NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Slice of Life
Popularitas:197.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.

"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."

Aisha langsung menghentikan langkahnya.

Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baju Ganti

Alvian dan Aisha melihat Desi yang pergi dengan marah dan bersungut-sungut.

Setelah cukup jauh, Alvian melihat istrinya dengan serba salah.

"Maaf. Lagi-lagi karena aku kamu harus mengalami ini."

"Tidak apa-apa. Bertemu banyak orang, bisa mengajarkan banyak hal," ucap Aisha sambil melihat suaminya.

"Oh Iya. Kamu mau kemana tadi?" Alvian menahan istrinya

"Mencarimu."

"Aku? Kenapa? Apa kamu merindukanku?" Alvian mencoba menggoda Aisha sambil berjalan mendekatinya.

Aisha yang risih mundur selangkah.

"Malam ini aku tidak pulang, Ummi dan Kak Zainab yang akan pulang, kamu bisa pulang bersama mereka."

"Minta saja Kak Ahmad untuk juga pulang dan beristirahat di rumah. Aku akan menginap disini bersamamu."

Aisha tertegun sejenak.

"Baiklah kalau begitu."

***

Aisha memijat kaki Abah dengan pelan, lalu melihat jika sang ayah kini sudah terlelap tidur.

Dia sangat bersyukur karena ayahnya pulih dengan cepat, sekarang Abah bahkan sudah bisa duduk dan berjalan walaupun masih harus dipapah.

Suaminya bilang jika keadaannya terus membaik, ayahnya itu sudah bisa pulang besok lusa.

Aisha lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Pintu terbuka. Aisha melihat suaminya masuk ke dalam dengan membawa beberapa kantong makanan di tangannya.

Alvian menghampiri istrinya, melihat ayah mertuanya sudah tidur, membuat Alvian berbicara dengan pelan.

"Kita makan dulu," ucapnya sambil menyimpan semua makanan di atas meja.

Aisha menghampiri suaminya.

Alvian meminta Aisha untuk duduk di di sofa, disampingnya..

Aisha menurut. Dia duduk di samping suaminya.

"Makanlah." Alvian memberikan sekotak makanan untuknya.

Aisha menerimanya, dia lalu membuka cadarnya.

Alvian terlihat senang, melihat wajah yang seharian ini dia rindukan.

Hingga tanpa sadar dia terus menatap wajah istrinya yang sedang makan.

"Kenapa melihatku terus?" tanya Aisha yang risih karena suaminya yang terus melihat ke arahnya.

"Apa tidak boleh aku mengagumi kecantikan istriku sendiri?" jawab Alvian sambil tersenyum.

"Jika lelaki memandang karena paras yang cantik, sesungguhnya dia sedang melihat dengan syahwat, bukan pandangan rahmat." Aisha berkata sambil melihat makanannya.

Alvian tertegun.

Tiba-tiba pintu terbuka, membuat keduanya kaget, terlebih ketika mereka tahu jika perawat pria yang masuk.

Alvian langsung menyimpan makanannya, dengan sigap menutup wajah istrinya dengan kedua tangannya.

Walaupun sebenarnya, Aisha telah terlebih dahulu menutupi wajahnya dengan ujung hijabnya.

Alvian terlihat sangat marah, dia lalu menghampiri perawat itu dan mengatakan jika seharusnya dia harus mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk.

"Jangan seperti itu lagi, lain kali ketuk pintu dulu, setelah di persilahkan baru kamu boleh masuk." Alvian bicara dengan kesal.

Perawat itu hanya mengangguk sambil menunduk walaupun sebenarnya dia bertanya-tanya dalam hati kenapa bisa dokter Alvian sampai semarah itu padanya.

Perawat itu lalu keluar setelah menyelesaikan pekerjaannya mengganti infus Abah, Alvian kembali duduk di sofa masih terlihat kesal.

Aisha membuka penutup wajahnya, heran melihat suaminya yang menurutnya bereaksi berlebihan.

"Kenapa harus semarah itu?" tanya Aisha heran.

Alvian langsung melihat istrinya.

"Aku tidak mau ada laki-laki lain melihat wajahmu," jawab Alvian jengkel.

"Lain kali tolong lebih hati-hati. Jika kamu mau membuka cadarmu. Pastikan pintunya dikunci dulu, aku tidak mau kejadian tadi terulang lagi."

Aisha mengangguk.

 ____

Tengah malam.

Aisha yang baru saja memeriksa keadaan Abah duduk di samping suaminya yang berbaring di atas sofa.

Suaminya tampak tidur dengan nyenyak, membuat Aisha leluasa untuk terus menatap wajah sang suami. Lelaki yang awalnya menolak dirinya mentah-mentah itu kini telah berubah menjadi seorang suami yang mencintai, menjaga dan bertanggung jawab padanya.

Aisha tak lupa untuk terus bersyukur karena semua itu terjadi karena Allah yang turut andil, Dia yang maha membolak-balikkan hati semua hambanya, hingga Aisha menjadi semakin yakin jika tak ada yang tak mungkin selama kita terus berdoa, meminta dan mengadu kepada-Nya.

Dia yang terus menatap wajah sang suami, kemudian dibuat kaget ketika suaminya menggeliat hingga akan terjatuh dari sofa.

Aisha refleks memegang tubuh suaminya.

Alvian langsung terbangun, kaget menyadari jika Aisha sedang memegang badannya.

Aisha langsung melepaskannya.

"Tadi kamu akan jatuh ke bawah, jadi aku memegangnya."

