Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memandangnya Dari Jauh
Bab 4 -
"Bayi itu tidak akan bertahan lama jika jauh dari Ayahnya."
"La-lalu saya harus bagaimana?"
Pikiran Rere seketika kalut, dia memeluk perutnya dan merasa terkejut bukan main. Bayinya, dia tidak akan kehilangan bayinya. Rere akan melakukan apapun untuk mempertahankan bayinya sampai dia lahir nanti.
"Hah... Untuk itulah aku datang kemari. Pantas saja Raja peri memberikan titahku untuk datang ke dunia manusia, ternyata karena beliau ingin aku menjemputmu," ungkap Kakek tua tersebut.
"Sekarang juga, mari ikuti aku."
Rere terdiam sejenak, ketika kaki pria tua baya itu sudah bergerak lebih jauh, dia berbalik dan menatap ke arah Rere dengan bingung.
"Apa yang kamu lakukan disana? Cepat ikuti aku!" Sergah sang Kakek.
Mau tidak mau, meskipun dengan keadaan bingung dan linglung. Rere tetap mengikuti kemana langkah Kakek itu membawanya.
Mereka berjalan mengikuti arus aliran sungai yang menuju ke sebuah hulu. Air terjun tinggi dan indah dengan suara derasnya air membuat Rere memandang takjub ke arahnya.
"Pegang tanganku, wahai peri muda."
"Peri?" Rere bergumam pelan, meskipun saat ini dia mengikuti kemana langkah kaki kakek tua itu akan membawanуа.
"Bagaimana kalau aku pulang dan membawa baju ganti.
Sepertinya akan basah jika terkena air terjun ini?" Tanya Rere sembari menahan langkahnya.
"Ikuti saja, kenapa kamu sangat banyak bicara?" Balas si Kakek yang kini terdengar kesal.
Rere dibuat bingung sekaligus takjub saat mereka menembus air terjun. Bahkan tubuh Rere sama sekali tidak basah. Mereka seolah berjalan di sebuah terowongan yang tersembunyi dibalik air terjun.
"Kamu mungkin tidak tau, tapi dari dalam darahmu mengalir setengah darah bangsa peri. Aku tidak mengerti kenapa manusia dan peri bisa bercampur, lebih tidak mengerti lagi mengapa manusia setengah peri sepertimu bisa mengandung bayi serigala. Seandainya kamu tidak punya darah peri, mungkin saja kamu akan mati bersama anak itu."
Rere hanya diam mendengarkan penjelasan dari Kakek tua itu. Penjelasan yang begitu tidak bersahabat, meskipun Rere bingung, dia tetap mengikuti kemana jejak Kakek galak ini membawanya.
Mereka sampai di sebuah hutan, yang sebelum Rere bisa sampai disana, dia harus melewati jembatan emas yang menjadi penghubung antara goa dan hutan yang ada di depan matanya.
Langkah Rere mundur ke belakang ketika melihat peri-peri kecil bersayap menyambutnya dengan suara tawa gembira. Peri-peri itu berwarna-warni, ada kuning, hijau, biru dan bahkan merah muda.
"Hihi Kakek Sol menjemput manusia."
"Lihat, Kakek Sol sepertinya kesal."
"Sudahlah, jangan membuat pria tua itu mengamuk."
Rere sedikit setuju dengan ucapan peri-peri kecil di depannya ini. Kakek Sol memang sangat galak dan pemarah. Bahkan pertemuan pertamanya dengan Rere saja masih terngiang-ngiang dalam ingatan Rere.
"Undine."
Peri kecil berwarna biru itu langsung terbang menuju ke arahnya. Tampangnya seperti peri wanita, dan bentuknya lebih kecil dari kupu-kupu.
"Undine disini!"
"Bawa manusia ini ke Raja Peri."
"Bilang, aku sudah membawa cucunya."
Rere masih tidak mengerti, kenapa Kakek Sol mengatakan bahwa Raja Peri adalah kakeknya. Namun Rere masih terus diam mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Kakek Sol.
Setelah itu Kakek Sol pergi tanpa mengucapkan sepatah kata, sementara peri berwarna biru itu langsung pergi menuntun jalan. Hutan tempatnya berpijak sekarang terlihat bukan seperti hutan yang menyeramkan, justru sangat indah dan asri.
Undine membawanya sampai di sebuah rumah kayu yang terlihat kokoh dan besar. Kayu putih yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, kayu putih yang sama sekali tidak di cat.
"Raja peri, Raja Peri, Undine membawanya!" Suara Undine terdengar imut.
Tidak lama setelah itu pintu rumah kayu tersebut terbuka. Undine menuntunnya kembali untuk masuk. Meski ragu sejenak, namun Rere memantapkan hatinya untuk melangkah.
Seorang pria dengan rambut kuning keemasan panjang, berdiri membelakanginya. Ketika pria itu berbalik, wajahnya terlihat tampan ditambah kacamata yang bertengger di atas hidungnya.
"Keturunan Lumina?"
"Cucuku!"
