Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Balqis kembali masuk ke ruangan Faaris setelah selesai mengantar rekan bisnis nya tadi. Seketika dia merasa gugup jika harus berada di ruangan ini berdua dengan Faaris, tentu nya dia takut pria itu berbuat macam-macam, seperti waktu itu.
"Tuan, apa masih ada urusan lagi hingga memanggil saya kembali kesini?" Tanya Balqis.
"Tak ada, aku hanya tak suka kau terlalu ramah pada orang asing." Jawab Faaris datar, membuat Balqis mengernyit, apa maksud nya ini?
"M-maksud anda? Bukan kah sudah tugas saya untuk ramah pada klien, tuan?"
"Hanya pada klien, bukan pada asisten nya!" Tegas Faaris dengan sorot tajam nya, membuat nyali Balqis menciut seketika.
"B-aik tuan saya mengerti."
Jawab Balqis, meski perempuan itu tak tau apa alasan bos nya melarang dia bersikap ramah pada asisten Pak Malik tadi, tapi dia memilih menurut saja daripada kena amuk.
"Ini bonus mu."
"Bonus lagi tuan? Bukan nya minggu kemarin saya juga dapat bonus?" Tanya Balqis heran, setiap minggu dia terus mendapat bonus, bahkan pernah satu minggu dapat dua kali.
"Kau dengar sendiri tadi Pak Malik sangat puas dengan cara mu bekerja, dan berkat kau juga dia mau berinvestasi besar-besaran. Anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih atas kinerja mu."
"Baiklah tuan, terimakasih. Kalau sudah tidak ada yang ingin tuan bicarakan. Saya permisi dulu," Pamit Balqis, sedangkan Faaris hanya menjawab nya dengan anggukan.
Balqis keluar dari ruangan Faaris dengan senyum cerah nya, dia memasukan amplop berisi uang bonus itu ke dalam tas nya. Lalu kembali mengerjakan tugas nya sebagai sekretaris.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan waktu makan siang, Balqis merenggangkan otot nya yang terasa pegal karena terlalu banyak memijat tombol keyboard komputer.
"Balqis, mau makan ke kantin?" Tanya Putri.
"Nggak, Putri. Hari ini aku bawa bekal, buat ngirit." Jawab Balqis.
"Ohh yaudah, aku pergi dulu. Kali aja mau nitip?" Tawar Putri.
"Mau es lemon tea ya, Put."
"Oke, aku kesana dulu." Balqis menjawab nya dengan anggukan, karena dia sudah mulai menyuapkan makan siang nya.
Setelah kepergian Putri, Balqis makan dengan tenang. Sesekali mengscroll akun media sosial nya, melihat list drama yang belum dia tonton.
"Ehemm..." Suara deheman di belakang nya membuat Balqis menolehkan kepala nya, dia tersenyum canggung lalu berdiri dari duduknya, lalu membungkukan setengah badan nya.
"Iya Tuan."
"Kau tak ke kantin?" Tanya Faaris.
"Saya bawa bekal dari rumah, Tuan." Jawab Balqis singkat.
"Kenapa? Apa bonus mu habis?"
"Ti-tidak tuan, yang minggu kemarin saja masih ada. Tapi saya menghemat nya, kalau-kalau obat ibu saya habis." Jawab Balqis, dengan senyum manis nya.
"Makan dengan apa? Apa itu masakan mu sendiri?" Tanya Faaris.
"Iya tuan, hanya masakan sederhana. Sayur sup dan perkedel kentang." Jawab Balqis.
"Bisa saya minta?" Tanya Faaris membuat Balqis melotot. Apa dia tidak salah dengar?
"Kenapa Balqis? Apa tidak boleh?" Tanya Faaris, saat Balqis tak juga menjawab pertanyaan nya.
"Bo-boleh tuan," Jawab Balqis.
Faaris mendekat dan duduk di dekat Balqis, dia bersiap mengambil sendok dari wadah bekal Balqis, tapi perempuan itu buru-buru merebut nya, membuat Faaris menatap perempuan itu dengan heran.
"Kenapa? Bukan nya kau memperbolehkan aku meminta nya?"