Alvian tersenyum, dia lalu bergeser mendekati Aisha.

Aisha yang duduk kaget ketika Alvian menyimpan kepalanya di atas pahanya. Membenamkan wajahnya ke dalam perut sang istri.

"Kalau tidur disini sepertinya aku tidak akan terjatuh."

Alvian tersenyum sendiri karena ternyata istrinya itu tak bereaksi. Seakan membiarkan dirinya untuk tidur disana.

Keduanya kemudian sama-sama terdiam. Alvian terpejam, pura-pura tidur walaupun sebenarnya dirinya merasakan ketegangan sang istri.

Alvian kembali berulah, dia menarik tangan Aisha.

Dia lalu menyimpan tangan sang istri di kepalanya. Seolah memintanya untuk mengelus rambutnya.

Aisha hanya bisa menuruti, walaupun awalnya ragu secara perlahan dia memegang lalu mengelus rambut suaminya.

Alvian semakin merasa senang, merasakan jika kini Aisha tidak lagi tegang, bahkan dengan rileks terus mengelus perlahan kepalanya.

Alvian semakin membenamkan wajahnya ke dalam perut istrinya.

Malam itu tanpa kata, keduanya seolah saling mengungkapkan rasa. Tanpa bicara, mereka mengungkapkan cinta.

***

Pagi hari.

Ummi dan Zainab sudah datang, selain membawa makanan, mereka juga membawa baju ganti untuk Aisha dan suaminya.

"Aku akan mandi di ruang kerjaku," ucap Alvian berpamitan pada Aisha setelah selesai sarapan.

Aisha hanya mengangguk sambil memberikan baju ganti yang sudah dibawakan oleh Kak Zainab.

Selepas kepergian suaminya, Aisha juga berniat untuk mandi, dia masuk ke toilet.

Hingga setelah selesai mandi, dia baru menyadari jika dirinya lupa membawa baju ganti. Aisha berteriak meminta tolong Kak Zainab untuk memberikan bajunya yang berada di atas sofa.

Tak lama pintu diketuk.

"Masuklah kak," ucap Aisha yang hanya memakai handuk sambil sibuk menyisir rambut panjangnya yang basah di depan kaca.

Lama kakaknya tak jua masuk, Aisha lalu berinisiatif membuka pintu.

Dia kaget. Melihat Alvian berdiri di depannya. Memegang bajunya.

Alvian, jantungnya berdesir melihat Aisha di depannya. Buru-buru dia memalingkan wajahnya dengan kikuk.

"Kak Zainab dan Ummi baru saja pergi membawa Abah untuk di terapi," ucap Alvian terbata.

Matanya tak lagi berani menatap istrinya.

Aisha yang mulanya kaget, berusaha untuk mengendalikan diri. Walaupun sebenarnya risih tapi dia tahu jika tak salah suaminya melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Aisha melangkah maju mendekati Alvian, dengan rambut basah yang tergerai dan tubuh yang hanya tertutupi handuk saja, dia mengambil baju di tangan suaminya.

"Terima kasih," ucapnya pelan.

Alvian langsung menatap wajah istrinya.

"Maaf aku..." Alvian merasa sangat bersalah, dia gugup dan salah tingkah.

"Tidak apa-apa." Aisha mundur sambil tersenyum, lalu kembali menutup pintu kamar mandi.

Alvian langsung memegang dadanya.

Keringat dingin mengucur deras di keningnya.

1
Endah Retno
sangat menginspirasi
Endah Retno
luar biasa
sri afrilinda
Cerita@ bagus bgt thour... sampe gx bisa berkata², bnyak skali nasehat dan ilmu yg didpt...🥰
Sulastri lastri
sy sampai nangis teringat almarhum ayah dan suami,saat ayah sy mau pergi jangan bawa bapak ke rm sakit y tapi sebagai anak tak sanggup melihat orangtua kita dalam keadaan lemas ,jadi adik laki2 sy memaksa dengan de gendong ayah kami tuk naik mobil tapi dalam perjalan ayah menghembuskan napas pas di halaman rm sakit ,kami pun balik pulang dengan rasa heran klg tetangga kinapa di bawa pulang lagi, setdlah dilihat semua menangis semudah itu perginya
Ernawati
bahaginya Aisha sama alvian
Umi Fatonah
😂😂😂 pak dokter pinter ngambil kesempatan untuk dapat pahala
Della Eliansyah
novel ini udah 2 x q baca g bosen2....banyak kajian agama yg terkandung di novel ini... sukses selalu buat authornya
Yayu Putriamsah
Luar biasa
Siti Aminah
bahagianya pergi menghadap Allah dikelilingi anak² yg Sholih Sholihah.
sri afrilinda
😭😭😭😭😭
Umi Fatonah
hahahaha aisyah lucu juga deh kmu
Nimas Bin Udin
semoga ceritanya bagus seru g ngebosanin aouthoor ok👍👍👍👍
sri afrilinda
🤣🤣🤣🤣🤣
Minyoong_lily
Novel yang sarat akan ilmu baru tentang kehidupan menurut Islam.
Ernawati
membaca cerita ini jadi inget sama orang tua yang sudah tiada😭😭
Minyoong_lily
Masya Allah...
Minyoong_lily
😂🤣
Minyoong_lily
Salfok... Ampe baca ulang. Hmmmm... "Ayah & Ibu" maksudnya ya.
Ernawati
bangga sama aisha dengan pembelaan buat kakaknya slalu tegas
Rosdiana Gama
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!