WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Elizabeth Di Apartemen
Harry yang mendengar jika ibunya ada di apartemen nya langsung bergegas. Ia takut jika ibunya tahu dia membawa seorang gadis ke apartemennya. ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga tak butuh waktu lama, kini ia sudah sampai di apartemennya. Dengan cepat ia berlari menuju lift sebelum ibunya tahu keberadaan Emile.
Ia membuka pintu apartemennya dan mendapati jika ibunya sudah duduk dengan santainya di sofa. Dengan ekspresi wajah yang gelisah serta tatapan mata seolah tengah mencari seseorang membuat hal itu bisa langsung di baca oleh ibunya.
"Kau mencari apa?" tanya Elizabeth membuat Harry canggung.
"Tidak ada. Mami kenapa kesini?" tanya Harry.
"Hei, kau ini sebenarnya anakku atau bukan? seorang ibu mengunjungi anaknya itu hal wajar." kata Elizabeth.
"Mulai..... tujuan mami itu apa? aku masih banyak urusan mam." kata Harry dengan nada malasnya
"Kau menyembunyikan sesuatu dari mami kan." kata Elizabeth dengan menatap Harry penuh curiga.
"Apa lagi???? Tidak ada mam, aku tidak menyembunyikan apapun. Kenapa mami tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Harry
"Halahhh, mami tidak percaya padamu bocah tengik." kata Elizabeth
"Nyonya sa....." ucapan Emile tiba-tiba saja tergantung tak kala melihat kehadiran Harry disana. Begitupun juga Harry yang terkejut dan langsung menatap tajam dirinya.
Elizabeth menatap anaknya itu dengan tatapan seolah-olah meremehkan Harry. Harry berusaha menjelaskan semuanya pada ibunya, tapi seorang ibu tentu paling paham dengan sikap anaknya.
Dari pada menanggapi Harry, Elizabeth lebih memilih menghampiri Emile yang saat ini tengah gugup, panik, dan tentu saja ia takut. Takut jika Harry akan memarahinya habis-habisan.
Entah kenapa saat Elizabeth menghampirinya, tiba-tiba saja Emile merasa jika perutnya sangat mual. ia menutup hidung serta mulutnya membuat Elizabeth menatapnya dengan heran.
Saat Emile tiba-tiba saja berlari, Elizabeth pun juga semakin terheran-heran dan mengikutinya. ia mengintip dari sela pintu kamar mandi yang dimana gadis itu tengah memuntahkan isi perutnya. Ia pun segera berlari menghampiri Harry yang tengah duduk di sofa dengan gusarnya.
Bughhh...
"Akhhhhh.....mami apa-apaan sih!!?" seru Harry ketika wajahnya di timpuk bantal oleh ibunya.
"Kau lihat itu hah, bocah gila!!! apa yang kau lakukan hah!!! Kau ini benar-benar selalu membuat masalah, selalu membuat ibumu ini darah tinggi!!!" kata Elizabeth dengan memukuli Harry .
"Hentikan mami, apa? Apa yang sudah aku lakukan? Dari tadi aku diam saja." kata Harry dengan berusaha menghindari pukulan dan menjauh dari ibunya.
"Dia hamil anakmu." kata Elizabeth membuat Harry menatap ibunya itu dengan bingung.
"Dari mana mami tahu dia hamil anakku?" tanya Harry.
"Dia muntah-muntah di kamar mandi Harry." jawab Elizabeth.
"Ya mungkin saja dia masuk angin mam. Sudahlah mam tidak mungkin dia hamil anakku." kata Harry dengan santainya. Tapi sebenarnya dalam hati ia juga berfikir hal tersebut tapi masih menampik jika itu semua hanya perasaannya saja. Karena dari berapa wanita yang pernah ia hanya ada 2 wanita saja yang hamil, tapi ia bisa membereskan itu semua.
Tanpa sepengetahuan Harry dan Elizabeth, ternyata Emile diam-diam menguping pembicaraan mereka. Ia juga kaget mendengar penuturan ibu Harry karena ia sama sekali tidak pernah terfikir dalam benaknya sedikitpun jika ia akan hamil. Tapi jika di pikir-pikir lagi, ia sudah telat haid sekitar 2 Minggu. Hal itu membuat Emile semakin gelisan dan ingin secepatnya memastikan apakah yang di katakan Elizabeth itu benar atau hanya perasaan mereka saja.
"Kau kenapa tadi?" tanya Elizabeth tak kala melihat Emile yang sudah kembali.
