NovelToon NovelToon
Jejak Naga Langit

Jejak Naga Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: HaiiStory

"Ada rahasia yang lebih dalam dari kegelapan malam, dan ada kisah yang lebih tua dari waktu itu sendiri."

Jejak Naga Langit adalah kisah tentang pencarian identitas yang dijalin dengan benang-benang mistisisme Tiongkok kuno, di mana batas antara mimpi dan kenyataan menjadi sehalus embun pagi. Sebuah cerita yang mengundang pembaca untuk menyesap setiap detail dengan perlahan, seperti secangkir teh yang kompleks - pahit di awal, manis di akhir, dengan lapisan-lapisan rasa di antaranya yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang cukup sabar untuk menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan yang Tersembunyi

Mei Zhang menatap peta kuno yang terbentang di hadapannya, jemarinya menelusuri garis-garis kusam yang menandai lokasi-lokasi suci di provinsi Yunnan. Tiga bulan telah berlalu sejak insiden dengan bayangan Mei Ling dan Xiao Chen, tapi kenangan akan mata mereka yang kosong masih menghantuinya setiap malam.

"Kau masih memikirkan mereka?" Wei Xialong bertanya dari sudut ruangan, tangannya sibuk meracik ramuan untuk mengobati luka di bahunya—hasil dari pertarungan terakhir mereka dengan pengikut Sekte Bayangan.

Mei menghela napas panjang. "Bukan mereka yang kupikirkan," dia berbohong, meski tahu Wei Xialong bisa membaca kebohongannya. "Tapi pola ini... ada sesuatu yang aneh dengan cara cermin keempat dan kelima bersembunyi."

Madam Lian, yang sedari tadi diam mengamati, bergerak mendekati meja. "Aneh bagaimana, anak muda?"

"Lihat ini," Mei menunjuk pada serangkaian titik di peta. "Setiap lokasi di mana kita merasakan kehadiran cermin... mereka membentuk pola yang mirip dengan formasi Bintang Utara Terbalik."

Wei Xialong menghentikan kegiatannya. "Formasi itu... bukankah itu—"

"Formasi yang sama yang kau gunakan dalam ritual dua puluh tahun lalu," Mei menyelesaikan kalimatnya. "Tapi terbalik. Seolah..."

"Seolah cermin-cermin itu sedang mencoba meniru ritual tersebut," Zhao Ming muncul dari bayang-bayang, membuat semua orang di ruangan terlonjak kaget. "Tapi dengan tujuan yang berbeda."

Master Song, yang baru kembali dari perjalanannya mencari informasi, meletakkan gulungan tua di atas meja. "Ada yang lebih buruk," dia berkata dengan nada serius. "Aku menemukan ini di reruntuhan Kuil Naga Tidur."

Mei membuka gulungan itu dengan hati-hati, matanya melebar saat membaca isinya. "Ini... tidak mungkin."

"Apa?" Wei Xialong mendekat, luka di bahunya terlupakan.

"Menurut gulungan ini," Mei membaca dengan suara bergetar, "Lima Cermin bukan hanya alat untuk menyegel para naga... mereka adalah bagian dari para naga itu sendiri. Setiap cermin adalah manifestasi dari aspek berbeda dari kekuatan mereka."

"Dan cermin keempat dan kelima?" Madam Lian bertanya, meski dari nada suaranya, dia sudah tahu jawabannya.

"Kegelapan dan Kehampaan," Mei menjawab. "Aspek paling berbahaya dari kekuatan para naga. Cermin-cermin itu tidak hanya mencari tuan baru... mereka mencari cara untuk membangkitkan kembali aspek tergelap dari para naga."

Suasana ruangan menjadi dingin mencekam. Di luar, angin bertiup kencang, membuat lentera-lentera bergoyang dan menciptakan bayangan-bayangan menari di dinding.

"Ada yang lebih buruk," Zhao Ming melangkah ke depan, wajahnya lebih pucat dari biasanya. "Aku mendapat kabar dari jaringan mata-mataku. Ada gerakan mencurigakan dari Sekte Bayangan. Mereka telah menemukan cara untuk melacak cermin-cermin itu menggunakan... pengorbanan manusia."

Wei Xialong mengumpat pelan. "Berapa banyak?"

"Tujuh belas dalam sebulan terakhir. Semua di lokasi yang membentuk pola yang sama dengan yang Mei temukan."

Mei merasakan cangkir—Cermin ketiga—di tangannya bergetar. Cairan di dalamnya berubah hitam pekat sebelum membentuk gambar yang membuat darahnya membeku: sebuah altar kuno di tengah hutan, dikelilingi oleh tujuh belas tubuh yang tersusun dalam pola bintang, dan di tengahnya...

