NovelToon NovelToon
Malam Pertama Dengan BUJANG LAPUK

Malam Pertama Dengan BUJANG LAPUK

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perjodohan / Patahhati
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: riena

Follow Ig @ rii-ena

Cerita ini mengkisahkan tentang Firda, seorang mahasiswi tingkat satu yang dengan iseng menggagalkan pernikahan Bujang.
Pria dewasa yang dijuluki si bujang lapuk.

Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Firda yang menyebabkan pernikahan dirinya yang gagal, Bujang membalas permainan yang Firda buat dengan menikahinya malam itu juga.

Bagaimana pernikahan yang mereka jalani selanjutnya? Apakah Firda akan menyerah dan bercerai dengan Bujang yang katanya sudah aki-aki atau justru malah Firda jadi jatuh cinta.

Lalu Bujang sendiri? Masihkah dendam pada Firda karena sudah mengacaukan pernikahannya atau justru bersyukur? ikuti terus cerita mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Do'a Terbaik

"Assalamualaikum, hello epribadeh, any body home." Suara cempreng Sisil makin memekakkan gendang telinga di depan teras rumah.

Firda berjalan hilir mudik di ruang makan, belum membukakan pintu untuk kedua temannya yang berteriak mirip tukang kredit karena sudah nunggak lima hari belum bayar.

"Fir, kenapa? Itu Sisil dan Gita kan? Kenapa tidak kamu temui? Apa kalian sedang bertengkar?"

" Nggak, Buk, hanya saja..." wajah Firda sudah mau menangis.

"Apa mereka tidak tahu kamu dan Bujang...."

"Nggak, Buk, dan jangan beritahu dulu, please!"

"Kamu malu?"

Firda menunduk, ekor matanya melirik ke arah pintu belakang yang terbuka. Kalau dia menjawab malu lalu kedengaran dengan Bujang, Firda kuatir Bujang akan tersinggung. Karena semua ini kan Firda yang mulai.

"Firda belum siap memberitahukan, itu saja, Buk. Buk, tolong tahan bang Bujang tetap berada di teras belakang ya, Bu! Ibu dan ayah ajak ngobrol apa saja terserah yang penting jangan sampai bertemu dengan mereka."

Ibunya hanya bisa mengangguk.

Kenapa ketika kamu melakukannya tidak pikir panjang sampai ke situ, Fir.

Mendapat kesanggupan dari ibunya, Firda segera melesat keluar rumah.

"Ngapain aja sih, dari tadi dipanggil nggak keluar-keluar? Kaya' rumahmu segede istana saja dari kamar mau keluar harus menggunakan skuter." Gita mendengkus jengkel.

"Aku tadi lagi nongkrong, gara-gara teriakan kalian jadi masuk lagi kan? Mana sudah dua hari lagi, bisa semakin gemuk aku kalau nggak di buang." Firda pura-pura mengelus perutnya, biar dramanya semakin sempurna.

"Memang ayah dan ibumu kemana? Raka belum pulang? Itu motor siapa?" tanya Sisil memperhatikan motor matic berbodi besar parkir di sebelah motor yang biasa di pakai ibunya ke pasar.

"Ibuk dan ayah lagi pacaran, motor itu punya teman Raka." jawab Firda asal.

"Fir, ngobrol di kamar mu yuk seperti biasa. Ngadem, sekalian ada yang kami tanyakan." Sisil sudah nyelonong masuk ke dalam rumah orang tua Firda dan langsung menuju ke kamar Firda, tapi sebelumnya dia berhenti tepat di depan pintu kamar Bagas.

"Nggak lihat orangnya, pintu kamarnya pun, jadilah." ujar Gita mengelus-elus pintu kamar Bagas.

"Jangan macam-macam deh Git! Kau kan bisa mencari pria yang lain, bang Bagas milikku."

Firda hanya bisa memutar bola matanya jengah. Kedua temannya itu sama-sama naksir bang Bagas abangnya, padahal Bagas saja nggak terlalu peduli dengan kedua teman adiknya yang berisik.

