NovelToon NovelToon
The Unfinished Story

The Unfinished Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / CEO / Time Travel / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Firaslfn

Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.

Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.

Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.

Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Dalam Bayang-Bayang Waktu

Langit di atas Griffith Estate tampak kelam, seperti menyimpan ancaman yang mengintai. Elyana dan Davin berdiri di depan sebuah ruangan tua yang jarang dibuka sejak kematian Isabelle. Marcus mengikuti di belakang mereka, membawa sebuah obor kecil untuk menerangi lorong gelap.

“Aku tidak pernah tahu ruangan ini ada,” gumam Davin, matanya menatap pintu kayu berat di depannya.

Marcus menjelaskan dengan suara pelan, “Ini adalah tempat di mana ibumu menyembunyikan rahasia terbesar keluarga. Hanya Isabelle yang memiliki akses ke sini. Setelah kematiannya, ruangan ini tetap tertutup.”

Elyana memegang jam saku erat-erat di tangannya, merasakan detakan aneh yang berasal darinya seolah menuntunnya ke ruangan ini. "Aku merasa ada sesuatu di dalam," bisiknya.

Dengan hati-hati, Davin mendorong pintu itu hingga terbuka. Mereka disambut oleh ruangan kecil dengan rak-rak kayu yang dipenuhi dokumen kuno, benda-benda antik, dan di tengah ruangan terdapat sebuah meja besar. Di atas meja itu, ada sebuah kotak logam yang tampak seperti mekanisme kompleks dengan simbol yang sama seperti yang terukir di jam saku.

Elyana mendekati kotak itu, dan saat ia meletakkan jam saku di atasnya, mekanisme di dalamnya mulai bergerak. Suara detakan memenuhi ruangan, dan tiba-tiba proyeksi cahaya muncul dari kotak tersebut, menampilkan sosok Isabelle Griffith.

“Davin, jika kamu menemukan ini, berarti waktunya telah tiba.” Suara lembut Isabelle terdengar, namun ada ketegasan dalam nada bicaranya.

Davin membeku, matanya terfokus pada proyeksi ibunya. “Ibu…” bisiknya pelan.

Proyeksi Isabelle melanjutkan, “Jam saku itu adalah kunci untuk melindungi waktu dan masa depan keluarga kita. Keluarga Kasahara telah mencoba merebutnya selama bertahun-tahun. Mereka percaya bahwa dengan menguasai jam ini, mereka bisa mengubah sejarah sesuai keinginan mereka.”

Elyana memotong, “Apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga Griffith dan Kasahara?”

Isabelle menjelaskan, “Konflik ini dimulai dari Edward Griffith, yang menciptakan teknologi Chronicle Protocol. Ia tidak pernah bermaksud menggunakan teknologi itu untuk kekuasaan, tetapi Vincent—ayahmu, Davin—mengkhianati keluarga. Dia menjual sebagian teknologi itu ke Ryo Kasahara dan ayahnya, Haruto Kasahara, untuk menyelamatkan bisnisnya yang hampir bangkrut. Itu adalah awal dari bencana.”

Davin mengepalkan tangan. “Jadi, ayah bukan hanya mengkhianati keluarga, tapi juga meletakkan dasar bagi kekacauan ini?”

Proyeksi Isabelle mengangguk. “Aku mencoba memperbaiki segalanya dengan menyembunyikan jam saku itu. Tapi aku tahu waktu tidak akan memberi kita kesempatan jika tidak ada yang berani melawan.”

Isabelle menatap Elyana melalui proyeksi, seolah-olah mengetahui keberadaannya. “Elyana, sekarang saatnya kamu memberitahu mereka yang sebenarnya. Mereka harus tahu darimana kamu berasal dan mengapa kamu di sini.”

Elyana membeku di tempatnya, tenggorokannya terasa tercekat. Namun, proyeksi Isabelle terus menatapnya dengan tatapan lembut namun tegas, mendesaknya untuk berbicara.

Marcus mengerutkan kening. “Apa maksudnya? Elyana, ada sesuatu yang kamu sembunyikan?”

Davin menatap Elyana dengan tatapan tajam, namun ada keraguan dan ketidaktahuan di matanya. “Apa yang sedang terjadi, Elyana? Apa maksud pesan itu?” tanyanya dengan nada tegas.

