?
"oh bisa nona. ayo saya antar"
Abang ojek itu langsung naik ke motor dan menyalakan mesin motor.
caera ikut naik. Dan duduk patuh saja di bancengan.
mentari pagi sudah mulai menampakkan garis cerahnya di ufuk timur. sebentar lagi pagi yang terang akan menjelma.
caera memperhatikan jalanan yang mereka lalui. ruko-ruko kecil berderet-deret di sepanjang jalan, tempat pedagang menjajakan suvernir.
berkendara selama sepuluh menit mereka sampai di depan sebuah hotel yang megah. caera turun dari motor dan mengucapkan terima kasih pada Abang ojek. membayar lebih pada tukang ojek. masuk ke hotel dan memesan kamar. dia belum mau pulang. dia ingin menyendiri dulu untuk saat ini.
****
caera membanting pintu kamar mandi hotel. selama lebih kurang sepuluh menit dia membiarkan tubuhnya berendam di dalam bathup dengan air hangat-hangat kuku. kemudian dia menyabuni tubuhnya dengan cepat, lalu mengganti air hangat dengan air yang dingin sekali. cara seperti itu selalu berhasil meredakan rasa marahnya.
selesai mandi dia berdiri di depan cermin yang sama tinggi dengan tubuhnya, dan mengamati bayangannya sendiri.
terlalu burukkah dia? mengapa Arya selingkuh jika masih mencintainya?
bergumam sendiri di depan cermin. menyentuh wajah dan tubuhnya sendiri. ah caera muak jika harus menilai atau membandingkan dirinya dengan orang lain. berjalan ke arah tempat tidur dan membanting tubuhnya telentang di sana.
Gino. bagaimana keadaannya sekarang?
caera mengempaskan napasnya kasar. dia tidak bisa meninggalkan Gino begitu saja. Gino butuh dirinya. karena berpikir tentang Gino lah yang membuat dia masih hidup sampai sekarang.
caera meraih tasnya. mengambil ponsel dan menyalakannya. begitu ponsel telah aktif, maka bertubi-tubi pesan masuk. dia hanya memandanginya saja tanpa berniat membalas semua pesan itu.
notifikasi pesan terus mermunculan. Dinda dan Arya yang paling banyak menghubungi dan mengirim pesan. dia memutuskan menelpon Dinda saja.
baru saja menelpon di detik pertama, Dinda langsung mengangkat telponnya.
"hallo... hallo Ra... Rara.. kamu dimana? kamu baik-baik saja kan Ra?
Dinda memberondong pertanyaan padanya di seberang sana.
"Ra... jawab Ra.!!" bentak Dinda tidak sabar. suaranya terdengar sangat panik dan khawatir.
"Din, aku baik-baik saja. jangan khawatir"
"bagaimana tidak khawatir? kau menghilang sepanjang malam"
Dinda mulai berteriak
"Dinda.. aku baik-baik saja"
terdengar isakan dari seberang sana. Dinda menangis. caera menguatkan hati untuk tidak ikut menangis. dia tahu Dinda sangat cemas padanya.
"Ra, pulanglah. kau tau bagaimana cemasnya paman dan bibi, Ra. pulanglah Ra" Isak Dinda memohon pada caera.
"Din, untuk saat ini aku tidak mau pulang dulu. tolong mengerti aku"
"Ra.. kita bisa selesaikan ini Ra. aku tahu kamu kuat. pulanglah Ra. Gino rindu kamu"
caera berusaha menahan tangisnya. hatinya terenyuh mengetahui semua orang yang ia sayangi juga mencemaskannya.
caera menarik napas dalam. Dinda juga diam di seberang sana.
"Din, sampaikan pada ibu kalau aku baik- baik saja. aku titip Gino ya Din. bilang pada ibu tidak usah khawatir. aku hanya butuh waktu untuk sendiri.
"Ra.. aku tahu ini sulit buat kamu. aku tahu kamu wanita yang tegar"
"terima kasih Din"
"tapi Ra, kasih tahu aku kamu di mana sekarang"
Dinda masih memaksa.
"aku butuh waktu Din. tolong sampaikan pada ibu ya. jangan khawatir aku tidak apa-apa"
"baiklah Ra. kamu baik-baik ya. jangan konyol kamu"
"iya Din. tapi mobil kamu aku pakai dulu ya. kamu pakai mobil ku saja dulu Din"
"ya, tidak apa-apa. jangan di pikirkan soal itu"
"makasih Din"
caera memutuskan sambungan telpon. menarik napas berkali-kali untuk mengurangi rasa sakit di hatinya. dia tidak berterus terang pada Dinda dengan apa yang telah terjadi padanya semalam. kalau dia jujur, bisa-bisa mereka semua jadi lebih panik. hatinya tidak tega meninggalkan Gino bersama ibu. tapi dia belum ingin pulang.
perutnya terasa perih. dari kemarin dia belum makan. dan dia juga hanya mengenakan bathrobe. caera tidak punya baju ganti. bajunya semalam sudah kotor berlumur darah.
membuka ponselnya lagi dan mencari aplikasi belanja online. memilih-milih pesanan baju dan memesan makanan. dia harus makan jika tidak mau jatuh sakit.
dia harus kuat. hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. lagi pula sudah lama caera tidak pernah liburan memanjakan diri. setiap hari hanya di habiskan waktunya mengurus rumah tangga.
kriiing..
ponselnya berdering lagi. dia melirik layar ponsel di tangannya. Arya menghubunginya. muncul kembali rasa marah dan jijik. geram dia meremat ponsel di genggaman. ponsel itu terus berdering tak henti.
kepalanya berdenyut sakit. luka di keningnya terasa perih sama seperti hatinya serasa di remas-remas.
menatapi layar ponsel seakan Arya ada di sana. menatap nanar serasa ingin memakinya kasar.
"BRAAAAKKK"
melemparkan ponsel ke dinding sekuat tenaga. hancur berantakan. layar ponsel kini menjadi serpihan. caera terengah-engah menahan emosi. rasa marah dan jijik merajai hatinya.
hiks.. hiks.. hiikkss...
menelangkupkan tubuhnya ke tempat tidur. menangis terisak. meninju kasar kasur di sisinya seakan Arya ada di sana.
"aku benci kamu Arya"
gumamnya menghiba. caera tidak tahu dia sangat membenci Arya atau karna rasa cintanya yang sangat besar sehingga dia tidak rela jika nanti Arya meninggalkannya karna ingin bersama vivi.
menangis kelelahan sampai dia tertidur. sungguh lelah caera dengan pikirannya yang seperti benang kusut.
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh