NovelToon NovelToon
Civil War: Bali

Civil War: Bali

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Tamat / Spiritual / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:603
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Di masa depan, dunia telah hancur akibat ledakan bom nuklir yang menyebabkan musim dingin global. Gelombang radiasi elektromagnetik yang dahsyat melumpuhkan seluruh teknologi modern, membuat manusia kembali ke zaman kegelapan.

Akibat kekacauan ini, Pulau Bali yang dulunya damai menjadi terjerumus dalam perang saudara. Dalam kehidupan tanpa hukum ini, Indra memimpin kelompok Monasphatika untuk bertahan hidup bersama di tanah kelahiran mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Di tengah kegelapan malam yang pekat, Indra memimpin pasukan Monasphatika dan pasukan Badung dalam misi pengevakuasian Sekar. Tujuannya adalah membawa Sekar ke tempat yang aman di luar benteng Amlapura agar terhindar dari perang yang semakin mengganas.

Mereka menuju gerbang selatan benteng yang merupakan satu-satunya wilayah yang masih belum terjamah oleh kehancuran perang. Kuda mereka melesat cepat, seolah membelah kegelapan malam dengan derap langkah yang memecah kesunyian. Sekar, yang duduk di belakang Indra, memeluk tubuh pemimpin Monasphatika itu dengan erat agar ia tidak terlempar ke belakang. Desiran angin malam yang dingin menerpa wajahnya sambil membawa aroma mesiu yang mengingatkan tentang bahaya yang masih mengintai.

Setelah sekitar dua puluh menit menyusuri jalanan gelap yang sepi, akhirnya cahaya dari gerbang selatan benteng mulai terlihat. Sorot lampu-lampu obor yang berkilauan seperti bintang di kejauhan membuat harapan mereka semakin menyala. Tiba-tiba, Chakra, yang memacu kudanya di barisan paling depan, melirik ke belakang untuk menyerukan sesuatu pada Indra. “Sepertinya kita akan segera sampai!”

Indra mengangguk dengan mata yang menatap tajam ke depan. “Iya, aku sudah bisa melihat gerbangnya.” Balasnya dengan suara lantang.

Namun, harapan mereka tiba-tiba pupus ketika Chakra mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk berhenti. “Berhenti!” Teriaknya tergesa-gesa dan penuh kewaspadaan. Lima ratus meter sebelum sampai di gerbang, sekelompok pasukan tak dikenal terlihat berbaris rapi untuk menghalangi jalan mereka. Mereka terlihat menggunakan mantel musim dingin berwarna putih yang menyala di tengah kegelapan malam. Senapan api mereka juga terlihat sudah membidik ke arah pasukan penyelamat Sekar, seolah siap menembak kapan saja.

Indra dengan cepat menarik tali kekang kudanya untuk menghentikan laju hewan itu. “Semuanya, persiapan menembak!” Perintahnya menggema di tengah ketegangan yang sedang memuncak. Pasukannya segera mengangkat senapan dan panah mereka, lalu membidik ke arah orang-orang misterius itu. Udara terasa berat, seolah sebuah tarikan napas saja bisa memicu pertumpahan darah.

Kedua belah pihak saling membidik satu sama lain, namun tidak ada yang berani untuk melepaskan tembakan pertama. Indra mengepalkan tangan untuk menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Di sisi lain, pemimpin pasukan misterius itu juga terlihat mematung, seolah berusaha mendamaikan dirinya sendiri. Keduanya sadar bahwa satu kesalahan kecil saja bisa membunuh mereka semua.

Tiba-tiba, salah satu prajurit dari pasukan Badung berseru. “Turunkan senjata kalian! Mereka adalah pasukan Bangli milik Aditya!”

Sekar, yang selama ini bersembunyi ketakutan di belakang punggung Indra, segera menoleh ke arah pasukan itu dengan cepat. Matanya terlihat menerawang semua anggota pasukan misterius itu satu per satu. Tatapannya kemudian terpaku pada sosok pemimpin pasukan yang memegang trisula dengan bentuk yang sangat ia kenal. Jantung Sekar menjadi semakin berdebar kencang. “Trisula itu… Itu Aditya! Mereka adalah pasukan Bangli!” Teriak Sekar penuh kelegaan dan kegembiraan.