"tidak ada, nyonya." Jawab Emile berbohong.
"huffttt....aku tahu betapa brengseknya anakku. Jadi, kau tidak perlu berbohong karena aku sudah tahu. kau sudah telat berapa minggu?" tanya Elizabeth.
"Mami!!!"
"Diam kau bocah tengik!!!"
"Maksud nyonya apa?" tanya Emile dengan bingungnya
"Sudahlah mam, oke sekarang aku jelaskan kenapa aku membawa perempuan ini ke apartemen ku. Jadi, dia di usir dari kontrakannya karena tidak sanggup membayar biaya sewa perbulan. Dia memohon padaku agar aku membantunya. Mami tahu aku orang yang sangat baik dan tidak tegaan pada orang lain. nah, kebetulan apartemen ini jarang aku tempati, jadi aku suruh dia tinggal di sini untuk sementara waktu sekalian agar dia membersihkannya setiap hari." kata Harry membuat Emile melongo.
"hahhh kenapa dia bicara seperti itu? Sejak kapan aku tinggal di kontrakan? Tidak sanggup bayar? Memohon padanya? Karangan yang sangat indah." batin Emile dengan menatap Harry nyalang
"Bukan untuk kau jadikan teman tidur?" tanya Elizabeth dengan menatap Harry curiga.
"Mana mungkin." jawab Harry
"Baiklah kalau begitu. Mami masih banyak urusan. Dan kau, jika bocah ini berbuat yang tidak-tidak padamu, kau bisa memberitahuku. Oh ya, aku nantikan kabar bahagia itu hihihi." ucap Elizabeth dengan berbisik di kalimat terakhirnya
Raut wajah yang tadinya senang dan bersemangat mendadak berubah menjadi datar tak kala Harry menatap ibunya dengan tatapan keheranan.
"Baiklah mami pergi." kata Elizabeth dengan mengambil tasnya dan memukulkannya pada Harry sebelum akhirnya berlalu pergi.
"Sialll!!! Kau memberitahu ibuku jika kau tinggal disini?" tanya Harry dengan terlihat kesal.
"Tidak. aku tidak tahu jika nyonya akan kesini." jawab Emile seadanya.
"Seharusnya kau jangan keluar selagi ibuku disini, bodoh." kata Harry
"Lalu sekarang aku harus apa?" tanya Emile.
"Diamlah! Kau membuatku pusing." kata Harry dengan merebahkan tubuhnya di sofa.
Pikirannya pun teralihkan dengan perkataan ibunya tadi. Ia tidak ingin jika Emile sampai hamil anaknya. Dengan ragu-ragu dan agak canggung, ia pun menanyakannya pada gadis itu.
"Ka kau, ti tidak hamil bukan? Maksudku jangan sampai kau hamil." kata Harry kemudian memalingkan wajahnya.
Mendengar perkataan Harry membuat hati Emile terasa sakit. Entah kenapa dia bisa merasakan hal itu. Tapi ia pun juga tidak tahu, karena beberapa hari ini ia merasa jika dirinya sangatlah aneh dan tidak seperti biasanya.
Tanpa mengatakan apapun, ia pun langsung berlalu pergi begitu saja. siapa juga yang ingin memiliki anak dengan pria brengsek seperti Harry. tapi perkataan itu selalu terlintas di benaknya dan membuat hatinya gelisah. Karena itu ia pun memutuskan untuk membeli tes kehamilan dan memastikannya sendiri.
"Mau kemana kau?" tanya Harry ketika melihat Emile yang melewatinya dan ingin keluar.
Tanpa mengatakan apapun, ia langsung keluar begitu saja membuat Harry berdecak kesal. Tapi tak berselang lama, Emile kembali dengan membawa sekantong plastik berisi snack. Ia melihat Harry yang masih duduk di sofa sambil memejamkan matanya. Seperti sebelumnya, ia hanya melewatinya begitu saja membuat Harry yang memang tidak tidur langsung membuka matanya.
"Kau berani mengabaikan ku sekarang?" kata Harry membuat Emile berhenti dan menoleh.
Di lihatnya Harry beranjak dan menghampirinya dengan tatapan tajamnya. Ia hanya bisa menelan ludahnya saja melihat itu.
"A apa? ku kira kau tertidur tadi." kata Emile gugup.
"Sekarang sudah tidak ada siapa-siapa bukan?" kata Harry dengan senyum smrik nya membuat Emile merinding sebadan badan.