Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jin yang Menjelma
Dia segera menuju ke suatu tempat yang tak diketahui Tika, seolah ia telah menemukan apa yang dicarinya. Tika hanya bisa menatap kepergian makhluk itu dengan rasa ingin tahu yang memuncak, sambil mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dan apa maksud dari tindakan aneh makhluk tersebut. Ia seperti sedang bermimpi. Buru-buru ia beristighfar. Kemudian melanjutkan tidur lagi. Sosok bertanduk kecil itu berjalan pelan-pelan mendekati rumah Lala. Setelah berhasil masuk, dia mengendap-endap menuju kamar gadis itu. Dalam suasana remang, langkah kakinya terdengar begitu pelan, hampir tak terdengar. Begitu tiba di pintu kamar Lala, sosok itu mengintip ke dalam, menemukan gadis itu tidur pulas dengan posisi tengkurap. Senyuman lebar menghiasi wajahnya, menampakkan gigi-gigi tajam dan panjang yang menakutkan. Tak mau membuang waktu, sosok itu mengusap kedua telapak tangannya. Tiba-tiba, kuku-kuku panjang mencuat dari ujung jari-jarinya yang besar-besar. Dengan hati-hati, ia mendekati tubuh Lala yang tak menyadari bahaya yang sedang mengintainya. Sosok dari alam lain itu berdiri tepat di samping tempat tidur Lala, menatap wajah gadis itu dengan penuh nafsu dan kegembiraan.
Wajah seram itu kini semakin mendekat, hingga hampir menyentuh tubuh Lala yang masih tidur pulas. Mata itu menatap nanar ke arah Lala, seperti sedang mengevaluasi mangsanya. Lala tak menyadari sama sekali. Pria itu mulai mengendus-endus tubuh Lala, mencari aroma yang telah memikat hatinya sejak beberapa waktu lalu. Kedua matanya terpejam, seakan menikmati aroma yang terpancar dari tubuh Lala.
Kemudian, ia menyeringai lebar, menunjukkan gigi taring yang menyeramkan. Aroma yang didapatkan kali ini sama harumnya dengan aroma darah yang pernah ia santap beberapa waktu yang lalu. Sosok pria itu semakin dekat ke leher Lala. Dia sangat menyukai aroma tubuh cucu Mak Dira itu. Syetan memang menyukai segala sesuatu yang kotor. Dan itu hampir semua ada di tempat Lala. Nauzubillahi min zalik!
Pria bertanduk itu kini berbaring tepat di samping Lala, memperhatikan setiap lekuk wajah gadis cantik itu dengan penuh kagum. Dia tak pernah menyangka dirinya akan jatuh hati pada seorang gadis secantik Lala. Pandangannya tak dapat lepas dari keelokan Lala yang begitu mempesona. Tiba-tiba, tangannya perlahan mendekat dan mengusap punggung Lala dengan lembut, seolah ingin menenangkan gadis itu. Gerakan itu begitu lembut dan hangat, seakan pria bertanduk itu ingin menunjukkan perasaannya.
Lala tersentak. Mimpi buruk? Ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh punggungnya, sentuhan yang aneh, lembut namun terasa salah. Ia membuka mata perlahan, dan pemandangan di hadapannya membuatnya… tertegun. Wajah mengerikan dengan tanduk kecil, gigi-gigi tajam, dan mata yang menyala-nyala… telah lenyap. Di tempatnya berdiri seorang pemuda tampan dengan rambut hitam yang sedikit panjang, mata yang indah, dan senyum yang menawan. Bau anyir darah masih sedikit terasa, namun aroma wangi parfum yang lembut menggantikannya. Ketakutannya sedikit mereda, digantikan oleh kebingungan yang besar.
Pemuda itu, yang tadi masih begitu menyeramkan, menarik sedikit tangannya yang tadinya berada di dekat wajah Lala. "Kau...bangun?" bisiknya, suaranya masih serak, namun lebih lembut, lebih...manusiawi. "Maafkan aku, aku… sedikit berlebihan tadi. Aku tidak ingin membuatmu takut."
Lala, masih gemetar, mencoba mundur, namun rasa takutnya telah berkurang. Perubahan yang drastis ini sungguh mengejutkan. "Kau… siapa kamu sebenarnya?" tanyanya, suaranya masih gemetar, namun lebih mantap.
Pemuda itu tersenyum, senyum yang tulus dan menenangkan. "Namaku Firr," katanya, "dan aku… aku berasal dari dunia yang berbeda." Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Aku mohon maaf atas penampilan ku sebelumnya. Aku… aku hanya ingin mengenalmu, tanpa membuatmu takut. Itulah mengapa aku mengubah wujudku."
Lala masih ragu, tetapi ketampanan Firr dan kesungguhan dalam suaranya sedikit menenangkannya. "Dunia yang berbeda?" tanyanya, "Maksudmu...?"
Firr mengangguk. "Sulit dijelaskan," katanya. "Aku… aku bukan manusia biasa. Tapi aku berjanji, aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin berteman." Ia mengulurkan tangannya, kali ini tanpa kuku-kuku panjang yang menakutkan.
Lala masih ragu-ragu, namun ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Firr. Terlepas dari asal-usulnya yang misterius, ada kejujuran dalam matanya. Ia menatap tangan Firr, lalu perlahan meraihnya. Sentuhannya lembut dan hangat. Kegelapan di kamar masih terasa, namun rasa takut Lala telah berkurang. Misteri Firr tetap ada, namun setidaknya, pertemuan mereka kini terasa sedikit lebih… aman. Kisah mereka baru saja dimulai, dengan sebuah awal yang penuh kejutan dan misteri.