Duke Ethan Maverick mencintai Nyxoria Graciella. Mereka bertunangan dan merencanakan pernikahan, namun suatu masalah telah terjadi, keluarga Nyxoria jatuh miskin hingga membuat rencana pernikahan itu ditangguhkan. Tidak hanya jatuh miskin, mereka mempunyai hutang yang cukup banyak. Nyxoria memutuskan untuk meninggalkan Duke Ethan dan memulai kehidupan baru didesa. Bahkan dia bertemu dengan pria tampan yang baik hati. Pria itu bernama Victor Dallie. Dia mengajari banyak hal pada Nyxoria, hidup dalam kesederhanaan. Cinta tumbuh diantaranya, tapi semuanya berubah ketika Duke Ethan kembali menemui Nyxoria. Menagih janji pernikahan mereka yang tertunda. Nyxoria merendah, dia sadar diri akan statusnya yang hanya rakyat biasa, dia meminta Duke Ethan melupakannya dan mengatakan dia telah menemukan hidup barunya bersama Victor. Perasaan cinta berubah menjadi benci, Duke Ethan mencari segala cara untuk mendapatkan Nyxoria. Bahkan jika wanita itu harus dipajang seperti bunga hiasan sekalipun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Pemilik Gelar Sebenarnya
Cerita hanyalah karya fiktif belaka, tidak ada berkaitan dengan kisah nyata, sejarah maupun kejadian yang ada. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar belakangnya. Mohon maaf, itu hanyalah kebetulan saja. Sekian dan terima kasih. Enjoy for reading book!
•••{ Halaman Paviliun Duke Ethan }•••
Nyxoria terus berlari, berharap bisa pulang secepatnya, air mata terus berjatuhan, dia merasakan ada sesuatu yang menjalar pada bagian lehernya. Pipinya memerah saat merasakannya, merasa seperti dilecehkan oleh tunangannya sendiri.
Ethan menyusul, dia mengejar Nyxoria dengan mudah, bahkan saat ini mereka sejajar. Ethan memasang raut wajah tak bersalah, seakan kejadian tadi bukanlah hal yang tabu baginya.
Nyxoria merasa kesal dengan sikapnya, menghentikan langkah lalu memberanikan diri menghadap Duke, dia menatap kedua mata itu dengan tatapan kesal, mata sembab dan kemerahan karena habis menangis. Bibir itu semakin merah, menggigit bibir bawah menahan diri agar tidak berteriak pada pria itu.
"Apa kau marah?" tanya Ethan. Suaranya cukup tenang dan santai. Matanya menatap bagian leher itu. Sudut bibirnya naik, dia tersenyum. "Merah.." tambahnya lagi.
"Puas kamu?" tanyanya. Matanya memerah sembab, menatap Duke dengan kesal. "Kitakan sudah sepakat! Kita memiliki batasan sebelum kita menikah, mengapa kau merusak kesepakatan itu?" tanyanya. Bergemetar.
Ethan masih tersenyum, melihat ke sisi lemah Nyxoria, ada rasa puas dalam dirinya. "Kau cantik.." jawabnya, memainkan rambut Nyxoria lalu menggulungnya pada jari telunjuk.
"Egois!" ketusnya, dia kembali ingin melangkah pergi, Ethan dengan sigap menariknya jatuh dalam dekapan. "Kyaah!" Nxyoria menjerit, masuk begitu mudah dalam dekapan Ethan.
"Terkadang aku ingin bersikap egois padamu, semua itu karena aku benar benar menginginkanmu, Nyxoria" jawabnya tenang, mendekapnya dengan erat.
"Tapi kesepatakan kita.." gumamnya, membenamkan wajah diantara dada bidang Ethan. "Tolong hargai aku, pernikahan ini sangat penting bagiku, melakukan hal itu diluar pernikahan tidak akan membuatku bahagia, bukankah tujuanmu ingin membuatku hidup bahagia?" tanyanya.
