Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
layar
Akselia menatap layar di depan matanya dengan perasaan yang campur aduk. Gambar-gambar yang terpapar jelas di hadapannya itu adalah sesuatu yang sangat mengerikan—teknologi yang bisa mengubah dunia menjadi tempat yang lebih gelap dan penuh kontrol. Setiap eksperimen yang ditunjukkan, setiap rancangan yang tergambar, seakan menantang hakikat kebebasan.
“Ini tidak bisa dibiarkan,” gumam Akselia pelan, suara hatinya bergetar. “Apa yang kalian lakukan dengan ini, Lucas? Apa yang kalian coba bangun?”
Lucas mengamati ekspresi wajah Akselia, senyumnya tetap tersungging, meski ada ketegangan yang terasa di ruang itu. "Apa yang kami coba bangun?" jawabnya dengan nada lembut, meski ada sebuah kesan kejam di balik kata-katanya. “Kami mencoba menciptakan masa depan. Masa depan yang lebih terorganisir, di mana segala hal bisa dikendalikan. Tidak ada lagi kebebasan yang tak terkendali. Tidak ada lagi kerusuhan. Tidak ada lagi ketidakpastian. Hanya ketertiban.”
Akselia merasa perasaan sesak di dadanya. Masa depan yang ‘teratur’ versi Lucas berarti dunia yang dipenuhi pengawasan tanpa ruang untuk kebebasan. Tidak ada ruang untuk memilih, untuk berbuat salah atau benar. Semuanya akan diatur, dan segala keputusan akan diambil oleh sistem yang tak terkalahkan.
“Jadi, kau ingin aku bekerja sama denganmu untuk menciptakan dunia yang seperti itu?” Akselia menatap Lucas dengan tatapan yang tajam. “Kau pikir aku akan mengkhianati ayahku dan bekerja untuk kekuasaan yang lebih besar?”
Lucas tersenyum tipis. “Aku tahu kau masih belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi, Akselia. Tetapi kau akan segera tahu. Sistem yang ayahmu bangun, yang dia coba hindari, telah berkembang lebih jauh dari yang dia kira. Sentinel bukan sekadar organisasi—itu adalah konsep, dan hanya dengan bergabung bersama kami kau bisa memahami mengapa ini sangat penting.”
Akselia menggigit bibirnya, menahan amarah yang sudah mulai menguasai dirinya. "Ayahku" Nama itu selalu membebani langkahnya, membawa banyak harapan yang belum terjawab. Tetapi kini, saat ia melihat kenyataan dengan lebih jelas, ia merasa lebih bingung dari sebelumnya. Apa yang sebenarnya dilakukan ayahnya? Apakah semuanya hanya untuk kekuasaan, atau ada alasan lain yang lebih dalam?
"Dan jika aku menolak?" Akselia akhirnya bertanya, suaranya penuh tantangan.
Lucas tidak mengubah ekspresinya. "Kau tahu bahwa tidak ada pilihan lain, Akselia. Kau tidak bisa lari dari masa depan yang sudah ditentukan. Kalian yang berniat menghentikan kami hanya akan mempercepat kehancuran dunia ini. Kamu tahu, seperti ayahmu, kamu terlalu terikat pada prinsip-prinsip lama yang sudah usang."
Akselia merasa kegelapan menyelimuti ruang hatinya. Semua yang selama ini ia perjuangkan, semua yang ia yakini sebagai kebenaran, kini dipertanyakan oleh kata-kata Lucas. Apakah ayahnya benar-benar seorang pahlawan yang berjuang untuk dunia yang lebih baik, ataukah ia adalah bagian dari sistem yang harus dihancurkan?
"Jadi, apa yang kau ingin aku lakukan?" tanya Akselia, mencoba menahan kebingungannya.
Lucas berjalan mendekat, matanya memandang Akselia dengan penuh perhatian, seolah mengukur setiap gerakan dan kata yang keluar dari mulutnya. "Aku ingin kau membantu kami membuka sistem Sentinel sepenuhnya. Aku tahu kau punya potensi untuk mengakses data yang tersembunyi, yang bahkan aku sendiri belum bisa temukan. Ayahmu menciptakan sistem ini dengan satu tujuan, Akselia, dan sekarang aku tahu kau adalah kunci untuk mencapai tujuannya."
Akselia menahan napas. Semua yang Lucas katakan terasa seperti teka-teki yang harus dipecahkan. "Apa yang sebenarnya ayahku coba lakukan?"
Lucas berhenti sejenak, lalu tersenyum lebih lebar. "Itulah yang harus kau temukan, Akselia. Tapi aku yakin, dengan bantuanku, kau akan mengerti."
Suaranya berubah menjadi lebih serius. “Aku tidak akan memberimu banyak pilihan, Akselia. Kami sudah menyiapkan segala hal untuk memastikan bahwa kau tidak bisa pergi begitu saja. Ini bukan hanya tentang apa yang bisa kamu bantu, tetapi tentang apa yang bisa kamu kendalikan—dan bagaimana kau bisa mengendalikan dunia ini."
Akselia tidak bisa menahan perasaan terdesak yang semakin kuat. Ada sesuatu yang sangat salah dalam semua ini. Dunia yang ingin dibangun Lucas bukanlah dunia yang lebih baik—itu adalah dunia yang terpenjara dalam kontrol, di bawah bayang-bayang satu tangan yang kuat. Dan ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Tapi apa yang bisa ia lakukan
“Aku tidak tahu apakah aku bisa bekerja denganmu, Lucas,” kata Akselia dengan suara pelan, matanya menatap tajam pada pria di depannya. "Aku lebih baik mati daripada membantu seseorang yang ingin mengubah dunia menjadi penjara."
Lucas hanya tertawa pelan, matanya penuh perhitungan. “Kau akan mengerti suatu hari nanti, Akselia. Kau akan memahami bahwa tidak ada pilihan lain. Tidak ada tempat untuk lari.”
Tiba-tiba, Akselia merasakan getaran halus dari dalam jaketnya. Sebuah perangkat kecil yang tersembunyi di saku, yang Mikael berikan padanya sebelum ia dibawa ke sini. Ia tahu perangkat itu punya potensi besar, tapi ia belum tahu pasti bagaimana cara menggunakannya.
“Ada satu hal yang belum kau pahami, Lucas,” kata Akselia, nadanya lebih tegas. “Aku bukan milikmu. Aku milik diriku sendiri, dan aku akan mencari cara untuk menghentikanmu.”
Lucas menatap Akselia sejenak, lalu memandangnya dengan tatapan penuh kecerdikan. “Kau masih berpikir kau bisa menghentikan kami, Akselia?” katanya, dengan nada yang mengandung tantangan. "Jika kau ingin melawan, kau harus lebih dari sekadar gadis biasa. Kau harus menjadi sesuatu yang lebih besar."
Akselia menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya. Sementara itu, di luar ruangan, perasaan cemas melanda. *Reina, Mikael, Axel—semua mereka bergantung padaku. Aku harus menemukan jalan keluar dari sini.*
“Aku akan menemukan jalan untuk menghentikanmu, Lucas,” bisik Akselia dalam hati, "dan aku akan memanfaatkan setiap peluang yang ada."
Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang semakin kuat—bahwa pilihan ini akan menentukan takdir mereka semua.