Elyana menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. Ia tahu ini adalah momen yang tak terhindarkan. Dengan hati-hati, ia menggenggam jam saku yang ada di tangannya, merasakan energi hangat yang berasal dari benda itu, seolah-olah memberinya dukungan untuk berbicara.

“Aku bukan hanya istrimu, Davin. Dan aku bukan berasal dari waktu ini,” katanya dengan suara pelan namun cukup jelas untuk didengar oleh Davin dan Marcus.

Marcus terperangah, sementara Davin hanya menatapnya dengan alis yang mengernyit dalam. “Maksudmu apa, Elyana?” tanyanya, bingung.

Elyana melanjutkan, suaranya bergetar tetapi tetap teguh. “Aku datang dari masa depan, dari tahun di mana kamu dan aku sudah bercerai... dan kamu sudah meninggal.”

Ruangan itu menjadi sunyi. Marcus menjatuhkan obor kecilnya, menyebabkan bayangan api bergoyang di dinding. Davin tampak terkejut, matanya melebar, seolah mencoba mencerna setiap kata Elyana.

“Kamu… dari masa depan?” Davin mengulang, suaranya terdengar serak. “Bagaimana mungkin?”

Elyana mengangguk pelan. “Jam saku ini… itu adalah peninggalan ibumu, Isabelle. Benda ini memiliki kekuatan untuk memutar waktu. Aku tidak tahu bagaimana atau mengapa, tetapi ketika aku memutuskan untuk meninggalkan semuanya setelah perceraian kita, tiba-tiba aku terbangun di masa lalu. Tepat sebelum semuanya berantakan.”

Marcus akhirnya memecah keheningan. “Ini tidak masuk akal… Bagaimana mungkin jam saku bisa mengirim seseorang ke masa lalu?”

Elyana menatap Marcus, mencoba menjelaskan sebisa mungkin. “Aku sendiri tidak tahu mekanismenya. Tapi aku tahu bahwa jam ini tidak hanya benda biasa. Ini adalah bagian dari teknologi keluarga Griffith—Chronicle Protocol—yang bisa memanipulasi waktu. Isabelle menyembunyikannya untuk melindungi masa depan.”

Davin masih terlihat bingung, tetapi kemudian mengingat pesan proyeksi ibunya. “Jadi itulah mengapa ibu berkata bahwa kamu adalah harapan kami. Karena kamu tahu apa yang akan terjadi.”

Elyana mengangguk. “Aku tahu sebagian, tapi tidak semuanya. Aku hanya tahu bahwa keluarga Kasahara akan terus mengejar jam ini, dan jika mereka berhasil, masa depan kita akan hancur. Kamu…” Elyana terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. “Kamu akan mati, Davin. Dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi lagi.”

Marcus menarik napas panjang, mencoba memproses informasi itu. “Jadi, ini bukan hanya soal konflik keluarga, tapi juga soal mempertaruhkan masa depan?”

Elyana menjawab dengan tegas, “Iya. Jika kita tidak menghentikan Ryo Kasahara sekarang, semua yang kita tahu akan lenyap.”

Davin akhirnya menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Ia menatap Elyana dengan campuran ketidakpercayaan dan kekaguman. “Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?”

“Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini. Aku takut kamu tidak akan percaya padaku. Tapi sekarang, setelah mendengar pesan dari ibumu, aku tidak punya pilihan selain jujur,” Elyana menjelaskan dengan suara lembut.

"Jadi karena itu kamu bertindak aneh sejak awal? Apa semua yang terkait dengan masa depanku?"

"Iya, aku takut... Kamu meninggalkan aku lagi, Davin."

Davin mengangguk perlahan. “Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayai semua ini sepenuhnya, tapi… aku percaya padamu, Elyana. Jika kamu mengatakan ini untuk menyelamatkanku dan keluarga kita, aku akan mendukungmu, dan ingat ini. Aku akan selalu bersamamu."

Marcus, yang akhirnya bisa menguasai dirinya, berkata dengan nada serius, “Kita harus bertindak cepat. Jika Ryo mengetahui bahwa kita telah menemukan kotak ini, dia pasti akan bergerak.”

Davin menyetujui. “Kita harus mencari tahu di mana ayah menyimpan dokumen Chronicle Protocol. Itu satu-satunya cara untuk mengetahui kelemahan teknologi ini dan bagaimana menghentikan Kasahara.”

Elyana menatap Davin dengan penuh tekad. “Kita akan melakukannya bersama. Kali ini, aku tidak akan membiarkan sejarah terulang.”