"Sendok ini bekas saya, saya cuci dulu sebentar."
"Tak usah Balqis, saya makan bekas kamu juga gapapa."
"Tidak Tuan, itu tidak sopan. Sebentar saya cuci dulu." Faaris tersenyum saat melihat Balqis berlari ke kamar mandi, hanya untuk mencuci peralatan makan bekas nya.
Tak lama, perempuan itu kembali dengan menenteng sendok dan garpu yang sudah dia cuci bersih. Dia juga mengelap nya dengan tissu sebelum memberikan nya pada Faaris.
"Silahkan tuan, maaf kalau masakan saya tidak sesuai dengan selera anda."
"Duduk lah Balqis, ayo makan dengan ku." Balqis pun menurut dan duduk di samping Faaris yang mengambil alih wadah bekal makan siang nya.
Faaris menyuapkan makanan buatan Balqis lalu mengunyah nya dengan perlahan, dia menatap wadah makanan itu dengan heran, masakan sederhana tapi terasa sangat enak.
"Kenapa tuan?" Tanya Balqis, khawatir kalau ternyata masakan nya tak enak.
"Kau memasak nya dengan bumbu apa? Ini enak, Balqis."
"Seperti masak sup biasa tuan, hanya saja saya menggunakan sedikit jamur." Jawab Balqis.
"Bisakah besok kau memasak untuk ku?" Tanya Faaris.
"H-ahh? Apa tuan bercanda?"
"Apa wajah saya terlihat sedang bercanda, Balqis?" Balik tanya Faaris, membuat Balqis mengerti kalau bos nya serius.
"Bisa?" Tanya Faaris lagi.
"Bi-sa tuan bisa.." Jawab Balqis terbata.
"Baguslah, ini apa?" Tanya Faaris menunjuk perkedel kentang di wadah yang satu nya.
"Perkedel kentang tuan."
Faaris mengambil perkedel itu tanpa ragu dan memakan nya dengan lahap.
"Ada yang kurang dengan masakan mu ini, Balqis."
"Ap-apa tuan?"
"Sambel, kurang sambel." Jawab Faaris.
"Ohh baiklah, besok saya akan membuat sambal juga." Faaris tersenyum samar, membuat Balqis meringis karena jarang sekali pria itu tersenyum. Pria itu terlalu sering berwajah datar, jadi saat dia tersenyum bisa membuat jantungan saking manis nya.
Di rumah, Elma sedang di jenguk oleh orang tua nya.
Mereka berkaca-kaca melihat keadaan putri mereka yang semakin lama terlihat semakin kurus. Lingkaran hitam di bawah mata nya pun turut menghiasi wajah yang selalu sendu itu, membuat orang tua nya tau kalau putri mereka jarang tidur.
"Nak, apa kamu tidak tidur dengan baik?" Tanya Ibu nya Elma dengan mengusap lembut wajah sang putri.
"Ba-gaim-ana aku bi-sa tidur nye-nyak Ma, me-mikir-kan hid-up ku sa-ja aku tak ten-ang.' Jawab Elma terputus-putus.
"Kita pulang saja ya? Kita berobat ke luar negeri."
"Ti-dak usah Ma, Mas Faaris su-dah me-nyewa dok-ter untuk mengo-bati ku. Mama tak per-lu khawatir. Mas Faaris meng-urus ku de-ngan baik."
Jawab Elma. Mendengar itu membuat air mata kedua orang tua nya luruh, betapa sabar nya Faaris mengurus putri nya yang sakit selama 3 tahun belakangan ini.
"Nak, bagaimana jika Faaris berpaling?" Tanya ibu Rachel, membuat wanita itu menatap ibu nya dengan sendu. Meski tak rela, tapi dia harus bisa merelakan nya jika suatu saat nanti hal itu memang terjadi.
"Di-a pria yang se-tia Ma, tak mungkin mela-kukan hal sem-acam itu." Jawab Elma mengobati kegundahan hati nya sendiri.
"Tak menutup kemungkinan Elma, Faaris pria yang sempurna, dia juga normal dan mempunyai nafsu."