"Hei, sebelum janur kuning melengkung di rumahmu, persaingan masih berlaku. Lagi pula bang Bagas juga belum memproklamirkan memilih siapa diantara kita berdua." Gita tidak mau kalah.

"Ngapain kalian ribut? Bang Bagas itu sudah punya pacar, iya kan, Ka?" tanya Firda pada Raka yang baru pulang sekolah.

Raka yang nggak tahu apa-apa tentu saja bingung, tapi melihat mata kakaknya yang berkedip-kedip kaya' orang kelilipan hanya bisa menganggukan kepalanya.

Gita dan Sisil sama-sama mendesah kecewa.

"Baru pacar, belum istri, masih ada kesempatan. Aku do'akan semoga cepat putus." ucap Gita masuk kedalam kamar Firda, diikuti oleh Sisil dan Firda sendiri.

"Fir, tadi waktu kita telepon bertiga kau sedang bersama siapa? Kenapa kami mendengar suara laki-laki?"

Gita menatap serius wajah Firda yang mendadak pucat.

Tuh kan, mereka dengar. Bang Bujang sih, doyannya main bungkam mulut terus.

"Atau, kau sudah jadian dengan Hans? Kok nggak bilang-bilang kami, kapan? Gimana cara kalian ngungkapin perasaan."

Sisil kalau tanya suka borongan, kaya' belanja di toko grosir saja.

"Suara televisi, aku sedang nonton film tentang psikopat."

"Beneran?"

Gita sepertinya tidak percaya, apalagi saat matanya menatap meja tempat biasa Firda meletakkan segala macam produk skincare ala anak kuliahan. Meja itu terlihat bersih, tidak ada satupun perlengkapan yang biasa Firda gunakan.

"Bener lah, ngapain bohong. Eh, kalian nggak pulang?"

Entah kenapa, melihat Sisil dan Gita meneliti isi kamar Firda yang terlihat aneh membuat Firda was-was kalau mereka tahu ada keganjilan. Apalagi Bujang sedang mengobrol di belakang dengan ayahnya.

"Tumben ngusir, padahal kita mau bahas bang Bujang yang menikah dengan siapa. Penasaran ey." Sisil mencebik.

"Tau ah, padahal kami rencana pulang lepas magrib, mau lihat bang Bagas." ternyata Gita lebih tidak tahu malu mengakui niat terselubung datang sore-sore.

Walaupun keduanya bukan sekali dua kali datang sore dan pulang malam, rumah mereka berdua kan cuma beda jalan.

Begitu juga dengan Firda, rumah Gita dan Sisil sudah rumah kedua bagi mereka bertiga yang saling bergantian.

Hanya saja beda untuk kali ini, Bujang sudah berpesan agar dirinya mengemas pakaian dan barang-barang pribadi selagi Bujang ngobrol dengan ayahnya. Jadi sebelum magrib mereka sudah kembali ke rumah abah, atau Firda mau Bujang pergi ke mesjid bareng ayahnya?

Nggak, Firda belum siap, dan entah kapan siapnya. Firda merasa pernikahan dadakannya palingan juga bertahan sampai bulan depan, atau bulan depannya lagi ketika perutnya masih saja rata. Lalu sandiwaranya akan ke bongkar dan mereka di suruh berpisah, nah....

Eh, tunggu dulu! Seantero komplek perumahan harmoni dan kompleks-kompleks sebelahnya bakal tahu dong kalau Firda memfitnah Bujang, terus bagaimana dengan pandangan Hans terhadap dirinya?

Augh ah pusing, yang terjadi terjadilah. Yang penting sekarang ini Sisil dan Gita harus pulang dulu sebelum mereka tahu Bujang ada di teras belakang rumah.

"Kami mau kerumah nenek sebentar lagi, tante Nora mau dilamar dengan anaknya juragan kambing." alasan Firda asal.

Gita dan Sisil sama-sama menatap wajah Firda yang terlihat tenang, keduanya mencoba mencari kebenaran dari alasan Firda. Seingat mereka Firda tidak punya tante dari pihak ayah atau ibunya yang belum menikah, atau mereka yang lupa.

"Tante...."

"Kak Firda....Disuruh cepetan! Sebentar lagi magrib, pamali buat kakak."

