Setelah aku selamat dari kecelakaan itu, aku berhasil untuk bertahan hidup. Tetapi masalah yang kuhadapi ternyata lebih besar daripada dugaanku. Aku tersesat dihutan yang lebat dan luas ini. Aku mungkin masih bisa bertahan jika yang kuhadapi hanyalah binatang liar. Tapi yang jadi masalah bukanlah itu. Sebuah desa dengan penduduk yang menurutku asing dan aneh karena mereka mengalami sebuah penyakit yang membuat indera penglihatan mereka menjadi tidak berfungsi. Sehingga mereka harus mencari "Cahaya" mereka sendiri untuk mengatasi kegelapan yang amat sangat menyelimuti raga mereka. Mereka terpaksa harus mencari dan mencari sampai bisa menemukan mata mereka yang hilang. Dan akhirnya mereka bertemu dengan kami. Beberapa penumpang yang selamat setelah kecelakaan itu, harus bertahan hidup dari kejaran atau mungkin bisa kusebut penderitaan mereka atas kegelapan yang menyelimuti mereka. Berjuang untuk mendapatkan "Cahaya Mata" mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penumpang yang Selamat
Aku digendong oleh bapak-bapak seram itu. Tak kusangka dia orangnya perhatian. Jadi ingat sebuah peribahasa yang mengatakan jangan melihat buku hanya dari covernya saja.
"Kita hampir sampai." Ucap Bapak seram itu.
Aku melihat remang-remang dikejauhan terdapat sebuah cahaya. Sepertinya itu adalah cahaya dari api unggun dan ada beberapa orang juga yang duduk mengitarinya.
"Kami kembali." Ucap bapak seram memberi salam.
"Andra!!!" Aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku.
"Vivi? Kamu selamat." Aku segera turun dari gendongan bapak seram itu dan segera menghampiri teman masa kecilku itu.
Dia berlari kearahku dan tiba-tiba dia langsung memelukku.
"Syukurlah kamu selamat. Syukurlah." Dia mulai menangis dipelukanku.
Aku tak percaya dia juga selamat dari peristiwa yang mengerikan itu. Sepertinya dia juga baik-baik saja. Aku juga melihat beberapa perban yang menempel pada kepala dan tangan kirinya. Baju flanelnya juga sudah sangat kotor dan kusut sehingga warna hitam putih kotak-kotak yang menjadi motifnya hampir menyerupai warna tanah.
"M-maafkan aku, An. Aku cuma seneng kamu selamat." Dia melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.
Walaupun hanya beberapa saat, aku bisa merasakan jantungnya berdegup cepat. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkanku.
"Hahaha mana mungkin aku gak selamat. Aku kan jago survival." Jawabku percaya diri.
"Ihh ngeselin. Iya deh Aan si paling jago survive." Ucapnya kesal sambil menyeka air matanya.
"Btw gimana dengan Aini? Apa dia selamat?" tanyaku dengan khawatir.
"Dia juga selamat kok. Tapi dia masih belum siuman sekarang." Jawab Vivi.
"Tuh dia disana." Dia menunjuk kearah Aini yang sedang terbaring berbantalkan sweater biru gelap dan berselimutkan sebuah jaket berwarna merah.
"Aini!" Aku segera berlari menghampirinya.
"Kamu gak papa kan?" Tanyaku khawatir.
"Tenang aja dek. Dia cuma pingsan. Aku udah memeriksa kondisi tubuhnya dan gak ada luka yang serius. Paling cuma luka gores sedikit kok." Jawab mbak-mbak disampingku. Sepertinya dia seorang dokter.
"Makasih ya kak udah jagain adekku." Ucapku lega.
"Iya sama-sama." Jawabnya lagi.
"Kamu juga Vi. Makasih ya udah jagain adekku." Tak lupa aku juga mengucapkan terimakasih kepada Vivi.
"Dah lama aku gak ngeliat rambutmu tergerai kek gitu. Apa terakhir pas kamu masih kelas 2 SD ya? Pas kamu dulu masih pake bando warna pink. Ada telinganya lagi hahaha." Ledekku.
"Ihh kok masih inget aja. Malu tau." Gerutu dia sambil memukul punggungku.
"Btw kalo rambutku kek gini jelek ya? Nanti aku cari karet apa tali gitu buat ngiket lagi." Ucap dia sambil mengelus rambutnya.
"Masa diiket pake tali sih? Gitu aja udah bagus kok." Ucapku memuji rambut panjangnya yang tergerai sampai ke dadanya itu. Sepertinya aku harus menenangkannya supaya tidak terlalu kepikiran kejadian tadi.
"Yaudah deh." Jawabnya tersenyum malu-malu.
Aku melihat kondisi adikku kembali kemudian mengusap keningnya. Aku sangat bersyukur dia masih selamat.
"Maafin abang ya An. Abang gak bisa jagain kamu." Ucapku sambil mengelus keningnya.
"Sepertinya kita harus saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Karena dengan saling mengenal, kita bisa tau kemampuan dan bisa saling menjaga satu sama lain." Tiba-tiba bapak-bapak seram itu berbicara.
"Dimulai dari saya. Kalian bisa memanggilku Bonadi. Umurku 41 tahun. Aku adalah mantan angkatan darat dan pangkat terakhirku adalah letnan jenderal." Kata bapak seram itu yang ternyata namanya adalah Pak Bonadi.
"Luar biasa. Ini seperti sebuah keberuntungan yang sedang kami dapatkan disituasi yang mengerikan ini. Karena dengan seorang tentara dalam tim, kita bisa tau apa-apa saja yang akan dilakukan ke depannya karena para tentara sudah sangat terlatih menghadapi alam terbuka seperti ini." Batinku kagum.