"Aku akan membuatmu terus bahagia, semuanya akan aku lakukan untukmu." jawabnya, mengecup puncak kepala Nyxoria dengan penuh cinta.
"Bagaimana kalau pernikahan kita dipercepat?" tanya Nyxoria, memberanikan diri mengangkat wajahnya, dia menatap wajah Ethan yang selalu berhasil membuat jiwanya terhipnotis.
"Itulah yang aku inginkan, tapi semua itu butuh proses Nyxie.. apa kamu bisa membantuku meyakinkan Ibuku nanti, akan sangat menyebalkan jika ibu menentangku, bisa bisa aku akan langsung menikahimu tanpa harus meyakinkannya." jawab Ethan serius.
"Ibumu hanya khawatir akan masa depan kita." sahut Nyxoria. Melemparkan senyuman sambil berkata lagi. "Aku akan menemui Ibumu, ku dengar berlian yang aku hadiahkan padanya, membuatnya tersanjung, bahkan menceritakannya pada teman teman sosialnya, berlian khusus dari calon menantunya, menurutku Ibumu akan setuju mempercepat pernikahan kita."
"Iya" sahut Ethan, kemudian mereka saling bertatapan, tertawa mesra bersama sama. 'Juga tawamu.. Semua hal yang ada padamu membuatku senang, aku hanya ingin semua itu tertuju padaku. Tawamu, tangismu itu, aku menginginkan semuanya, aku mencintaimu Nyxie"
•••{ cafe klasik }•••
Disisi lainnya, Nyonya Amor bertemu dengan Bicana, Ibu Nyxoria. Sudut bibirnya naik, dia berhasil menekan Bicana dan terus memojokkannya. Hingga Bicana tak bisa mengangkat wajahnya.
Nyonya Amor tetap tenang, meminum teh hangat yang dihidangkan diatas meja itu. "Melihat kamu tidak bisa mengangkat wajahmu lagi, berarti semua perkataanku tadi itu benar ya?"
Bicana masih diam membisu. Teh hangat menjadi teh yang dingin untuknya, bahkan memegang cangkir saja tidak mampu. Dia tidak pernah menduga Nyonya Amor akan mempertanyakan tentang gelarnya seperti saat ini. 'Sejauh apa dia mengetahui masalah gelarku ini?' tanyanya dalam hati.
"Masih tidak menjawab ya.. baiklah, mungkin memang cukup mengejutkan karena aku telah mengetahuinya, hanya satu hal yang pasti. Setelah aku tau, aku mau hubungan anak anak kita harus segera dibatalkan, aku tidak ingin anakku terlibat dengan masalah gelar itu." ucapnya. Suaranya cukup jelas.
"Dibatalkan?" tanya Bicana, akhirnya dia bersuara.
"Iya, benar.. aku ingin kalian membatalkan semuanya, termasuk pernikahannya." jawab Nyonya Amor santai, kemudian dia meletakkan cangkir teh itu dengan pelan diatas meja. "Jangan bilang, kau ingin melanjutkannya demi mempertahankan gelarmu itu?" tanyanya lagi.
"Masalah gelar, kami akan mengatasinya sendiri, tapi membatalkan pernikahan anak kami.. Sepertinya kami tidak bisa melakukannya." jawab Bicana dengan tegas. Mencoba menjawab Nyonya Amor.
"Heh! Sudah kuduga, sikapmu akan seperti ini." suara angkuh dan sinis. Nyonya Amor mengambil sesuatu dari dalam tas lalu menyerahkannya pada Bicana. Dia memiliki sesuatu yang akan menekan wanita itu.
Tangan Bicana bergemetar, mengambil dokumen yang Nyonya Amor serahkan padanya. 'Ya tuhan, sejauh apa dia mengetahuinya masalahnya?' tanya Bicana dalam hati. Dia membaca dokumen halaman pertama yang menuliskan tentang penggunaan uang untuk membeli gelar bangsawan. Deg! Jantungnya berdegup.