Selamat.

Lengkingan suara Raka yang sudah ngebass menyelamatkan Firda dari pertanyaan Sisil.

"Noh, buruan pulang! Besok kita ketemu di kampus, kita bahas sampai tuntas masalah bang Bagas."

Gita dan Sisil saling berpandangan, kenapa larinya ke Bagas? Ah, sudahlah. Keduanya pulang juga walaupun dengan berat hati.

Setelah Firda mengemasi buku-buku dan segala perlengkapan pribadinya, dia segera keluar dari dalam kamar dengan memakai masker mulut dan kacamata hitam.

Ayah dan ibunya sampai melongo melihat penampilan nyeleneh Firda, tapi tidak dengan Bujang. Dia tahu, pasti Firda malu. Salah sendiri, kenapa dia berani-beraninya iseng memfitnah, terimalah akibatnya.

"Fir, sekarang kan sudah mau magrib, kenapa pakai...."

"Takut ada yang minta tanda tangan dan minta foto di jalan, Buk, kan bisa telat sampai di rumah."

Raka nyengir mendengarkan jawaban kakaknya yang sok ngartis.

"Nggak apa-apa, Buk, mungkin bawa'an yang di dalam. Iya kan, sayang?" Bujang mengedipkan matanya genit mau tertawa, tapi berusaha ditahannya.

Ayah dan ibunya Firda hanya bisa tersenyum, beda dengan Raka. Anak remaja itu justru membuka mulutnya lebar-lebar.

Gile, pantesan saja kak Firda klepek-klepek dan lupa diri di buat bang Bujang, ucapannya bikin melayang. Tuh, wajah kak Firda saja sampai merah.

"Ya sudah, terserah kamu saja! Perempuan yang sedang hamil muda nggak baik ada di luar rumah ketika hari sudah senja." ujar ibunya mengalah.

Bujang mengambil alih tas bawaan Firda, biar semakin sempurna sandiwara yang dibuat oleh Firda.

"Ingat semua pesan ayah, Mish!" ucap ayah Deni pelan sebelum Bujang keluar rumah.

"Insyaallah, Yah, kami pulang dulu, Assalamualaikum..."

"Waalaikumussalam." jawab ayah dan ibunya Firda bersamaan.

"Yah, Ibuk kok masih nggak rela ya kalau Firda menikah dengan cara seperti ini." ujarnya lirih dengan tatapan masih melihat motor yang dikendarai oleh Bujang hampir menghilang di ujung jalan.

"Jalan hidup tidak selalu sama seperti yang kita inginkan, Buk. Kita berdo'a saja semoga Hamish bisa membahagiakan anak kita."

"Aamiin,"

...****************...

1
hìķàwäþî
popok???
hìķàwäþî
jadi.. kontraknya itu per waktu atau per bab thor?
Ulil Baba
kadung apk kui TK buang 😭😭
hìķàwäþî
jejak mungkin ga ad.. bukti ud unboxing sih msh ad..
hìķàwäþî
hp nya mahar, hasil dr nodong
hìķàwäþî
keluarga absurd.. wkwkwk
hìķàwäþî
guyuban saat ada kegiatan.. identik sm kgiatn hajatn..
hìķàwäþî
rahas siaaa
Ulil Baba
emang bentuk nya gimana yg udah pro
hìķàwäþî
bs berhenti dlu nih bacanya.. hr k 2 puasa nih..
hìķàwäþî
mau seharga lambo.. duitnya ga kliatn hilalnya mish..
hìķàwäþî
drama emang rangkaian kebohongan yang dibuat untuk menghibur orang lain..
sandiwara.. film.. sejenisnya..
hìķàwäþî
malu2 miau mish..
hìķàwäþî
burung kampus..
hìķàwäþî
kirain hamish daud.. byat gw visualnya dy aj lah .. /Drool/
Suriyanti Jamaluddin
Luar biasa
Fitri Arjuni
🤣🤣🤣🤣
Vera Mahardika
udh lama aku jd lupa lg ceritanya tentang firda danhamis
Malem Sihombing
Lumayan
Malem Sihombing
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!