Di sisi lain kota, Ryo Kasahara berdiri di depan meja besar yang dipenuhi peta dan dokumen. Ia baru saja menerima laporan dari anak buahnya.

“Mereka telah menemukan kotak itu,” salah satu pria melaporkan.

Ryo tersenyum tipis, penuh kepuasan. “Bagus. Itu artinya mereka akan menuju brankas keluarga Griffith berikutnya. Pastikan kita lebih dulu sampai di sana. Aku tidak peduli apa yang harus kalian lakukan.”

Pria itu mengangguk dan pergi untuk melaksanakan perintah.

Ryo menatap langit malam di luar jendela, pikirannya dipenuhi ambisi. “Jam saku itu adalah milikku. Dan kali ini, tidak ada yang akan menghentikan ku. Tidak Davin, tidak juga Elyana.”

...----------------...

Dengan Elyana yang akhirnya mengungkap kebenaran dari masa depan, dan Ryo Kasahara yang semakin agresif, konflik mencapai puncaknya. Jam saku dan Chronicle Protocol bukan hanya sekadar teknologi, tetapi juga simbol kekuatan untuk mengendalikan waktu dan takdir.

Namun, satu hal yang jelas bagi Elyana—ini adalah kesempatan keduanya, dan ia tidak akan menyia-nyiakannya. Ia akan melawan apa pun untuk memastikan masa depan yang lebih baik, bersama Davin.

...----------------...

Pagi yang dingin menyelimuti kota saat Elyana, Davin, dan Marcus tiba di rumah lama keluarga Griffith. Bangunan tua itu berdiri megah namun suram, menyimpan kenangan dan rahasia yang sudah lama terkubur.

“Ini tempatnya,” kata Marcus, menunjuk sebuah pintu besi besar di ruang bawah tanah. “Brankas keluarga Griffith. Hanya Vincent yang tahu kombinasi kodenya.”

Davin mendekati pintu dengan hati-hati. “Kita tidak punya waktu untuk menunggu ayah. Jika ini benar-benar penting, kita harus menemukan cara membukanya.”

Elyana menggenggam jam saku erat-erat, merasakan kembali energi aneh dari benda itu. "Aku merasa... jam ini bisa menjadi kuncinya."

Davin menoleh dengan alis terangkat. “Maksudmu?”

Elyana mengarahkan jam saku ke panel kecil di samping pintu brankas. Ketika jam itu mendekati, simbol di panel mulai menyala, menunjukkan bahwa benda itu memang memiliki koneksi dengan mekanisme brankas.

Marcus menatap dengan kagum. “Teknologi ini jauh lebih maju daripada yang aku duga.”

“Ini lebih dari sekadar teknologi,” kata Elyana. “Ini adalah gabungan dari ilmu pengetahuan dan rahasia keluarga yang telah disembunyikan selama bertahun-tahun.”

Dengan hati-hati, Elyana memutar bagian tengah jam saku. Detakan halus terdengar saat simbol di panel menyala lebih terang. Setelah beberapa saat, pintu besi besar itu bergetar dan terbuka perlahan, memperlihatkan ruang penyimpanan yang penuh dengan dokumen, kotak logam, dan artefak aneh.

“Luar biasa,” bisik Marcus, tertegun oleh pemandangan di depannya.

Davin segera melangkah masuk, matanya mencari sesuatu yang spesifik. Di sudut ruangan, ia menemukan sebuah kotak besar dengan logo Chronicle Protocol yang sama seperti di jam saku.

“Inilah yang kita cari,” katanya sambil membuka kotak itu.

Di dalamnya terdapat blueprint kompleks, catatan tangan, dan sebuah buku tebal yang tampaknya berisi semua informasi tentang Chronicle Protocol.

Elyana membuka buku itu, membaca halaman pertama dengan cermat. “Ini adalah catatan kakekmu, Edward Griffith. Dia mencatat semua riset tentang Chronicle Protocol, termasuk bahaya jika jatuh ke tangan yang salah.”

Davin mengambil salah satu blueprint dan mempelajarinya dengan serius. “Teknologi ini bisa mengubah dunia, tapi juga bisa menghancurkannya. Tidak heran Kasahara sangat menginginkannya.”

Marcus menunjuk sebuah dokumen yang lebih kecil. “Lihat ini. Ini surat dari Vincent. Sepertinya dia menyesal telah menjual sebagian teknologi ini ke keluarga Kasahara.”