"Tidak..." Wei Xialong berbisik, melihat gambar yang sama. "Itu Chen Lu."

"Siapa?" Mei bertanya, meski dia bisa merasakan ketegangan dalam suara Wei Xialong.

"Muridku yang pertama," Wei Xialong menjawab dengan suara bergetar. "Dia... menghilang lima belas tahun lalu. Aku pikir dia mati, tapi..."

"Dia memimpin Sekte Bayangan sekarang," Zhao Ming menyelesaikan. "Dan dari yang kudengar, dia telah menemukan cara untuk mengendalikan kekuatan cermin keempat dan kelima tanpa perlu memiliki mereka secara fisik."

Mei merasakan getaran aneh dari kedua cermin di pinggangnya. "Bagaimana mungkin?"

"Karena," sebuah suara asing menjawab dari arah pintu, "dia memiliki sesuatu yang lebih berharga dari cermin-cermin itu sendiri."

Semua kepala menoleh ke arah suara. Di ambang pintu berdiri seorang wanita muda dengan rambut putih seperti salju dan mata heterokrom—satu emas, satu perak. Mei merasakan kedua cermin di pinggangnya berdenyut kuat, seolah merespons kehadiran wanita itu.

"Siapa kau?" Master Song mengangkat tongkatnya dalam posisi siaga.

Wanita itu tersenyum—senyum yang tidak mencapai matanya. "Namaku Lin Mei Hua. Dan aku... adalah putri Chen Lu."

Angin malam berhembus lebih kencang, membawa aroma hujan yang akan datang. Lin Mei Hua melangkah masuk ke dalam ruangan dengan anggun yang tidak natural—setiap gerakannya terlalu presisi, terlalu terukur. Mei merasakan ketegangan di udara meningkat, terutama saat melihat reaksi Wei Xialong yang tampak seperti baru melihat hantu.

"Tidak mungkin," Wei Xialong berbisik, tangannya tanpa sadar menyentuh bekas luka di wajahnya. "Kau seharusnya..."

"Mati?" Lin Mei Hua tersenyum lagi, kali ini dengan sentuhan kesedihan yang nyata. "Ya, seharusnya begitu. Tapi ayahku... dia punya rencana lain."

Madam Lian bergerak perlahan ke sisi Mei, jemarinya yang keriput membentuk segel pelindung kuno dengan gerakan yang nyaris tak terlihat. "Anak muda," dia berbisik pada Mei, "perhatikan matanya."

Mei mengamati lebih dekat dan menyadari sesuatu yang aneh—mata emas Lin Mei Hua berkedip dengan ritme yang berbeda dari mata peraknya. Seolah mereka milik dua jiwa yang berbeda.

"Kau ingin tahu kenapa ayahku bisa mengendalikan kekuatan cermin tanpa memilikinya?" Lin Mei Hua melanjutkan, mengambil langkah mendekat. Setiap langkahnya meninggalkan jejak es tipis di lantai kayu. "Karena dia memiliki sesuatu yang lebih berharga—darah naga yang mengalir dalam tubuhku."

Wei Xialong terhuyung mundur, wajahnya memucat. "Chen Lu... apa yang telah dia lakukan padamu?"

"Dia menyelamatkanku," Lin Mei Hua menjawab, tapi ada getaran dalam suaranya. "Saat aku sekarat lima belas tahun lalu, dia menemukan cara untuk mengikat jiwaku dengan essence dari para naga yang tersisa dalam cermin keempat dan kelima."

Zhao Ming mengumpat pelan dalam bahasa kuno. "Itu menjelaskan matanya. Satu untuk setiap cermin..."

"Dan satu untuk setiap aspek kegelapan para naga," Master Song menambahkan, tongkatnya kini bersinar dengan cahaya keemasan yang meredup. "Tapi harga yang harus dibayar..."

"Lebih besar dari yang kalian bayangkan," Lin Mei Hua memotong, dan untuk sesaat Mei melihat kilatan kesakitan di wajahnya. "Setiap malam, aku bisa merasakan mereka—para naga—berbisik dalam pikiranku. Menunjukkan... hal-hal yang tidak seharusnya kulihat."

Mei merasakan getaran dari cangkir di tangannya semakin kuat. Cairan di dalamnya kini berpendar dengan cahaya yang berubah-ubah antara emas dan perak, menciptakan bayangan aneh di dinding. "Kau datang untuk memperingatkan kami," dia berkata pelan, mendadak memahami.

Lin Mei Hua menoleh padanya, dan untuk pertama kalinya, senyumnya mencapai matanya—setidaknya mata emasnya. "Kau lebih tajam dari yang ayah katakan, Mei Zhang."