Tanpa pikir panjang, Sekar langsung melompat turun dari kuda dan berlari ke arah pasukan itu. “Oi, Sekar, hati-hati!” Teriak Indra memperingatkan, tetapi Sekar sudah berlari terlalu jauh. Kakinya melesat cepat untuk membawanya mendekat ke arah adiknya yang sangat dirindukan.

Di sisi lain, Aditya berusaha mengenali seorang wanita yang berlari ke arahnya dengan wajah samar karena ditutupi oleh kegelapan. Namun, ketika wanita itu sudah semakin dekat, ia akhirnya bisa melihat wajah yang selama ini dicari-cari. “Kakak?” Gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

Wajah Sekar semakin jelas, hingga akhirnya Aditya yakin bahwa itu adalah saudarinya tersayang. “Kakak!” Teriaknya pecah oleh emosi yang tak terbendung. Ia segera melemparkan trisulanya ke tanah, lalu berlari untuk menyambut Sekar. Keduanya bertemu dalam pelukan erat, seolah melepas segala rasa khawatir dan rindu yang terpendam di lubuk hati masing-masing. Sekar menangis dengan air mata yang mengalir deras membasahi bahu Aditya. “Aditya…” Bisiknya dengan suara gemetaran.

Aditya memeluk Sekar lebih erat dengan mata yang juga berkaca-kaca. “Kakak, syukurlah kau baik-baik saja…” Ujarnya sambil menahan air mata. Malam itu, di hadapan gerbang selatan benteng Amlapura yang megah, sepasang saudara yang memimpin wilayah Bangli akhirnya bersatu kembali setelah berhari-hari dipisahkan oleh kekejaman Ashura.

...***...

Setelah situasi mulai mereda, para prajurit Aliansi kemudian saling berjabat tangan dan bertegur sapa setelah nyaris bertarung satu sama lain. Suasana yang tadinya dipenuhi oleh ancaman, kini berubah menjadi riuh dengan suara tawa dan obrolan. Indra, sebagai pemimpin Monasphatika, berjalan perlahan untuk menemui Aditya, sang pemimpin pasukan Bangli. Keduanya saling memandang dengan rasa hormat, meski sebelumnya hampir terlibat dalam pertempuran yang sia-sia.

Kedua pemimpin yang penuh wibawa itu kemudian saling berjabat tangan untuk mengakrabkan diri mereka. “Kita hampir saja saling bunuh, ya.” Ujar Indra sambil tertawa kecil, seolah mencoba mencairkan suasana.

Aditya mengangguk dengan senyum tipis yang mengembang di wajahnya. “Benar, hahaha. Untung saja ada yang sadar sebelum semuanya terlambat.”

Mereka berdua pun mulai mengobrol dan bertukar informasi. Indra menjelaskan segala sesuatu yang terjadi di Amlapura, sementara Aditya menceritakan bagaimana dia berhasil memenangkan perang yang sangat kejam di selatan. Semakin mereka mengobrol, semakin terasa bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Kedua pemimpin muda itu bahkan saling bersenda bergurau untuk melepas penat setelah menjalani pertempuran yang sangat melelahkan.

“Ngomong-ngomong,” ucap Aditya dengan suara yang tiba-tiba menjadi lebih serius, “terima kasih karena sudah menyelamatkan kakakku. Seharusnya, aku mengatakan ini sejak awal.” Ia membungkukkan badannya dengan penuh rasa hormat.

Indra kemudian menepuk bahu Aditya dengan gestur yang lebih santai. “Nggak masalah. Justru karena kehadiranmu di sini, aku bisa kembali untuk membantu Aryandra tanpa perlu mengkhawatirkan keselamatan Sekar.”

Mendengar nama Aryandra, ekspresi Aditya seketika berubah menjadi lebih khawatir. “Membantu Aryandra? Apa yang terjadi padanya?” Tanyanya dengan nada cemas.

Indra kemudian mengangguk dengan wajah yang terlihat serius. “Yah, orang itu memutuskan untuk melawan Ashura bersama Alex. Kau tahu sendiri, kan, seberapa kuatnya raksasa Karangasem itu? Makanya, aku harus segera kembali ke medan perang untuk membantu mereka berdua.”