Elyana membaca surat itu dengan cepat. “Dia mencoba menebus kesalahannya dengan menyembunyikan bagian terpenting teknologi ini—jam saku. Tapi dia tahu, hanya Isabelle yang bisa melindunginya.”

Davin mengepalkan tangannya, emosinya campur aduk. “Ayah mungkin mengkhianati keluarga, tapi setidaknya dia mencoba memperbaiki semuanya di akhir. Sekarang terserah kita untuk menyelesaikan apa yang dia mulai.”

Namun, sebelum mereka sempat membawa semua dokumen keluar, suara langkah kaki terdengar dari luar. Marcus segera menarik pistolnya, berjaga di pintu masuk.

“Mereka sudah di sini,” katanya dengan nada tegang.

Davin menggenggam lengan Elyana. “Kita harus pergi sekarang. Mereka tidak boleh mendapatkan ini.”

Pintu ruang bawah tanah terbuka dengan kasar, memperlihatkan Ryo Kasahara bersama beberapa anak buahnya. Wajahnya penuh dengan senyum dingin saat ia menatap mereka.

“Selamat pagi, Davin. Elyana,” katanya dengan nada santai. “Sepertinya kalian menemukan sesuatu yang bukan milik kalian.”

Davin maju selangkah, melindungi Elyana di belakangnya. “Kamu tidak akan mendapatkannya, Ryo.”

Ryo menggeleng pelan, senyumannya semakin melebar. “Kamu salah, Davin. Itu milikku. Seharusnya keluarga Kasahara yang menguasai teknologi ini sejak awal.”

Elyana merasakan ketegangan meningkat. Dengan cepat, ia menyelipkan jam saku ke dalam sakunya, berharap Ryo tidak menyadarinya.

Marcus mengangkat pistolnya, bersiap untuk bertarung jika diperlukan. “Jika kamu ingin mengambilnya, kamu harus melewati kami dulu.”

Pertarungan kecil pun terjadi. Marcus berhasil melumpuhkan beberapa anak buah Ryo, sementara Davin dan Elyana mengambil dokumen-dokumen penting dan berusaha melarikan diri melalui lorong rahasia di belakang brankas.

“Kita harus pergi sekarang!” seru Davin sambil menarik Elyana.

Namun, sebelum mereka berhasil keluar, Ryo menghadang mereka di lorong sempit. Ia menodongkan pistol ke arah mereka, senyum liciknya tetap terpampang di wajahnya.

“Kamu tidak akan ke mana-mana, Davin,” katanya. “Berikan jam itu padaku, atau aku akan memastikan kamu tidak pernah keluar dari sini hidup-hidup.”

Elyana menatap Ryo dengan mata penuh tekad. “Jam ini tidak akan pernah jatuh ke tanganmu, Ryo. Aku tidak peduli apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan ku.”

Dengan keberanian yang luar biasa, Elyana memutar bagian tengah jam saku. Cahaya terang menyilaukan muncul, mengisi lorong sempit itu. Dalam sekejap, waktu seolah melambat, memberi Elyana dan Davin kesempatan untuk melarikan diri.

Saat mereka akhirnya keluar dari rumah tua itu, Elyana terengah-engah, tangannya masih menggenggam erat jam saku.

Elyana menatap jam saku di tangannya, cahaya samar dari benda itu perlahan meredup. "Kita harus menghentikan Kasahara. Jika tidak, mereka akan terus memburu kita."

Davin mengangguk, wajahnya tegang. "Kita tidak bisa menyimpannya sembarangan. Harus ada tempat yang tidak bisa mereka jangkau, tapi tetap memberi kita akses jika kita membutuhkannya."

Marcus menyeka keringat di dahinya, masih memegang pistol dengan waspada. "Aku tahu beberapa tempat yang aman. Tapi sebelum itu, kita harus memastikan kalau kita memahami teknologi ini lebih jauh. Kalau tidak, kita hanya menunda masalah."

Elyana melihat Davin, menyadari bahwa perjalanan mereka belum selesai. "Kakekmu, pasti meninggalkan petunjuk lain. Sesuatu yang bisa membantu kita."

Davin memikirkan itu sejenak, lalu mengingat sesuatu. "Ada satu tempat lagi. Perpustakaan pribadi Alexander di vila keluarga. Itu mungkin tempat terakhir di mana semua ini dimulai."