Nyonya Amor tersenyum sinis. "Bukankah halaman selanjutnya lebih mengejutkan?" tanya Nyonya Amor, suara sinis dan penuh desakan. Menekan kelemahan Bicana dengan bersungguh sungguh.
Baginya sudah cukup dengan halaman pertama yang membuatnya tertekan, apa lagi yang ada dihalaman kedua? tangannya bergemetar mendapat tekanan kuat dari Nyonya Amor, dia membuka halaman selanjutnya. Membacanya dan juga menelitinya. Berulang kali. Dia terus membacanya berulang kali halaman kedua itu.
Membacanya hingga merasakan pusing dan mual. Dia merasa panik dan khawatir, meminum teh hangat itu tanpa menggunakan tata cara seorang bangsawan, dia terlalu panik hingga melupakannya.
"Teh hangat itu lebih enak jika dinikmati dengan sikap tenang, melihatmu seperti itu.. seperti melihat rakyat jelata yang tidak pernah minum teh hangat saja." ucap Nyonya Amor dengan senyuman licik, situasi saat ini seperti menarik paku yang terlanjur dipalu ditiang yang salah. Karena paku itu salah tempat, itu harus dicabut dan disingkirkan dengan segera.
Bicana merasa malu, dia benar benar tidak bisa lagi mengangkat wajahnya. Kedua dokumen itu berhasil meruntuhkan ketenangannya. 'Untuk membeli gelar, kami memang meminjam uang yang sangat banyak, tapi siapa yang menyangka kami akan ditipu seperti ini? untuk membayar gelar dan juga membayar uang yang kami pinjam, kami pun membayarnya ke tempat rahasia, kami tidak pernah menyangka tempat rahasia itu ialah tempat yang ilegal, dokumen ini membuktikan semuanya, uang yang selama ini kami bayarkan tidak terbayarkan ke tempat yang benar. Kalau benar begitu, secara umum kami telah melanggar kesepakatannya, ini masalah besar, Nyonya Amor telah mengetahui hal ini, dia tidak akan tinggal diam. Dia bisa menghubungi pemilik gelar itu dan memberitahukan posisi kami.' monolog Bicana.
Bicana bangun, dia membawa dokumen itu dan ingin pergi. Tapi sekali lagi dia terkejut dengan kemunculan seseorang yang dia kenal. Pemilik gelar sebenarnya!
Jantungnya berdegup kencang, Bicana kembali duduk dan menundukkan wajahnya. "Tolong saya sekali ini saja, Nyonya Amor!" pintanya. Menahan perasaan yang memalukan sendirian.
Nyonya Amor tersenyum licik, menatap Bicana dengan tatapan merendahkan. "Lady Vanya, senang bertemu denganmu, apa kabar?" Nyonya Amor menyapa Lady Vanya, pemilik gelar yang sebenarnya.
"Senang bertemu denganmu juga, kabarku cukup baik setelah menerima kabar darimu, sudah lama juga ya kejadiannya, baru ini aku menyadari hal itu, memang bangsawan sejati tidak akan pernah sadar kalau ada yang menggunakan gelarnya tanpa izin yang resmi." ucapnya, suara menyindir.
Bicana meremas pakaiannya, menahan diri agar tidak menangis didepan dua orang yang merendahkannya secara terang terangan.
Nyonya Amor melirik ke arah Bicana. "Perkenalkan, namanya Lady Vanya. Pemilik gelar yang sebenarnya." ucapnya. Suara tawa kedua orang itu terdengar renyah dipendengarannya.
Bicana terus menundukkan wajahnya sejauh mungkin, merendahkan diri, seperti paku yang telah disingkirkan karena salah tempat. Posisinya benar benar salah, dia bukan bagian dari bangsawan sejati, melainkan hanya seorang rakyat biasa.
.
.
.
Bersambung!
Oh ya.. jangan lupa mampir dan baca juga
“Pembalasan bibi licik” pengen tahu penilaianmu.. secara aku msh amatir 😬