"Baiklah selanjutnya kamu." Dia menunjukku mengisyaratkan agar aku segera mulai untuk memperkenalkan diri.
"Baiklah. Namaku Andra. Kalian bisa manggil aku Aan atau Andra juga gapapa terserah kakak-kakak sekalian. Terus umurku 18 tahun. Aku kelas 3 SMA." Ucapku memperkenalkan diri.
"Terus ini adikku. Namanya Aini. Dia berumur 10 tahun. Dia masih kelas 4 SD." Aku juga memperkenalkan adikku yang masih tertidur.
"Baiklah. Selanjutnya kamu."
"Namaku Vivi. Aku seumuran sama Andra. Umurku juga 18 tahun. Salken semuanya."
"Namaku Ayu. Aku bekerja sebagai perawat di rumah sakit dipusat kota. Umurku 22 tahun. Salam kenal."
"Pantesan dia bisa ngerawat Aini. Ternyata dia emang seorang dokter." Pikirku.
"Sekarang aku!" Ucap anak kecil itu bersemangat.
"Namaku Novan. Aku sudah kelas 5 dan umurku ehm,,, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh,,,, ah iya sebelas tahun pak. Cita-citaku jadi seorang tentara seperti bapak." Dia sangat semangat. Dia bahkan belum merasa ngantuk padahal udah larut malam.
"Semangat yang bagus nak. Semoga kamu bisa menjadi sepertiku." Jawab pak Bonadi.
"Baiklah selanjutnya."
"Namaku Juari. Umurku 39 tahun. Aku seorang pemburu. Yah kadang aku juga pergi memancing di laut bersama teman-temanku." Ucap bapak-bapak bermasker itu memperkenalkan diri.
"Pantas saja penglihatanmu sangat tajam dan jeli." Puji Pak Bonadi. Pak Juari hanya mengangguk kecil.
"Baiklah selanjutnya."
"Namaku Haris. Pekerjaanku sekarang adalah satpam disebuah pusat perbelanjaan dikota. Umurku 26 tahun." Ucap mas-mas berkaos hitam bergambar naga putih dipunggungnya.
"N-namaku Willie. Umurku 25 tahun. Pekerjaanku sekarang adalah seorang konten kreator." Ucap mas-mas berhoodie putih hitam itu.
"Konten kreator? Apa itu?" Tanya Pak Bonadi.
"Ya kek buat video di apk Toktok, YourTube gitu lho pak. Masa bapak gak tau?" Jawab Kak Willie.
"Terus kamu buat video tentang apa?" Tanya Pak Bonadi lagi.
"Kek video prank, terus giveaway gitu." Jawab Kak Willie dengan percaya diri.
"Bagus. Sepertinya kamu cocok untuk dijadikan sebagai garda terdepan dalam melawan zombie-zombie itu hahaha." Ledek Pak Bonadi.
"Hei hei masa ganteng kek gini disuruh jadi tumbal." Kesal Mas Willie.
"Gak kok canda. Yaudah berikutnya."
"Namaku Doni. Aku seorang tukang bangunan. Umurku sekarang 25 tahun." Ucap mas-mas berbaju hitam dengan motif seperti kesenian reog di dadanya.
"Baiklah kamu yang terakhir."
"Namaku Evelyn. Aku seorang atlit panahan. Umurku 24 tahun." Jawab mbak-mbak ber sweater biru tua dengan warna putih dipergelangan tangannya.
"Baiklah sekarang kita sudah saling mengenal. Semoga kita bisa akrab satu sama lain dan aku harap, kita bisa saling melindungi tanpa pandang bulu. Karena bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Ucap Pak Bonadi memberikan motivasi kepada kita.
"Ternyata sifat dinginnya itu sudah dari sananya. Tapi setelah dia berkata seperti itu, tidak lagi terkesan dingin tetapi malah terkesan lebih berwibawa. Aura pemimpinnya sangat terpancar dari wajahnya." Batinku kagum.
"Abang? Ini ada apa? Kita dimana?" Tiba-tiba Aini bangun dari pingsannya. Aku segera berbalik untuk menenangkannya.
"Syukurlah kamu sudah sadar. Ini sekarang kita lagi dihutan. Tapi kamu gak usah khawatir, abang ada disini kok. Jadi kamu gak usah takut yaa" kataku menenangkannya sambil mengusap keningnya.
"Dia sepertinya tidak ingat kejadian tadi. Aku harap juga begitu. Karena tadi sangat mengerikan untuk dimengerti oleh anak seusianya." Batinku cemas.
"Setelah ramah tamah ini apa yang harus kita lakukan letnan?" Tanya Pak Juari.
"Sekarang kita akan istirahat terlebih dahulu. Besok kita akan kembali ke bis dan mengambil barang bawaan kita tadi. Aku harap kalian bisa mengambilnya dengan cepat sebelum makhluk-makhluk itu mengejar kalian. Karena aku yakin, setelah perkenalan tadi, kalian membawa barang-barang yang amat berguna sebagai alat untuk bertahan hidup kedepannya." Ucap Pak Bonadi menjelaskan.
"Makhluk apa bang? Kita mau kemana?" Tanya Aini.
"Gak kok dek. Yang penting kita ikut arahan Pak Bonadi aja. Nanti kamu sama abang yaa."
"Iya bang." Jawab Aini lemas. Sepertinya dia sangat kelelahan.
Kemudian kami pun mulai bersiap untuk tidur dan Pak Bonadi menawarkan diri untuk berjaga duluan. Semoga besok kami bisa mengambil barang bawaan dan menelpon tim SAR untuk mengevakuasi kami.