Malam tiba ketika mereka sampai di vila tua di pinggiran kota. Bangunan itu terlihat jauh lebih terawat dibanding rumah tua yang sebelumnya mereka kunjungi. Marcus memimpin mereka masuk, memastikan tidak ada ancaman yang mengintai.

Perpustakaan itu berada di lantai dua, tersembunyi di balik pintu rahasia yang hanya bisa diakses dengan kode. Untungnya, Davin mengetahui kombinasi itu dari catatan lama keluarganya.

Ketika pintu terbuka, mereka dihadapkan pada ruangan luas dengan rak-rak penuh buku tua, catatan, dan dokumen yang tertata rapi. Di tengah ruangan, sebuah meja kayu besar berdiri, di atasnya terdapat peta dan diagram yang tampak rumit.

Elyana mendekati meja itu, matanya tertuju pada sebuah buku kecil dengan sampul hitam yang terlihat menonjol. Ia mengambilnya dan membaca halaman pertama.

"Ini... catatan harian Edward," katanya, suaranya bergetar. "Dia tahu bahwa teknologi ini berbahaya. Dia mencoba menyembunyikannya dari dunia."

Davin membaca bersama Elyana, alisnya berkerut. "Tapi dia juga percaya bahwa teknologi ini bisa menjadi penyelamat, jika digunakan dengan benar."

Marcus menunjuk sebuah diagram besar di salah satu dinding. "Lihat itu. Sepertinya itu adalah prototipe asli Chronicle Protocol."

Elyana memperhatikan lebih dekat. "Ini berbeda dari yang kita temukan di brankas. Ada komponen tambahan yang belum selesai dirakit."

Davin mengambil jam saku dari tangan Elyana, memperhatikan dengan cermat mekanismenya. "Mungkin ini adalah kunci untuk menyelesaikannya. Tapi kita harus berhati-hati. Jika kita menyelesaikan ini, itu juga berarti kita membuka potensi bahaya yang lebih besar."

Ketegangan meningkat saat bunyi langkah kaki terdengar dari luar vila. Marcus segera menutup pintu perpustakaan dan mengarahkan mereka ke belakang rak buku besar.

“Mereka menemukannya,” bisik Marcus, suaranya tajam.

Ryo Kasahara masuk ke vila bersama anak buahnya, wajahnya penuh tekad dan amarah. "Aku tahu kalian di sini!" serunya. "Tidak ada gunanya bersembunyi. Berikan Chronicle Protocol dan jam saku itu, maka aku mungkin mempertimbangkan untuk membiarkan kalian hidup."

Davin menggenggam tangan Elyana, memberi isyarat agar mereka tetap diam. Namun, anak buah Ryo mulai menyisir ruangan, dan waktu mereka semakin menipis.

Marcus mengeluarkan sebuah alat kecil dari sakunya, sebuah perangkat peledak kecil yang bisa menciptakan pengalih perhatian. "Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kalian cari jalan keluar."

Elyana menatap Marcus dengan cemas. "Tapi itu terlalu berbahaya!"

Marcus tersenyum tipis. "Aku sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Kalian lebih penting. Pastikan jam saku itu tidak jatuh ke tangan mereka."

Davin meremas bahu Marcus dengan tegas. "Hati-hati."

Marcus melempar perangkat itu ke salah satu sudut ruangan. Dalam hitungan detik, ledakan kecil menggema, diikuti oleh asap tebal yang memenuhi vila. Ryo dan anak buahnya segera bergerak ke arah suara itu, memberi Davin dan Elyana kesempatan untuk melarikan diri melalui lorong rahasia di belakang perpustakaan.

Mereka berlari keluar dari vila, membawa dokumen dan jam saku. Elyana berhenti sejenak, menoleh ke arah vila yang kini penuh dengan asap dan kekacauan.

"Apa yang terjadi pada Marcus?" tanyanya, suaranya bergetar.

Davin meraih tangannya, menariknya agar terus bergerak. "Dia tahu apa yang harus dilakukan. Kita harus mempercayainya. Kita tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanannya."

Elyana mengangguk perlahan, meski hatinya penuh kecemasan. Saat mereka memasuki mobil dan melaju menjauh, ia memegang jam saku erat-erat, menyadari bahwa pertempuran ini baru saja dimulai.

...****************...

1
lena09
ceritanya baguss🎉🎉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!