"Tak apa Ma, Elma cu-kup tau diri. Jika mem-ang itu terj-adi, apa yang har-us aku lak-ukan selain mere-lakan?" Tanya Elma, membuat orang tua nya mengusap rambut putri nya dengan lembut penuh kasih sayang.
"Kamu harus kuat Nak, semoga ada keajaiban kamu bisa sembuh seperti sedia kala."
"Iy-a Ma, sem-oga saja." Jawab Elma, dia tersenyum manis menandakan kalau dia baik-baik saja di depan orang tua nya, padahal dalam hati nya dia sedang menangis.
Dia tak menunjukan kelemahan nya di depan kedua orang tua nya, dia tak mau membuat orang tua nya khawatir dengan kondisi dan keadaan rumah tangga nya yang mulai goyah, sejak Faaris salah memberikan nya bunga.
Dia sudah mencurigai suami nya sendiri sejak saat itu, firasat seorang istri jarang meleset. Beberapa hari ini juga Faaris terlihat lebih ceria dari biasa nya, entahlah bukan kah itu salah satu tanda-tanda? Tapi memang dia belum bicara berdua dengan Suami nya, karena pria itu terlihat seperti menghindari nya, bahkan saat tadi pagi dia meminta hak nya sebagai seorang istri, Faaris malah buru-buru pergi setelah mendapat telepon dari sekretaris nya yang entah seperti apa wajah nya.
Suami nya memang pernah beberapa kali menyebut nama Balqis dia membicarakan kalau perempuan itu bekerja sangat keras hingga menghandle dua pekerjaan sekaligus, assisten dan sekretaris juga. Tapi dia belum pernah bertemu dengan sosok bernama Balqis ini.
Di kantor, Balqis masih menemani Faaris makan. Jadi, yang makan siang itu bukan Balqis tapi Faaris. Pria itu begitu lahap memakan masakan nya, membuat Balqis heran karena setau nya bos nya itu selalu menjunjung tinggi kesehatan dengan gaya makan sehat. Hanya sayur atau buah, jika pagi hanya dua buah roti yang di olesi selai coklat dan segelas susu kedelai, kalau pun makan nasi pria itu memilih nasi merah, karena karbo nya lebih rendah dari nasi putih. Sangat berbeda dengan Balqis yang merasa belum makan kalau belum makan nasi.
Hingga suara dering telepon membuat Balqis terlonjak, padahal yang berbunyi ponsel nya sendiri.
"Angkat Balqis, berisik!" Perintah Faaris, membuat Balqis segera mengangkat panggilan itu. Ternyata dari tetangga nya, entah ada apa dia menelpon siang-siang begini.
"Hallo Bi, kenapa?"
"Balqis, ibu mu pingsan di kamar mandi. Kayaknya penyakit nya kambuh, jadi bibi bawa ibu mu ke rumah sakit. Kamu kesini ya?" Ucap nya, bahkan suasana di seberang telepon terdengar riuh.
"Rumah sakit mana Bi, Balqis akan kesana sekarang!" Orang yang di panggil Bibi oleh Balqis itu pun menyebutkan alamat rumah sakit dan Balqis segera bersiap untuk pergi.
"Ada apa Balqis? Kau terlihat panik." Tanya Faaris.
"Ibu saya pingsan di kamar mandi tuan, saya harus ke rumah sakit sekarang." Ucap Balqis, membuat Faaris yang sedang makan ikut terkejut.
"Aku antar."
"Tak perlu tuan, saya bisa naik taksi. Saya permisi dulu, bekas makan nya simpan saja di meja." Ucap Balqis lalu pergi dari depan Faaris dengan berlari.
"Semoga ibu baik-baik saja, ya tuhan.." Gumam Balqis, dia berdiri di pinggir jalan sambil menyetop kendaraan umum, tapi sialnya semua penuh.
"Bagaimana ini, ahh menyebalkan!" Umpat Balqis kesal.
Hingga tak lama sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan nya, seseorang melongokan kepala nya.
"Masih disini? Kan saya sudah bilang akan mengantar mu, ayoo masuk." Ucap Faaris.
"Baik tuan, terimakasih." Jawab Balqis lalu masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju membelah jalanan yang mulai padat karena jam makan siang sudah selesai.
****