Aditya terdiam sejenak dengan pikiran yang berputar cepat. Lalu, dengan gerakan yang tegas, ia berpaling ke arah pasukannya. “Kalian semua, amankan kakakku di luar benteng dan lindungi dia di sana! Aku akan pergi ke medan perang untuk membantu Aryandra mengalahkan Ashura!” Perintahnya dengan penuh wibawa.

Ia kemudian memberikan tambahan dengan suara yang semakin lantang. “Selain itu, aku minta beberapa penembak jitu untuk ikut bersamaku. Kalian akan diperlukan untuk mengakhiri pertempuran ini.”

Tanpa ragu, dua puluh penembak jitu segera maju ke depan dengan tatapan mata yang membara. Mereka siap mengikuti Aditya ke medan perang untuk menghadapi segala sesuatu yang menanti di sana.

Sekar, yang menyaksikan adiknya bersiap untuk bertarung, merasakan emosi yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasa khawatir akan keselamatan Aditya. Namun, di sisi lain, ia tahu bahwa kehadiran adiknya akan sangat diperlukan di medan perang. Ia melangkah mendekat, lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Aditya.

“Aditya, aku mohon, kembalilah dengan selamat.” Ujarnya tegas, namun penuh kasih.

Aditya menatap kakaknya dengan senyuman hangat yang tersungging di wajahnya. “Tenang saja, Kak. Aku akan kembali dengan membawa trofi kemenangan untukmu.” Ujar Aditya dengan suara yang menenangkan. “Kau juga harus berhati-hati selama aku pergi, ya. Jangan sampai ada yang mampu untuk mencelakaimu lagi.” Tambahnya dengan sedikit nada kekhawatiran

Sekar mengangguk sambil mencoba menahan air matanya. Ia tahu bahwa adiknya harus pergi, namun hatinya tetap tidak ingin untuk melepasnya.

Setelah mengucapkan selamat tinggal, Aditya kemudian berpaling ke arah Indra. Wajahnya kini dipenuhi dengan semangat yang membara. “Baiklah, tuntun aku ke medan perang! Sekarang saatnya untuk mengakhiri semua kekacauan ini!” Serunya penuh semangat kepada Indra.

...***...

Aryandra tersenyum kecil mendengar cerita pertemuan Aditya dan Indra di gerbang selatan benteng Amlapura. Ia masih tak menyangka bahwa kedua rekannya bisa bertemu dalam situasi yang begitu genting. Kehadiran Aditya di sampingnya adalah bukti bahwa Aliansi telah memenangkan pertempuran di sisi selatan Pulau Bali. Selain merasa lega, Aryandra juga penasaran dengan cara mereka meraih kemenangan itu.

“Ngomong-ngomong,” Aryandra tiba-tiba memecah keheningan, “bagaimana kalian bisa memenangkan pertempuran di selatan?”

Aditya terdiam sejenak karena ragu untuk menjawab. Ia kemudian menghela napas panjang, seolah mengumpulkan keberanian untuk memulai ceritanya. “Yah, demi memenangkan pertempuran itu, aku terpaksa membagi pasukan dengan Wibisana.” Ujarnya dengan suara berat.

Ia menatap Aryandra dengan wajah yang serius, seolah mencoba menyampaikan betapa sulit keputusan yang ia ambil. “Aku memimpin pasukan kecil untuk merebut kembali Klungkung, sementara Wibisana memimpin pasukan utama di selatan. Setelah Klungkung berhasil direbut, kami kemudian memusatkan kekuatan untuk mengepung pasukan Karangasem di selatan.”

Tatapan mata Aditya kemudian dipenuhi dengan rasa bersalah. “Tapi, sebagai bayarannya, sebagian wilayah Klungkung menjadi hancur lebur. Meski kita berhasil menang, aku tetap menyesali segala kerusakan yang ditimbulkan atas keputusanku itu.”

Aryandra mendengarkan dengan tenang, lalu menyunggingkan senyum yang hangat. “Yah, kita bisa pikirkan ganti ruginya nanti. Yang penting, kemenangan sudah ada di tangan kita sekarang.”