Pria itu langsung datang dan memeluk Rere. Anehnya Rere tidak menolak pelukan itu, meskipun tampang pria yang memeluknya ini sangat tidak lazim
Cucu?
Bagaimana bisa pria yang tampak muda dan tampan ini bisa memiliki cucu seperti Rere?
"Kamu pasti bertanya-tanya, apa yang sebenamya terjadi."
"Namun aku tidak bisa menjelaskan hal ini secara rinci. Karena keadaan bayimu sangat mengkhawatirkan."
Rere terkejut bukan main, "A-anda mengetahui bahwa saya sedang mengandung?"
Pria itu tersenyum dengan pandangan teduh, "Mata kami para peri, bisa melihat Krotos yang ada pada setiap suin. Lalu, warna Krotos dalam dirimu sangat indah dan berbeda dari Krotos pada umumnya."
"Krotos itu apa?" Tanya Rere bingung.
"Krotos adalah inti dari setiap calon penguasa."
"Mereka yang memiliki Krotos akan menjadi penguasa selanjutnya. Mereka dikaruniai berkat Tuhan yang melimpah, sehingga aliran mana dalam tubuhnya akan mengalir sangat banyak." Penjelasan dari Raja peri masih terdengar sedikit membingungkan, namun akan sedikit masuk akal.
"Yah, aku rasa memang akan sulit dipahami. Namun yang terpenting, kamu harus mempertahankan bayi itu sampai lahir, cucuku."
"Buatlah kontrak dengan salah satu peri, dan aku sarankan untuk membuat kontrak dengan Undine. Dia akan menjaga aromamu sehingga suin serigala tidak akan menyadari siapa dirimu sebenarnya."
Rere sebenamya masih belum paham dengan maksud raja peri yang rambutnya berwarna kuning keemasan ini.
"Aku butuh penjelasan."
"Kondisi bayimu sedang kritis, inti Krotosnya memudar. Aku takut malam ini Bayimu sulit untuk bertahan," jelas sang Raja peri.
"Cucuku, percayakan semua ini padaku. Aku akan mengirimmu sebagai utusan peri, datanglah ke Wilayah Taewon bersama dengan Undine dan juga Lory. Mereka berdua akan menemanimu disana."
Tidak butuh waktu lama Undine datang membuat kontrak dengan Rere. Peri kecil berwarna biru itu bergerak untuk mengecup pelan kening Rere kemudian sebuah tanda berbentuk ukiran salju terlihat menyala di dahi Rere.
"Ingat, jaga kesehatanmu dan jaga kandunganmu. Ada saat dimana kita akan bertemu lagi, lalu kamu akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."
Rere merasa tubuhnya saat itu melayang. Kemudian tubuhnya seolah-olah menghilang begitu saja dari pandangan Raja peri yang kini tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan.
"Sampai berjumpa lagi cucuku, tolong jaga cicitku baik-baik."
"Ini gila!" Pekik Rere sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Raja peri.
Setelah Rere menghilang dari pandangan Raja Peri Arcos. Saat itu juga dia menghela nafas, "Ternyata cucuku sudah melalui penderitaan yang luar biasa."
"Ekhem!"
Raja Acros berbalik mendapati Kakek Sol yang kini berdiri menuntut penjelasan dari tugas yang diberikan oleh Raja Acros.
"Seharusnya kamu membenci anak itu, bukankah karena anak itu,
putrimu satu-satunya Leticia, lenyap?"
Raja Acros tersenyum kecut, "Ini sudah takdimya. Tuhan berhak melenyapkan Leticia, meskipun ada atau tidak adanya anak itu."
"Lalu sekarang, kenapa kamu ingin sekali mempertahankan bayi dalam kandungan cucumu itu? Ck, tiba-tiba punya cucu, sekarang cicitnya juga ada."
Raja Acros melipat kedua tangannya di depan dada, "Kakek Sol, anda memang suka iri dengan saya kan?"
"Iri bagaimana? Aku hanya bertanya karena penasaran. Setelah sekian lama, kamu memintaku untuk ke dunia manusia. Bahkan saat putrimu lenyap, kamu tidak melangkah keluar dari dunia Luminos, lalu sekarang kamu menjemput Cucumu yang hadir setelah melalui banyak cobaan, sebenarnya apa yang kamu pikirkan?" Kakek Sol mengomel panjang lebar, hal itu membuat Raja Peri geleng-geleng kepala.
"Dunia Luminos mengalami keretakan."
Kakek Sol terkejut bukan main saat mendengar ucapan Raja Peri, "Sampai sekarang, Ramalan yang turun adalah akan lahir seorang anak dari campuran bangsa peri dan bangsa serigala. Aku berpikir, bahwa cicitku adalah anak dalam ramalan. Maka dari itu aku harus membuatnya terlahir ke dunia apapun yang terjadi."
Kakek Sol mengangguk paham, "Jadi, cicitmu adalah calon orang hebat?"
"Dia adalah anak yang mendapat banyak berkat Tuhan. Sayangnya, keberadaannya harus disembunyikan untuk sementara waktu ini."
