Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6 : Mahar Mewah dan Hati yang Tersayat
"Kau sudah dapat mahar untuk pernikahan kita?" tanya Soraya sepulang kerja.
Justin mengangguk dan menjawab, "Iya. Mahar kita emas dan berlian. 3 berlian Koh I Noor. Ini langka untuk ku cari dari tadi pagi."
Soraya kaget mendengar maharnya. Memakai berlian yang dipercaya pembawa sial di dunia untuk laki-laki. Ia pun memberitahukan hal ini pada Justin tentang berlian pembawa sial dan terkutuk itu.
Namun, Justin tidak percaya. Ia tertawa dan berkata, "Itu hanya cerita-cerita umum biasa. Jangan terlalu di pedulikan, Sayang! Lagipula, ini untuk mahar pernikahan kita, bukan untuk ku pakai jadi mahkota. Aku bukan keturunan Raja Inggris."
"Terserah apa katamu," balas Soraya dingin.
"Jangan terlalu dingin seperti salju kutub begitu, Sayang. Ini sudah sangat menggelegar hebat, bukan?"
"Yah...kalau itu yang kau mau, silahkan saja."
"Aku sudah tentukan juga tempat pernikahan kita. Di hotel Grensonyse."
"Oh. Bagus."
"Kau tidak terkejut?"
"Kenapa harus kaget? Biasa saja. Lagipula, aku sudah kenal lama dengan keluarga Grensonyse selama belasan tahun, kau tahu."
"Hebat!"
Soraya memutar bola matanya. Pemilik hotel itu sebenarnya adalah sahabat Soraya sejak masih sekolah dulu. Namanya Vera Grensonyse. Selain teman sekolah, ia juga teman sekolah seni sewaktu dulu. Namun ia lulus duluan dari sekolah seni itu.
Justin mengajak Soraya ke sebuah butik yang mewah untuk melihat baju pengantin pernikahan nanti. Soraya berkata, "Jangan terlalu mewah. Pakai saja baju tradisional adat daerah ini. Karena ini daerah Pasundan atau Sunda, kita pakai saja baju tradisional Sunda."
"Tidak mau baju pengantin Barat? Kau tetap memakai kerudung," tanya Justin.
"Tidak mau. Baju tradisional saja."
Justin menghela nafas panjang. Hingga ia berkata, "Baju pengantinnya yang mewah jaman sekarang saja. Tambah siger untuk di kepalamu nanti. Kerudungnya yang panjang menjuntai ke lantai."
"Bajunya, gaun?"
"Iya. Tapi tertutup, namun kau tetap memakai sarung tangan seperti aku. Aku akan berpenampilan tetap seperti seorang Duke Inggris. Karena setelah perjamuan untuk pengantin, kita adakan dansa untuk kita sendiri, dan para tamu melihat."
*DEGH!!!*
Rasanya bagi Soraya ini berlebihan. Bukan berlebihan lagi. Malah ini hampir pada kegilaan. Sampai dalam hatinya, Soraya berkata, "Alpha yang satu ini memang agak laen."
...***...
Sementara itu, di markasnya sendiri, Hugh menggalau di kamar. Ia terima laporan dari Carson kalau Soraya dan Justin akan melangsungkan pernikahan secepatnya. Pernikahan itu di adakan di hotel keluarga kaya yang terkenal seperti selebritis.
"Hati yang tersayat pisau dan pedang ini, rasanya sulit bagiku untuk datang," gumam Hugh. Harapannya terasa benar-benar roboh. Runtuh. Hancur lebur. Kiamat dunianya, tak tersisa.
Suara pintu diketuk terdengar. Hugh menyuruh pengetuk pintunya untuk masuk. Ternyata itu Carson dan Dennis.
"Apa Boss mau datang nanti?" tanya Dennis.
Hugh menghela nafas berat. Pandangan matanya kembali ke arah jendela di sebelah kasurnya. Ia menjawab dengan suara berat, "Berat bagiku hadir. Walaupun kita baru bertemu satu kali."
Carson diam menutup mulutnya. Namun, mimik wajahnya nampak sama seperti Hugh. Sama-sama ada rasa sakit hati. Hatinya terasa ikut tersayat pisau dan pedang. Namun tidak ada yang menyadarinya.
Walaupun Hugh tahu Soraya hanyalah sekretarisnya, namun ia benar-benar amat salut dengan gadis berjilbab yang masih menyimpan banyak misteri itu.
...***...
Di butik dalam sebuah mall...
"Justin!" seru Soraya memanggil. Berniat membuat Justin melihatnya mengenakan gaun pengantin mewah yang tertutup, dengan rok panjang dan kerudungnya yang menjuntai ke lantai.
Justin melirik, matanya terbelalak kaget. Bahkan berbinar-binar dengan wajah kagum.
"Wow! Kamu...kamu sungguh...sangat cantik sekali..." ucapnya terbata-bata. Tak bisa berkata-kata lancar melihat kecantikan calon istrinya.
Namun meskipun begitu, Soraya tetap memancarkan senyum biasa. Tidak merasa terlalu bangga dibilang begitu.