Malam Pertama Dengan BUJANG LAPUK
"Bang, aku hamil." lirih suara Firda hampir tidak terdengar, dia berdiri di depan pintu kantor urusan agama tempat Bujang dan Mawar yang sesaat lagi akan melakukan akad nikah.
Kedua orang tua Bujang, Mawar dan seluruh keluarga baik dari pihak Mawar maupun dari pihak Bujang menatap Bujang dan Firda secara bergantian. Sangat tergambar jelas keterkejutan pada wajah-wajah mereka, kasak-kusuk dan bisik-bisik mulai terdengar dan berdengung di seluruh ruangan.
Tidak ketinggalan petugas kantor urusan agama yang akan menjadi saksi pernikahan antara Bujang dan Mawar, termasuk petugas yang akan menikahkan Bujang dan Mawar.
"Kalau Abang menikahi perempuan ini, si janda bahenol, terus bagaimana nasibku? Aku akan melahirkan tanpa suami, Bang, anakku juga akan lahir tanpa ayah." Firda pura-pura menangis bombay, padahal hatinya takut bercampur menjadi satu.
Bagaimana kalau nanti si Mawar akan mengamuk dan mencakar-cakar wajahnya?
Ini gara-gara tantangan sialan itu serta iming-iming ponsel yang menggiurkan, makanya Firda jadi mau-mau saja menerima tantangan gila itu.
Semua yang ada di ruangan yang memang disediakan untuk akad nikah bagi pasangan calon pengantin seakan terhipnotis menyaksikan apa yang baru Firda katakan, termasuk Bujang dan Mawar si calon pengantin.
"Mish, benarkah apa yang dikatakan oleh gadis muda ini? Kau sudah menghamili dirinya?" tanya Surya, ayahnya Bujang.
"Bah, aku bahkan tidak mengenal dirinya, bagaimana aku bisa dituduh menghamili perempuan ini?" bantah Bujang.
Bujang menatap ke arah Mawar, calon pengantinnya yang sudah terlihat berwajah pucat antara marah, malu dan mungkin juga sedih.
Siapa yang tidak marah atau sedih, calon suaminya sudah menghamili perempuan lain.
Bujang menatap tajam ke arah Firda, menyipitkan kedua matanya mencoba mereka-reka siapa gadis muda yang ada dihadapannya. Dia ingin mencari tahu apa tujuannya mengacaukan pernikahan dirinya.
Kedua matanya langsung melotot setelah mengingat siapa gadis itu.
Ya, gadis itu bersama dua temannya sering nongkrong di cafe kecil miliknya.
Bujang melangkah mendekati Firda yang mendadak nyalinya menjadi ciut, tatapan mata Bujang yang tajam seakan menembus ke dalam jantungnya.
"Kita tidak saling mengenal, bagaimana bisa aku menghamili dirimu."
"Apakah setelah aku hamil dan Abang akan menikah, lalu Abang seenaknya saja mengatakan tidak mengenal aku? Abang sungguh kejam."
Firda menangis lagi, kali ini terlihat lebih keras. Jika saja ada pemilihan pencarian bakat terpendam, Firda pasti menyabet gelar sebagai juara umum. Aktingnya benar-benar totalitas.
"Apakah kau memiliki bukti jika kita memiliki hubungan, dan anak yang ada dalam kandunganku itu adalah hasil perbuatanku?"
Bujang ingin tahu, sejauh apa gadis yang mengaku-ngaku dihamili olehnya itu melanjutkan tuduhannya. Kerena Bujang memang tidak pernah melakukan hal yang tercela itu.
Firda mengeluarkan ponselnya, lalu membuka rekaman suara yang memperdengarkan bagaimana Bujang merayunya agar mau melakukan hubungan suami istri, dan di dalam rekaman itu juga terdengar jika Bujang berjanji akan bertanggung jawab jika dirinya hamil.
Bujang dan lainnya sampai melongo, suara itu benar-benar nyaris sama seperti suara milik Bujang.
"Bah, dia bohong, Bah. Itu pasti tekhnologi yang sudah membuat suara orang lain menjadi sama persis seperti suara milikku.
Mawar, percaya padaku aku sama sekali..."
"Nggak, walaupun aku seorang janda, tapi aku tidak sudi menikah dengan pria yang bejat dan tidak bertanggung jawab seperti dirimu. Kau lihat gadis itu! Mana mungkin dia berani kesini dan menangis-nangis jika dia tidak sedang hamil, pernikahan kita batal."
