NovelToon NovelToon
Menggenggam Rindu

Menggenggam Rindu

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis
Popularitas:50.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Qinan

Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.

Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.

"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."

Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.

Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.

Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part~3

Sore itu setelah berbelanja, Ariana segera meninggalkan pasar dan berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum menuju rumahnya.

Nampak 2 kantung belanjaan di tangannya, semuanya adalah bahan-bahan untuk membuat beraneka ragam macam jajanan pasar.

Hanya itu keahlian yang Ariana punya, selama ini ia menghidupi sang putra dengan berjualan kue di kampungnya.

Sebenarnya bisa saja ia mencari pekerjaan di luar rumah, tapi ia kasihan harus meninggalkan putranya seorang diri.

Dan ia bersyukur Tuhan masih memberinya rezeki, meski hanya cukup untuk makan dirinya dan sang putra.

Disisi lain, Demian yang sedang duduk di kursi mobilnya nampak memperhatikan lalu lalang orang berjalan kaki di pinggir jalan.

Di mana di dominasi oleh para karyawan yang sedang pulang dari kantornya sore itu. Ketika pandangannya tak sengaja ke arah seberang jalan, ia melihat seorang wanita sedang berdiri di pinggir jalan dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya.

Deg!!

"Ariana."

Di lihat darimana pun, Demian yakin wanita itu adalah Ariana. Ariana mempunyai rambut panjang yang hitam legam dan jika tersenyum maka akan terlihat kedua lesung pipinya.

Tidak mau kehilangan lagi, Demian langsung membuka pintu mobilnya tak peduli lampu traffic light sudah berubah warna hijau.

"Tuan, tuan anda mau kemana ?" Victor langsung panik, namun ia harus segera melajukan mobilnya karena kendaraan di belakangnya sudah saling membunyikan klaksonnya.

Demian nampak berjalan menyeberang dengan melewati beberapa mobil, ia tak peduli beberapa kendaraan tersebut membunyikan klaksonnya bahkan ada yang meneriakinya.

Sungguh ia tak mau kehilangan Ariananya lagi, belahan jiwanya yang sudah membawa separuh jiwanya pergi.

Sesampainya di seberang jalan, Demian sudah tak menemukan Ariana lagi. Ia kehilangan jejaknya, sungguh ia ingin membakar mobil-mobil yang menghalanginya tadi.

"Aku yakin, wanita itu pasti Ariana."

Gumam Demian seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tuan, apa anda perlu sesuatu? kenapa anda tiba-tiba keluar dari mobil? itu sangat berbahaya, tuan." Victor terlihat sangat khawatir apalagi ketika melihat wajah atasannya yang terlihat frustrasi.

"Saya tadi melihat Ariana, Vic. Di sini, dia berdiri di sini." ujar Demian dengan raut penyesalan.

Victor nampak menatap iba Demian, setiap melihat wanita yang mirip dengan Ariana, atasannya itu selalu mengejarnya sampai ketemu.

"Mungkin hanya mirip saja tuan seperti biasanya." Victor mencoba menenangkan tuannya itu

"Tidak Vic, saya yakin itu Ariana. Ariana ada di kota ini Vic." tegas Demian yakin.

"Nanti saya pasti akan mencari tahu, tuan. Sebaiknya sekarang anda pulang karena sebentar lagi akan gelap." bujuk Victor.

"Kamu harus segera mencarinya untukku, Vic." titah Demian seraya melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

"Baik, tuan." sahut Victor seraya berjalan mengikuti Demian di belakangnya.

Keesokan harinya.....

"Rin, apa kamu sudah ke tempat pak RT ?" Widya segera menghampiri Ariana yang nampak sedang menyusun kue-kuenya di dalam etalese yang terletak di teras rumahnya.

Tinggal di perumahan padat penduduk membuat keuntungan tersendiri bagi Ariana, sedari pagi ada saja yang membeli kue-kuenya meski itu adalah hari pertamanya berjualan.

"Sudah mbak tadi malam, katanya Ricko di suruh daftarkan saja di sekolahan di ujung jalan raya itu melalui jalur prestasi jadi bebas biaya bulanan." sahut Ariana.

"Bagus dong, itu salah satu sekolah favorit di sini dan kebanyakan anak-anak orang kaya yang sekolah di sana dan masalah pembulian kamu jangan khawatir, di sana terkenal dengan toleransi dan sopan santunnya." ujar Widya meyakinkan.

"Tapi prestasi di kampung sama di kota kan beda mbak, iya kalau Ricko bisa lulus tes." Ariana terlihat bimbang.

Ricko yang sedang makan di depan tv, langsung beranjak dari duduknya lalu menghampiri ibunya di luar.

"Ricko bisa buk, Ricko akan belajar yang rajin biar bisa lulus tes." ucapnya menimpali.

"Nah itu Ricko aja semangat, masa kamu tidak Rin ?" bujuk Widya.

Ariana nampak menghela napasnya, kemudian mengulas senyumnya.

"Baiklah anak ibu yang ganteng, besok kita ke sana untuk mengikuti tes." ucapnya yang langsung membuat Ricko senang.

"Kalau begitu Ricko akan belajar sekarang." timpal Ricko dengan semangat, kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya.

