Seorang gadis cantik, jenius dan berbakat yang bernama Kara Danvers bekerja sebagai agen ganda harus mati di karena dikhianati oleh rekannya.
Namun, alih-alih ke alam baka. Kara malah bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan cantik dan imut berusia 3 tahun, dimana keluarga bocah itu sedang di landa kehancuran karena kedatangan orang ketiga bersama dengan putrinya.
"Aku bertransmigrasi ke raga bocil?" Kara Danvers terkejut bukan main.
"Wah! Ada pelakor nih! Sepertinya bagus di beri pelajaran!" ucap Kara Danvers menyeringai dalam tubuh bocah cilik itu.
Apa yang yang akan dilakukan sang agen ganda saat di tubuh gadis cilik itu dan menggemaskan itu. Yuk mari baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertransmigrasi ke tubuh bocah
Seorang bocah perempuan cantik, tertidur pulas di brankar rumah sakit dengan kamar khusus VIP. Setelah sempat dikatakan henti jantung, bocah kecil itu berhasil di selamatkan.
Meskipun dia sempat koma beberapa hari, bocah kecil itu berhasil melewatinya. Bahkan para dokter tercengang melihat keajaiban ini.
Bocah perempuan itu, membuka matanya perlahan, dunia sekelilingnya tampak kabur. Sebuah suara samar terdengar, namun tubuhnya terasa berat dan kaku.
Tiba-tiba, mulutnya mengeluarkan suara pelan, sebuah keluhan yang memecah keheningan.
"Uhhh ... apa yang teljadi?" suara itu keluar serak, seolah-olah dia baru saja bangun setelah tidur sangat lama.
Sang ibu yang berada disampingnya terkejut, melihat sang putri telah sadar. "Sayang! Kamu sudah bangun Princess?!"
Terlihat mata wanita cantik itu berkaca-kaca, dia segera menyentuh pipi sang putri. Namun, hal selanjutnya terjadi membuatnya terkejut.
"Maaf! Anda ciapa Nyonya?" bocah perempuan berusia 3 tahun itu menepis tangan sang wanita sambil bertanya.
Eh! Kenapa suaraku berbeda? batin bocah kecil itu terkejut.
"Ini Mama sayang! Vara lupa sama Mama?!" wanita cantik itu sangat terpukul, saat melihat tatapan datar sang putri.
"Nama caya bukan Vala, tapi Kala!" ucap bocah perempuan itu terkejut lagi, lalu menutup mulutnya sendiri dengan tangan.
Astaga! Kenapa suaraku seperti bocah?! batin Kara.
Yah, dia adalah Kara Danvers. Seorang agen ganda yang berbakat, dia jenius dan cantik. Namun, harus mati di tangan rekannya sendiri.
Mengingat rekannya, membuat Kara ingin menuntut balas dendam. Sepertinya Kara belum menyadari jika dia bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan cantik berusia 3 tahun.
Selvira segera memencet tombol darurat di samping brankar sang putri, terlihat bocah perempuan itu berpikir sesuatu membuat Selvira semakin khawatir.
Tak lama, dokter datang bersama dengan Arvin. Wajah mereka terlihat sangat khawatir, takut-takut jika terjadi sesuatu pada Zylvara.
"Ada apa Vira?" tanya Arvin, tiba-tiba matanya tertuju pada sang putri yang terdiam merenung.
Selvira segera bangkit, lalu menatap suaminya. "Mas! Vara lupa sama aku," ujar wanita cantik itu terlihat terpukul.
"Apa maksud mu?" tanya Arvin bingung.
"Aku juga belum tahu pasti, Mas!" jawab Vira.
Kesadaran Kara kembali tertarik, saat mendengar percakapan orang-orang didekatnya. Bocah perempuan itu menatap tiga orang itu, dengan mengerutkan keningnya.
"Kalian ciapa?" tanya Kara yang telah berada di tubuh Zylvara.
Anjir! Suaraku benar-benar berubah, apa jangan-jangan karena aku baru bangun tidur yah? mata bulat nan cantik itu terlihat terkejut sekaligus bingung.
Kedua orang tua bocah itu terkejut, begitupun dengan sang dokter. Arvin segera menghampiri sang putri.
"Sayang! Kamu gak kenal Papa? Ini Pak Nak!" sahut Arvin menatap dalam mata sang putri.
Vara mengerutkan keningnya. "Tapi aku cudah gak punya olangtua Om, aku yatim piatu," jawab bocah itu jujur.
Perkataan itu tentu membuat ketiga orang dewasa itu terkejut, sedangkan Vara menatap mereka dengan heran.
Apa yang salah sih? Bukannya aku memang tidak punya orangtua! batin Kara.
