Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Rumah Sandra sudah rame didatangi para pelayat. Warga bahu membahu menyiapkan semua kebutuhan penguburan jenazah Bu Ana dan Rima.
Sandra duduk setia disamping jenazah ibu dan adiknya. Air mata tak hentinya mengalir. Lantunan ayat-ayat suci terdengar dilantunkan silih berganti dari sanak saudara dan para pelayat yang terus berdatangan.
Disamping Sandra ada bibi Diana yang tak lain adalah kakak kandung dari ibunya terduduk lesu dan air mata yang terus bercucuran. Raut mukanya menampakkan kesedihan yang mendalam. Kehilangan satu-satunya saudara yang sangat dia sayangi.
Baru kemaren rasanya mereka tertawa bersama,bercerita mimpi masa depan.
Tapi tuhan berkehendak lain,baru merasakan setetes cahaya harapan. Mengapa seperti ini? Takdir tak bisa ditolak,siap tak siap harus siap.
Tuhan kenapa takdir hidup ini terasa begitu menyakitkan. Begitu berat cobaan yang engkau berikan kepada hamba disaat hati ini mulai merasakan kebahagiaan. Apa ini ujian yang Engkau berikan untuk menguji keimanan hamba. Menangis meluapkan emosi yang tengah bersarang dihati.Ternyata hidup ini terasa begitu berat saat kehilangan orang yang kita sayang.
Diana larut dalam lamunan.Tatapan kosong,tak ada gairah.Tak jauh berbeda dengan Sandra mata bengkak karna terus menangis. Sesekali terdengar racauan.
"Ibu...ibu...bangun bu.Jangan tinggalin Sandra sendirian bu." Tatap pilu Sandra disamping jenazah ibu dan Rima adiknya. Sembari terus mengoyang-goyang tubuh ibunya. Berharap ini cuma mimpi.
"Sudah ya nduk,ikhlaskan kepergian ibumu. Jangan memberatkan dengan ratapan. Lebih baik doakan moga ibu dan adik mu diampuni dosanya dan ditempatkan ditempat terbaiknya."Ujar bu Ustazah wati guru ngajinya Rima.
"Ya San. Bener yang ustazah Wati katakan,lebih baik kirim doa dari pada meratapi. Yang sudah pergi ga akan kembali." Ujar bu jaya menimpali.
"Sabar ya nduk. Ayo siap-siap kita mandikan jenazah ibu dan adik mu." Ajak bu Romlah."
"Tapi janji jangan nangis lagi ya,jangan sampai air matamu mengenai jenazah mereka. Seandainya kamu tidak kuat lebih baik kamu cukup melihat saja biar saya dan beberpa tetangga yang memandikannya." Ujar ustazah Wati lembut.
"Insya Allah saya bisa ustazah,ini kali terakhir bakti saya sebagai seorang anak."Sandra terlihat berusaha tegar.
"Ya sudah,ayo ikut ustazah." Ajak ustazah menuntun Sandra.
"Ustazah saya juga mau ikut memandikan jenazah adek saya untuk terakhir kalinya,boleh?" Ujar bibi Diana yang tersadar dari lamunan.
Dengan cekatan ustazah Wati dan dua orang asisten serta beberapa tetangga mulai memandikan jenazah dan sesekali mengarahkan kami untuk melakukan apa yang dia perintahkan. Tak memakan waktu lama,proses permandian jenazah berakhir. Kemudian dilanjutkan dengan pengapanan satu persatu jenazah ibu dan Rima.
"Sandra dan bibinya kalian boleh mencium jenazah untuk terakhir kalinya tapi usahakan jangan sampai meneteskan air mata. Kalau kalian tidak kuat lebih baik jangan." Pesan ustazah Wati kembali.
Begitu cantik ibu terlihat,senyum manis terukir dibibirnya yang pucat. Begitu juga dengan Rima adikku. Mereka terlihat seperti orang yang sedang tidur. Tak sanggup aku melihatnya. Aku berusaha menahan bulir-bulir air mata yang sudah mengenang. Kucium ibu untuk terakhir kalinya dan Rima tentunya. Bibi Diana juga melakukan hal yang sama seperti yang Sandra lakukan.
Air mataku akhirnya luruh kembali. Rasanya belum puas memandang wajah ibu dan Rima. Sesak terasa menghimpit dadaku ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
Sekarang dada Yb Bener mama Nya siapa/Hey//Facepalm/