"Apa dia mirip seperti Ayahnya ?" Widya nampak terkekeh, namun itu justru membuat Ariana melotot padanya.

"Ups sorry, kelepasan." Widya langsung menutup mulutnya sembari menahan tawanya.

Sungguh Ariana akan mendadak berubah seperti singa jika ia membahas ayah dari Ricko, padahal Widya sangat penasaran siapa ayah Ricko yang sebenarnya.

Namun Ariana selalu menutup mulutnya dan menganggap laki-laki itu sudah mati dalam hidupnya.

Sore harinya.....

"Ricko, ikut bunda yuk sayang." teriak Widya dari depan rumahnya Ariana.

Ricko yang sedang membaca bukunya langsung berlari keluar. "Mau kemana Bunda ?" tanyanya.

"Jemput ayah Herman di kantornya, kamu tahu kantor ayah yang baru sangat tinggi loh." bujuk Widya.

Widya sangat menyayangi Ricko begitu juga dengan suaminya, karena sudah beberapa tahun menikah mereka belum juga di karuniai anak.

"Boleh, buk ?" Ricko bertanya pada ibunya yang nampak baru selesai mandi.

"Boleh, tapi janji sama ibu jangan jauh-jauh dari bunda Widya."

"Ashiaap, buk." Ricko memeluk ibunya sejenak, kemudian ia berlalu pergi bersama Widya.

Beberapa saat kemudian Widya nampak memarkirkan motornya di area parkir di kantor suaminya.

Ricko nampak terperanga saat melihat gedung perkantoran itu, ia mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat puncak gedung yang mempunyai puluhan lantai tersebut.

"Anggoro group." ucapnya ketika membaca papan nama gedung tersebut.

"Sayang, bunda kebelet pipis. Kamu tunggu di sini sebentar ya." pinta Widya.

"Iya, bun." sahut Ricko yang sedang duduk di atas motor.

Karena bosan menunggu Widya yang tak kunjung kembali, Ricko nampak turun dari motornya.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh area gedung perkantoran itu, ia melihat beberapa orang lalu lalang keluar dari dalam kantor tersebut untuk pulang.

"Apa Ricko menunggu ayah Herman di depan pintu kantor itu saja ya." Gumamnya.

Karena rasa penasarannya, Ricko langsung saja berlari ke arah gedung tersebut. Namun sepertinya ia tidak melihat jika ada mobil yang melaju ke arahnya.

Mobil tersebut langsung mengerem mendadak dan sang sopir langsung membuka jendela kaca mobilnya.

"Hei anak kecil apa yang kamu lakukan di sini, ayo pergi dari sini." gertak Victor geram.

Baru kali ini ia melihat anak kecil berseliweran di area parkir kantornya dan dia hampir menabraknya pula.

"Maaf, Om. Ricko sedang menunggu ayah." sahut Ricko sembari menunduk ketakutan.

"Sudah Vic, biarkan saja. Mungkin dia salah satu anak dari karyawan kita." ujar Demian yang duduk di kursi penumpang.

"Baik tuan." sahut Victor.

Demian nampak membuka kaca mobilnya, kemudian memperhatikan anak kecil tersebut yang ia perkirakan seumuran dengan Olive putrinya.

"Sudah tidak apa-apa, lain kali jangan bermain di sini karena banyak kendaraan yang berlalu lalang." ujar Demian.

Mendengar suara Demian, Ricko langsung mengangkat kepalanya lalu menatapnya dan setelah itu ia tersenyum lebar hingga menampakkan kedua lesung pipinya.

1
Ima Kristina
siapa sich Thor yang diam diam mengawasi Edgar dan Dena
Ima Kristina
next
Ima Kristina
kayaknya Martin dan Sera mulai jatuh cinta
Ima Kristina
Edgar inget istri dan anak dong apalagi istri lagi hamil juga
Ima Kristina
Sera diberi pelajaran dulu Thor....
Ima Kristina
benar kata Edgar setiap perbuatan selalu ada karma yang menyertai ...
Ima Kristina
dasar nenek sihir dan anaknya Mak lampir masih aja belum tobat
Ima Kristina
seneng dech akhirnya Edgar dan Dena bicara dari hati ke hati
Ima Kristina
katanya cinta tapi kenapa gak saling terbuka bikin gemess aja
Ima Kristina
bukannya Edgar mengatakan sudah melepaskan Dena dan itu berarti sudah jatuh talak ....
Ima Kristina
gengsi kok dipelihara Nanti nyesel gigit jari
Ima Kristina
susah juga keduanya sama sama egois harus ada orang lain yang membantu menyatukan
Ima Kristina
semuga Edgar dan Dena segera bersatu'
Ima Kristina
lanjut kakaaa
Ima Kristina
next
Ima Kristina
Edgar baik banget sangat tulus menyayangi Dena
Ima Kristina
makin seru bacanya Thorr menghibur banget pokoknya lanjut kakaaa
Ima Kristina
kasihan banget Dena hidupnya tertekan depresi dan harusnya keluarga mendukung untuk kesembuhannya
Ima Kristina
lanjut kakaaa
Ima Kristina
sebagai wanita q bisa mengerti yang dirasakan Dena ...trauma memang susah disembuhkan hanya pribadi yang bisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!