Kara Danvers memang anak yatim piatu, dia dibesarkan di panti asuhan sejak dia masih bayi. Kenapa dia memiliki kemampuan luar biasa? Itu karena dia pernah di adopsi oleh seorang kakek tua.
Kakek tua itu mengajarkan Kara seluruh kemampuan yang dia punya selama bertahun-tahun. Namun, setelah Kara menguasainya, kakek tua itu meninggal karena penyakitnya yang sudah kronis.
"Dok! Apa yang terjadi pada putriku?" tanya Arvin cemas.
Sang dokter menghela nafasnya dan berkata, "Biar saya periksa dulu Tuan Arvin!" pria berusia 35 tahun itu segera memeriksa bocah kecil.
"Doktel mau apa?" tanya Vara ( sekarang kita panggil Kara dengan Vara yah )
Bocah itu menatap sang dokter dengan penuh kewaspadaan, membuat sang dokter menghela nafasnya.
"Dokter hanya mau memeriksa kondisi Nona!" ucap sang dokter lembut.
Bocah perempuan cantik itu mengangguk polos. "Baiklah!"
Sang dokter mulai pemeriksaan, sang dokter bahkan membawa Vara untuk melakukan CT scan atau MRI untuk memeriksa kondisi bocah kecil itu.
Kedua orangtua Vara, harap-harap cemas. Mereka hanya bisa menunggu sambil berdoa. Meski mereka memiliki hubungan yang sedikit renggang karena orang ketiga. Tapi untuk anak, mereka harus tetap akur.
Setelah pemeriksaan selesai, sang dokter menemui orang tua bocah perempuan cantik dan imut itu.
"Bagaimana Dok?" tanya Selvira. Pasangan itu sedang berada di ruangan sang dokter.
"Setelah kami melakukan serangkaian tes, saya menyimpulkan Nona Vara mengalami amnesia akibat benturan keras di kepalanya," jelas sang dokter.
Deg!
Mata pasangan suami istri itu terbuka lebar, mereka tidak menyangka jika sang putri akan hilang ingatan.
Setelah mendengarkan penjelasan sang dokter, suami-istri itu melangkah ke arah ruang inap sang putri. Sedangkan Kara yang berada di tubuh Vara masih bingung.
"Custel! Ini tahun belapa?" tanya Vara, menatap suster yang sedang menemaninya.
Anjir! Nyebut R dan S saja aku gak bisa! maki Vara dalam hati merasa malu.
Meski bingung dengan bocah perempuan dihadapannya ini, sang suster tetap menjawab, "Ini tahun 2024 Nona!" jawab sang suster.
Vara mengangguk, lalu kembali menatap suster itu. "Custel, boleh ambilkan aku celmin?" tanya Vara.
"Sebentar yah!" suster itu mengeluarkan cermin kecil miliknya yang berada di saku, lalu memberikannya pada gadis kecil di sampingnya ini.
Vara menerimanya, lalu segera melihat wajahnya di cermin. Mata bulat gadis cantik itu terlihat melotot lucu, saat melihat wajah orang lain di cermin.
"Custel, ciapa anak ini?" tanya Vara terkejut menatap suster tersebut.
Suster wanita itu terlihat terkekeh lucu, bisa-bisanya anak kecil ini tidak tahu wajahnya sendiri, pikir suster itu.
"Itukan Nona! Masa Nona tidak kenal wajah Nona sendiri?!" jawab sang suster sabar.
Kara Danvers terkejut, lalu menggeleng cepat. Dia meraba-raba wajah itu. Lalu mencubit pipi gembul gadis itu membuatnya meringis.
"Lah benal! Ini wajahku, tapi kenapa bica belubah?" gumam Vara terkejut.
Sebentar! Tidak mungkin bukan, aku bertransmigrasi ke tubuh bocah? batin Kara menerka-nerka.
Vara kemudian meraba-raba tubuh kecilnya, dan ternyata benar. Gadis cantik yang sekarang di tubuh anak kecil itu semakin terkejut.
Tidak mungkin! Transmigrasi adalah hal yang mustahil! bantah Kara dalam hati.
Tapi melihat apa yang ada di depan matanya, mau tak mau. Dia harus mempercayai, dia benar-benar bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan.
Anjir! Aku bertransmigrasi, wah daebak! batin Kara merasa kagum.
Tentu sebagai orang yang mempercayai pemikiran rasional, tentu ini membuat Kara merasa mustahil. Bahkan, rata-rata orang yang ada di muka bumi ini juga berpikiran sama dengannya.
Perilaku Vara tentu tidak luput dari sang suster dan juga orangtuanya yang ternyata sudah ada di ambang pintu. Mereka terlihat sangat heran dan khawatir.