Aditya mengangguk dengan senyuman lega yang muncul di wajahnya. Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, suara Indra tiba-tiba memanggil dari kejauhan. “Oi, kalian sudah selesai ngobrol? Kawan besar kita sepertinya ingin mengucapkan kata-kata terakhirnya, nih.”

Aditya segera berdiri sambil membopong Aryandra untuk mendekati Ashura. Kondisi sang penguasa Karangasem itu terlihat sangat mengenaskan. Tubuhnya berlumuran darah akibat belasan peluru yang ditembakkan oleh pasukan milik Indra dan Aditya. Napasnya tersengal-sengal serta binar matanya perlahan mulai meredup. Akan tetapi, ia masih bersikeras untuk melihat wajah ketiga musuhnya untuk yang terakhir kali.

“Bahkan di dunia yang sedang sekarat ini,” ucap Ashura dengan suara lirih, “aku tetap saja gagal untuk meraih kekuasaan yang kuinginkan.”

Matanya hampir padam ketika mengamati Aryandra, Aditya, dan Indra secara bergiliran. “Kalian sudah berhasil mengalahkanku… Lalu, apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?” Tanyanya dengan suara yang hampir tak terdengar.

Ketiganya memandang satu sama lain, seolah saling bertanya dalam diam. Aryandra kemudian menjadi orang pertama yang menjawab pertanyaan Ashura. Ia berlutut di dekat raksasa Karangasem itu dengan wajah yang penuh keyakinan kuat. “Aku akan mengembalikan Bali seperti semula.” Ujarnya tegas dan penuh harapan. “Selama empat tahun ini, pulau kita telah hancur karena dilanda musim dingin global dan juga perang saudara. Karena itulah, aku bertekad untuk mengembalikan kedamaian Bali yang telah lama hilang.”

Aditya mengangguk, seolah mendukung penuh pernyataan Aryandra. “Aku juga memiliki tujuan yang sama dengan Aryandra.” Jawabnya singkat, namun matanya juga menunjukkan keyakinan yang kuat.

Tatapan Aryandra perlahan berubah menjadi penuh keprihatinan saat menatap Ashura yang sebentar lagi akan pergi. “Aku sebenarnya tidak ingin mengakhiri perang dengan cara membunuhmu seperti ini. Aku ingin kita semua menyatukan pandangan untuk mengembalikan kedamaian Bali seperti dulu lagi.”

Ashura terkekeh dengan suara parau. “Kau terlalu naif, Aryandra.” Ujarnya lirih sambil menyunggingkan senyuman yang terkesan sinis.

Pandangan Ashura kemudian beralih ke arah Indra yang sejak tadi mengamati dalam diam. “Dan kau… apa yang akan kau lakukan setelah ini?” Tanyanya penuh rasa ingin tahu.

Indra lalu memejamkan matanya sambil menghela napas. “Aku hanya ingin kembali ke Singaraja untuk menikmati kehidupan yang tenang bersama teman-temanku.” Jawabnya santai, namun penuh makna. “Aku bukanlah orang yang haus kekuasaan sepertimu atau orang yang suka memikul tanggung jawab besar seperti mereka.” Ucapannya sedikit menyindir, namun disampaikan dengan nada yang ringan.

Mendengar perkataan itu, Ashura menyunggingkan senyuman terakhirnya yang penuh ironi. “Sepertinya, kau akan menjadi orang pertama yang bisa mendapatkan apa yang kau inginkan.” Ujarnya lirih, dipenuhi dengan makna yang mendalam.

Perlahan-lahan, matahari mulai menampakkan dirinya dari ufuk timur. Cahaya jingga menyinari wajah Ashura, seolah memberikan pemandangan yang paling ia sukai untuk yang terakhir kalinya.

Napasnya perlahan berhenti dan tubuh besarnya pun tak menunjukkan suatu pergerakan lagi. Indra, Aryandra, dan Aditya menundukkan kepala untuk memberikan penghormatan atas kepergian musuh bebuyutan mereka yang sangat kuat.

1
jonda wanda
Mungkin cara bicara karakter bisa diperbaiki agar lebih natural.
IndraKoi: baik, makasih banyak ya masukannya🙏
total 1 replies
Abdul Aziez
mantap bang
IndraKoi: makasih bang🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!