Mawar gegas bangun dari duduknya, mengajak kedua orang tua dan keluarganya untuk segera pergi meninggalkan aula kecil yang ada di kantor urusan agama.
Bujang mencoba menahan agar Mawar jangan mau termakan fitnah dari orang yang sama sekali tidak mereka kenali, tetapi Mawar tidak mau mendengar.
"Oh, ya, uang pesta yang sudah kau berikan tidak akan aku kembalikan lagi. Lebih baik aku rujuk kembali dengan mantan suamiku daripada dengan dirimu si bujang lapuk yang tidak bermoral, cih." maki Mawar pergi meninggalkan Bujang dan keluarga besarnya yang sudah terdengar ribut.
Diam-diam Firda menyelinap keluar dari kantor urusan agama tanpa disadari oleh Bujang dan keluarganya, di seberang jalan Sisil dan Mega sudah menunggunya dengan harap-harap cemas.
...******...
Seminggu sebelumnya
"Fir, kalau kau berani menjadikan bang Bujang kekasihmu, maka kami akan memberikan ini padamu."
Tantang Sisil menyodorkan ponsel berlogo apel yang sudah di gigit milik Gita yang ada diatas meja, yang punya barang tentu saja ngamuk.
"Nggak nggak, enak aja!" cepat-cepat ponsel itu dimasukkan ke dalam tas.
"Eh, Git, kita akan patungan membeli ponsel yang baru buat Firda kalau dia bisa jadi pacar bang Bujang, bukan milikmu. Aku cuma memberikan contoh barang."
"Dengan menguras isi tabungan kita? yang benar saja, nggak! Kalau mau, kau saja. Kan kau yang ngasih tantangan, bukan aku."
"Payah kau, gitu saja takut. Lagipula nggak bakalan juga si Firda itu mau sama si bujang lapuk kayak bang Bujang, sudah tuwir. Ntar kalau malam pertama mau un boxing, baru mulai udah megap-megap karena asmanya kumat." Sisil tertawa ngakak, Gita ikut terkekeh.
Keduanya sama-sama membayang malam yang penuh dengan ketragisan itu.
Firda yang di tantang dan jadi bahan lelucon kedua temannya melirik ke arah Bujang yang sedang meracik kopi di depan Grinder Kopi, atau mesin yang berfungsi untuk menggiling serta menghaluskan biji kopi sehingga menghasilkan bubuk kopi yang halus.
Ya, bang bujang adalah seorang Barista di salah satu cafe di tempat nongkrong Firda dan kedua temannya setiap akhir pekan, maklum ketiganya jomblo.
Sambil minum secangkir kopi espresso sambil cari mangsa, siapa tahu ada yang cakep dan tajir nyantol. Namanya juga usaha.
"Jangan macam-macam kalian, bang Bujang mau menikah Minggu depan." jawab Firda menyeruput kopinya.
"Tahu dari mana?" tanya Sisil melirik ke arah Bujang yang tengah mengetik sesuatu di mesin hitung.
"Aku mendengarnya tadi ketika ke toilet, anak-anak itu sibuk bergosip kalau calon istrinya seorang janda." imbuh Firda.
"Telat kau, Sil, selamat uang tabunganku." Gita bernapas lega.
Sisil justru memperlihatkan seringaiannya mendengar Bujang mau menikah.
"Ini justru lebih menarik dan menantang, biar julukan sebagai bujang lapuk sesuai dengan keadaannya. Tiga kali gagal menikah, akan menjadi rekor untuknya. Maka tantangan ini sesuai dengan pengorbanan kami yang akan menguras isi tabungan, buat pernikahannya gagal, Fir. Maka ponsel baru seperti milik Gita akan ada di tanganmu."
Ampun dah, Sisil benar-benar tidak waras. Masa' bisa-bisanya Firda di tantang untuk menggagalkan pernikahan Bujang.
Tapi mengingat iming-iming ponsel yang harganya tidak main-main itu, Firda menyanggupi.
Mereka bertiga berjalan ke kasir dan mulai merekam suara Bujang.
Kelingking ketiganya saling bertautan ketika misi mereka sudah berhasil untuk di awal.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mbak Latif
gak main" taruhanya
2023-11-22
2
Dita Suriani
edaaan
2023-07-02
0
Lina ciello
kebangeten... wess ndang oleh krmane ben sokor
2023-04-03
0