"Apa maksudmu?" Wei Xialong bertanya, masih tampak terguncang.

"Ayahku... Chen Lu... dia tidak hanya ingin membangkitkan para naga," Lin Mei Hua menjelaskan, suaranya berubah menjadi bisikan. "Dia ingin menjadi mereka. Dan untuk melakukannya..."

"Dia membutuhkan pengorbanan yang lebih besar dari tujuh belas nyawa," Zhao Ming menyelesaikan, matanya melebar dengan pemahaman. "Dia membutuhkan..."

"Darah dari seseorang yang telah terikat dengan essence naga," Mei menyimpulkan, menatap Lin Mei Hua dengan horor. "Darahmu."

Lin Mei Hua mengangguk perlahan. "Dan bukan hanya itu. Ritual yang dia rencanakan... akan dilakukan saat gerhana bulan total tiga hari lagi. Saat batas antara dunia material dan spiritual paling tipis."

"Tapi kenapa memberitahu kami?" Master Song bertanya, masih waspada. "Kau adalah putrinya."

"Karena," Lin Mei Hua menjawab, dan kini air mata berwarna emas mengalir dari mata kanannya, sementara air mata perak dari mata kirinya, "aku bisa merasakan apa yang akan terjadi jika dia berhasil. Para naga yang akan dibangkitkan... mereka tidak akan sama dengan yang dulu. Mereka akan menjadi sesuatu yang lebih gelap, lebih lapar..."

Tiba-tiba, Lin Mei Hua terhuyung, tangannya mencengkeram dada. Mei bergerak refleks untuk menopangnya, tapi Wei Xialong menahannya. "Jangan sentuh dia!"

"Tidak apa-apa," Lin Mei Hua tersenyum lemah. "Ini... normal. Essence naga dalam tubuhku... mereka bertarung satu sama lain. Terutama saat aku mencoba melawan kehendak mereka."

Madam Lian melangkah maju, tangannya terangkat. "Biar aku memeriksanya."

Energi keemasan mengalir dari tangan Madam Lian, menyelimuti tubuh Lin Mei Hua. Seketika, ruangan dipenuhi aura dingin yang menusuk tulang. Mei melihat bayangan-bayangan di dinding bergerak dengan cara yang tidak natural, membentuk sosok-sosok naga yang meliuk-liuk sebelum menghilang.

"Ini lebih buruk dari yang kukira," Madam Lian bergumam. "Essence naga dalam tubuhnya... mereka tidak stabil. Setiap kali dia menggunakan kekuatan mereka atau melawan kehendak mereka..."

"Aku kehilangan sedikit bagian dari diriku," Lin Mei Hua menyelesaikan dengan suara datar. "Ironis, bukan? Ayah menyelamatkanku dari kematian, hanya untuk memberiku kematian yang lebih lambat dan menyakitkan."

Wei Xialong mengumpat keras, tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Chen Lu... apa yang terjadi denganmu? Kau dulu..."

"Orang yang berbeda?" Lin Mei Hua tertawa pahit. "Ya, aku masih bisa melihatnya kadang-kadang—kilasan-kilasan dari pria yang dulu menjadi gurumu. Tapi obsesinya dengan kekuatan para naga... dengan 'memperbaiki' dunia... itu mengubahnya."

Mei merasakan getaran aneh dari kedua cermin di pinggangnya, seolah mereka merespons kata-kata Lin Mei Hua. Dan tiba-tiba, sebuah pemahaman menghantamnya. "Mereka terhubung," dia berbisik. "Cermin-cermin ini... mereka tidak hanya mencari satu sama lain. Mereka mencarimu."

Lin Mei Hua mengangguk lemah. "Karena aku membawa dalam diriku essence dari cermin yang hilang. Dan dalam tiga hari... saat gerhana bulan total..."

"Mereka akan mencoba menyatu kembali," Zhao Ming menyimpulkan dengan nada horor. "Dengan atau tanpa ritual Chen Lu."

"Dan jika itu terjadi..." Master Song menatap Lin Mei Hua dengan campuran simpati dan kewaspadaan, "kau akan menjadi vessel untuk kebangkitan mereka."

Angin di luar semakin kencang, dan petir menyambar di kejauhan. Lin Mei Hua mengangkat wajahnya, matanya yang berbeda warna berkilat dalam cahaya kilat. "Itulah kenapa aku membutuhkan bantuan kalian," dia berkata pelan. "Bukan untuk menghentikan ayahku... tapi untuk membunuhku sebelum gerhana terjadi."

1
muhammad haryadi
Makasih kak
Pisces gemini
semangat kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!