"Hah, sudahlah aku memang tidak akan pernah bisa mengerti terkait dengan hukum dunia."
Raja Peri terkekeh, meskipun saat dia menatap sebuah pohon dari kejauhan sana, perasaannya menjadi kalut dan cemas.
"Semoga kamu baik-baik saja, cucuku."
"Nona!"
Rere terbangun ketika mendengar seseorang memekik memanggil namanya. Saat terbangun, dia bisa melihat seorang gadis berdiri di sebelahnya dengan rambut pendek, dan juga wajah yang imut.
"A-aku berada dimana?"
"Anda adalah utusan bangsa peri yang akan berada di istana Taewon.
"Saya Lory, pelayan Nona."
"Undine," panggil Lory.
Peri kecil itu langsung muncul dan tertawa, "Halo Nona Rere, aku adalah Undine. Mulai saat ini Nona akan dikenal sebagai utusan peri."
Rere menatap bangunan luas yang bahkan terlihat kuno dan klasik. Lantainya marmer, kemudian pintunya terbuat dari kayu yang kokoh.
"Malam ini, akan ada pesta perayaan kembalinya putra mahkota dari prosesi Markos, anda akan datang sebagai perwakilan peri, dan nama anda adalah Teresa."
"Namaku memang Teresa." Rere membalasnya dengan cepat.
Lory tersenyum, "Teresa Lumina."
Rere terdiam saat dia merasakan perutnya tiba-tiba berubah dingin. Seketika raut wajahnya berubah panik, "Ba-bayiku, sepertinya terjadi sesuatu padanya!" Rere bertanya dengan getir.
Lory mengangguk paham, "Ikatannya tampak memudar, anda harus menahannya sampai bertemu dengan Putra Mahkota nanti malam, setelah itu ikatannya bisa kembali pulih."
Rere terdiam dengan perasaan kalut. Dia benar-benar takut bayinya kenapa-napa. Dengan lirih Rere mengelus pelan perutnya, "Nak, bertahanlah, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Ayahmu."
Lory dan Undine saling pandang. Kemudian peri itu bergerak mendekat ke arah Rere. Undine segera mengecup perut rata Rere kemudian membisikan sebuah mantra yang membuat Rere merasa hangat.
"Undine berusaha untuk mempertahankannya. Anda tenang saja Nona."
Tidak banyak yang Rere lakukan, dia merasa tubuhnya begitu letih sehingga beristirahat. Kemudian Lory mengambil tempat tidak jauh dari Rere dan berdiri mengamati Rere.
"Saya akan menjaga nona disini, begitu juga Undine. Jadi anda bisa beristirahat sampai waktunya tiba, Nona."
Wajar jika tenaga Rere terkuras habis karena hari ini terasa begitu panjang, sampai akhirnya terdengar suara dengkuran halus yang menandakan Rere sudah tiba di alam mimpi.
Malampun tiba, seluruh jalanan yang ada di wilayah Taewon di hias sedemikian rupa. Kemudian tidak lama setelahnya beberapa undangan penting tiba.
Rere sudah mengenakan gaun putih panjang yang menampilkan kesan rampingnya. Ada kalung emas rantai yang sengaja dipasangkan di lehernya. Rambut Rere digerai lurus kemudian menggunakan hiasan kepala berbentuk daun emas.
"Anda harus mengenakan cadar ini Nona, karena menyembunyikan diri lebih baik."
Rere hanya menurut.
Dia masih tidak menyangka kalau dirinya akan terlibat dengan sesuatu seperti ini. Sesuatu yang indah, yang Rere pikir hanya bisa dilihatnya sekelebat di sebuah drama atau membacanya di sebuah novel.
Sebuah Istana berdiri kokoh dan megah dengan banyaknya paviliun. Belum tiga taman besar istana terlihat sangat indah. Jika Rere berjalan untuk mengitari Istana ini, mungkin saja dia butuh waktu lima hari untuk sampai lagi di titik awal.
Pelayan datang menghampirinya kemudian mengarahkannya untuk duduk disebuah meja makan panjang. Beberapa orang tampak sudah hadir.
Undine yang bersembunyi dibalik kalung rantai Rere, tampak enggan untuk keluar dari kalung.
Rere merasa gugup bukan main, perutnya terasa semakin dingin. Dia takut bayinya benar-benar menghilang, namun sebisa mungkin Rere mencoba untuk tenang.
Hingga akhirnya sosok yang dia rindukan datang, mengenakan pakaian khas Putra Mahkota. Rambutnya terlihat mengkilap dan rapi.
Saat itu juga air mata Rere mengalir tanpa bisa dicegah. Pria itu tampak tersenyum tipis dan menatap ke arah mereka satu-persatu termasuk Rere.
Namun ketika pandangan mereka bertemu, cukup lama bagi pria itu untuk mengalihkan pandangannya. Sebelum akhirnya Rere memutuskan pandangannya lebih dulu.
Bless...
Rere langsung merasakan perutnya yang semula terasa dingin, kini berubah menghangat. Dengan pelan, Rere mengelus perutnya.
"Terima kasih sudah bertahan, sayang."
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?