NovelToon NovelToon
The CEO’S Saturday Obsession

The CEO’S Saturday Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Kekasih misterius
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Diaz, CEO yang menjual bunga dan coklat setiap hari Sabtu. Dia mencari wanita yang cocok dengan sepatu kaca biru milik ibunya. Apa sebenarnya tujuan mencari wanita itu? Memangnya tidak ada wanita lain? Bukankah bagi seorang CEO sangat mudah mencari wanita mana pun yang diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Leri dan Diaz Kecil

Bab 3

Langit gedung pertemuan Akbar masih dipenuhi atmosfer formal yang kaku namun penuh kesan mewah. Samir duduk di pojokan ruangan, berkutat dengan ponselnya. Wajahnya memancarkan rasa frustrasi. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Diaz, tapi nomor sahabatnya itu tetap tidak aktif.

"Ya ampun, ini anak bucin abis. Masih mending ada wujudnya, siapa yang dia bucinin sampe kaya orang gila gini."

Tut!

Tut!

"Selulernya juga gak aktif. Bener-bener ya kamu, Diaz. Huft ...."

Samir mendesah panjang. Dia tahu betul kebiasaan Diaz yang akhir-akhir ini semakin tenggelam dalam kesibukan menjual bunga. Bahkan di akhir pekan, pria itu lebih sering menghabiskan waktu berada di toko bunga Joan daripada memikirkan perusahaan.

"Aku yakin, kalau dia melihat wanita ini,” gumam Samir sambil memutar video yang baru saja ia rekam, “Pasti dia bakal lupa sama gadis kecil masa lalunya.”

Dalam video itu, Nona Eriva akan menikmati coklat. Caranya memakan begitu anggun, penuh ketenangan. Samir tidak bisa menahan senyuman kecil saat melihat bagaimana Eriva membuka bungkus coklat dengan hati-hati, lalu menggigitnya perlahan.

Ketika gigitan terakhir mencapai batas bungkus, ia dengan santai meminta plastik pada Paman Hanavi untuk menyimpan sisanya.

"Begitulah kelas seorang wanita cantik," batin Samir, terkagum.

###

Di sisi lain, sebuah taman yang ramai, suasana jauh berbeda. Dua bodyguard berpakaian hitam sedang menahan seorang wanita muda yang berontak dengan keras.

“Lepaskan aku! Kalian pikir aku ini penjahat?” bentak wanita itu, wajahnya merah padam. Rambut panjangnya yang tergerai tertiup angin, dan gaun putih dengan potongan sederhana yang ia kenakan tampak kusut akibat tarik-menarik.

Dari arah lain, Diaz muncul dengan senyum ramah di wajahnya.

“Tenang, Nona,” ujarnya sambil memberi isyarat pada bodyguard untuk melepaskan cengkeraman mereka. “Aku hanya ingin menanyakan sesuatu.”

Wanita itu mendengkus, menatap Diaz dengan tatapan curiga. “Apa yang kau mau?”

“Alergi bunga,” kata Diaz singkat.

Wanita itu tertegun. “Apa maksudmu?”

“Aku hanya penasaran,” lanjut Diaz dengan nada ringan. “Kenapa anda alergi bunga, tapi tetap membeli bunga? Itu… kontradiktif.”

Wanita itu menghela napas panjang. “Aku juga nggak tahu kenapa bisa alergi bunga. Dari kecil aku sudah seperti ini. Dan soal membeli bunga, itu bukan mauku. Ibuku yang menyuruhku.”

Ada jeda di antara mereka. Angin sore membawa aroma samar dari berbagai bunga di sekeliling keranjang yang Diaz bawa. Namun tatapan wanita itu menunjukkan ketidaksukaan yang mendalam.

“Maaf kalau pertanyaanku terlalu mengganggu,” kata Diaz pelan, sedikit menyesal.

Wanita itu mengangkat bahu. “Kalau sudah selesai, aku pergi.”

Diaz buru-buru menarik sebatang coklat dari kantongnya. “Nona! Sebagai permintaan maaf, maukah kau menerima ini?”

Namun reaksi wanita itu mengejutkannya. “Apa kau nggak sadar?!” Wanita itu memekik, matanya membelalak. “Aku tadi lari karena jijik dengan coklat! Sekarang kau malah menawarkannya padaku?”

Dengan emosi meluap-luap, wanita itu memukul Diaz dengan tasnya sebelum pergi dengan langkah besar. Diaz hanya bisa berdiri terpaku, memandang kepergian wanita itu.

“Dia memang bukan Leri,” gumamnya lirih. “Leri sangat suka coklat.”

Hari semakin sore, Diaz kembali ke toko bunga milik Joan, sahabatnya. Toko kecil yang terletak di pinggiran kota, dihiasi berbagai bunga berwarna-warni yang mengundang perhatian. Joan sedang menyusun karangan bunga ketika Diaz datang dengan wajah lelah.

“Kau terlihat seperti baru bertarung dengan banteng,” canda Joan, menyerahkan sebotol air dingin.

“Aku hanya lelah,” balas Diaz singkat, merebahkan tubuhnya di sofa besar di belakang toko. Sebelum berbaring sepenuhnya, ia mengaktifkan ponselnya dan melihat notifikasi video dari Samir. Namun matanya yang berat tidak memungkinkan dia untuk menonton.

“Samir pasti merekam sesuatu yang tidak penting,” pikirnya sebelum akhirnya tertidur.

###

Di waktu yang berbeda, di masa lalu yang suram, Paman Hanavi terlihat panik membawa seorang anak lelaki kecil dan seorang gadis kecil lainnya. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan bagian dari rumah, berusaha menghindari pandangan penjahat yang mengejar mereka.

“Diam,” bisik Paman Hanavi sambil memeluk anak-anak itu erat. Keringat mengalir di dahinya, dan matanya terus mengawasi setiap pergerakan di luar sana.

Anak lelaki itu, yang tak lain adalah Diaz kecil, memeluk putrinya Paman Hanavi. “Aku takut,” bisik anak cantik itu dengan pelan.

Paman Hanavi mengusap kepala mereka dengan lembut. “Jangan takut. Selama kita bersama, semuanya akan baik-baik saja.”

Teriakan beberapa orang terdengar di kejauhan, dan ketegangan memenuhi udara. Namun, dalam kekacauan itu, janji Paman Hanavi untuk melindungi anak-anak ini tetap kokoh.

"Aku peringatkan! Keluar dari persembunyian kalian! Atau aku tembak masal tempat ini!" teriak salah satu dari penjahat. "Aku tahu kalian ada di sini. Keluar!" lanjutnya.

Paman Hanavi terus memeluk erat kedua anak itu. Para pelayan dan security yang berjaga sudah dilumpuhkan. Sedangkan Papa Gunawan sedang ada keperluan di LN bersama istrinya.

“Aku akan melindungi kalian, jangan khawatir,” bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar.

Diaz kecil memeluk lututnya sendiri, tubuhnya gemetar. “Aku takut, Paman. Mereka sangat dekat.”

Namun, tanpa diduga, Leri kecil melepaskan diri dari pelukan ayahnya. Mata hijaunya memancarkan keberanian yang tidak seharusnya dimiliki seorang gadis kecil berusia tujuh tahun. Paman Hanavi terkejut, mencoba menangkap tangan putrinya, tapi Leri terlalu cepat.

“Leri!” desis Hanavi dengan suara tertahan.

Diaz kecil membeku, menatap punggung Leri yang melangkah keluar dari persembunyian.

Leri muncul di hadapan para penjahat. “Berhenti!” suaranya lantang, menggema di antara reruntuhan.

Para penjahat terdiam. Mata mereka tertuju pada sosok kecil itu, seorang gadis mungil dengan gaun putih yang sudah kotor terkena debu.

“Saya anak yang kalian cari,” katanya tegas. “Saya anak dari pemilik Mahendra Corp. Kalau kalian mencari saya, sekarang sudah di sini!”

Para penjahat saling pandang, lalu tertawa keras. “Hahahaha! Anak kecil ini punya nyali juga, ya?” salah satu dari mereka berkata sambil mengayunkan pisau di tangannya.

Leri kecil mundur sedikit karena takut pisau itu melukainya. Ingin rasanya berteriak. Namun, dia tidak mau membuat ayah dan Diaz khawatir.

'Aku sudah melangkah sejauh ini. Jika harus ada korban ya aku saja. Jangan kami semua,' batin Leri.

Di balik reruntuhan, Paman Hanavi menahan napas. Tangannya menekan bahu Diaz kecil yang sudah siap meloncat keluar.

“Lepaskan aku, Paman! Aku harus menyelamatkan Leri!” Diaz berbisik dengan penuh emosi.

“Diam, Diaz!” Hanavi menatapnya tajam, suaranya rendah namun tegas. “Kita tidak boleh gegabah. Kalau kau keluar sekarang, semuanya akan berakhir. Aku akan kehilangan kalian berdua.”

Diaz menggigit bibirnya, menahan air mata yang mengalir. Tubuh kecilnya bergetar, antara ketakutan dan amarah. “Tapi dia…”

Hanavi memeluknya erat-erat, mencoba meredam kegelisahan anak itu. “Percayalah padanya. Leri tahu apa yang dia lakukan.”

Bersambung...

1
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
aduh lili kasian Diaz tuh kamu harus segera menjadi Leri sebelum Diaz menikah
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
emang enak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
sabar lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Diaz mau pilih yg mana tuhbsepatu Uda cocok untuk lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
wah tambah seru nih kayaky
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
lili emang jodohmu Diaz
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
semoga sepatu nya cocok dengan lili
LISA
Aq mampir Kak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Monica sombong banget belum tahu aja lili anak siapa sekarangg
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
Diaz mending lili dulu yg disuruh pake sepatu kaca nya
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!