Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.
Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.
Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.
Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuai Keinginan Sang Duchess
Di sepanjang koridor, beberapa pelayan yang ia temui menunduk penuh hormat, meskipun gerakan mereka tampak sedikit canggung, seperti takut berbuat salah. Namun, ada juga pelayan-pelayan lain yang tetap acuh, seolah menganggap kehadiran Duchess tidak lebih penting daripada pekerjaan mereka.
Jasmine memperhatikan sekilas, tapi tidak memberi reaksi. Hatinya dingin, tidak terganggu oleh sikap mereka. "Mereka akan merasakan akibatnya cepat atau lambat," pikirnya sambil terus berjalan dengan kepala tegak.
Ketika ia mendekati ruang makan utama, pintu besar itu sudah terbuka sebagian. Kepala pelayan Harold berdiri di sisi pintu, membungkuk hormat begitu melihat Jasmine mendekat. "Yang Mulia, makan malam telah siap. Saya akan memandu Anda ke tempat duduk."
Jasmine mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa, lalu melangkah masuk ke ruang makan yang besar dan megah. Aroma makanan hangat memenuhi udara.
"Segera setelah Anda siap, saya akan meminta pelayan untuk mulai menyajikan hidangan," Harold berbicara dengan suara tenang, sambil berjalan mengikuti langkah Duchess menuju meja makan.
Jasmine berhenti di kursinya yang biasa, menariknya sedikit sebelum duduk dengan elegan. "Baik. Suruh mereka cepat. Aku tidak suka menunggu," ucapnya singkat, suaranya tegas tapi tidak meninggikan nada.
Harold membungkuk sekali lagi sebelum memberi isyarat kepada para pelayan yang sudah menunggu di sudut ruangan. Para pelayan itu segera membawa hidangan pertama ke meja, bekerja dengan cepat namun tetap menjaga kesopanan mereka. Jasmine mengamati mereka dengan mata tajam, mencatat setiap gerakan mereka tanpa berkata apa-apa.
Ia menunggu sampai semuanya disajikan dengan rapi di depannya sebelum memberi isyarat kecil untuk mundur. "Cukup. Jangan mengganggu kecuali kupanggil."
Harold dan pelayan lainnya segera menyingkir ke sudut ruangan, meninggalkan Duchess Jasmine menikmati makan malamnya sendirian di meja besar itu. Jasmine mulai menikmati makan malamnya dengan tenang.
Setelah menyelesaikan makan malam, Jasmine meletakkan serbetnya dengan perlahan di meja. Ia mengangkat pandangannya ke arah kepala pelayan Harold yang berdiri tidak jauh darinya, masih menjaga postur tegak dan sopan. Dengan suara dingin, Jasmine mulai berbicara.
"Harold, besok aku akan pergi ke kediaman D'Orland," katanya, nada perintah dalam suaranya begitu tegas.
Harold membungkukkan badannya sedikit. "Baik, Yang Mulia Duchess. Saya akan mengatur persiapannya."
"Pastikan kereta mewah yang kau sediakan," lanjut Jasmine dengan tatapan menusuk. "Kalau tidak, aku sendiri yang akan mengulitimu. Aku tidak peduli siapa tuanmu sebenarnya, saat ini akulah nyonya dirumah ini."
Mendengar ancaman itu, Harold merasa darahnya sedikit mendingin, tapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan keterkejutan. Ia hanya membungkuk lebih dalam dan menjawab dengan tenang. "Tentu, Duchess. Saya akan memastikan semuanya sesuai keinginan Anda."
Jasmine tidak menunggu respons lebih lanjut. Ia berdiri, gaunnya bergerak ringan seiring langkahnya menuju pintu. Tanpa menoleh, ia berkata dengan nada rendah namun tetap terdengar jelas, "Pastikan semuanya siap sebelum pagi. Aku tak ingin melihat ada kesalahan satu pun."
Harold membungkuk lagi hingga punggungnya nyaris lurus. "Akan saya pastikan, Duchess."
Setelah itu, Jasmine keluar dari ruang makan, melangkah dengan anggun menuju tempat peristirahatannya. Para pelayan yang berada di sekitar ruang makan mulai berbisik pelan di antara mereka begitu Duchess menghilang dari pandangan.
"Apakah itu wanita bodoh yang sama dengan dulu?" salah satu pelayan berbisik lirih. "Bukankah wanita bodoh itu banyak berubah. Bahkan aku takut melihat sorot matanya."
"Sama, biarkan saja dia bebas hati. Kita tunggu saja sampai Duke Louise dan Lady Cecilia datang, ia pasti akan ketakutan kembali," sahut yang lain.
"Aku juga tak sabar menantikannya," ucap pelayan lain.
Namun, sebelum percakapan mereka berkembang lebih jauh, suara tegas kepala pelayan Harold memotong bisikan itu. "Diam semua! Kalian lupa di mana kalian berada? Jika aku mendengar satu kata lagi, aku tidak segan-segan melaporkan kalian."
Pelayan-pelayan itu langsung terdiam, menundukkan kepala mereka dengan takut. Harold memandang mereka satu per satu sebelum menghela napas panjang.
Saat suasana kembali sunyi, Harold berdiri di tempatnya, memikirkan perubahan pada Duchess. Dalam hatinya, ia bergumam, "Duchess Jasmine... Anda seperti nya Anda bukan lagi wanita yang sama, Anda sangat berbeda. Sejujurnya, saya suka dengan perubahan mu, Duchess. Saya berharap, Duchess masih memaafkan semua kesalahan dan perlakuan Duke Louise Clair, terhadap Anda yang Mulia."
Jasmine kembali ke kamar nya, duduk manis sambil membaca buku wilayah kerajaan kingswell dan wilayah Duke Clair dan Duke D'Orland.
Beberapa jam kemudian, Lianne kembali ke kamar Jasmine dengan membawa sebuah buku catatan kecil. Wajahnya terlihat serius. Jasmine yang sedang membaca buku di sofa langsung menegakkan tubuhnya begitu melihat ekspresi Lianne.
“Bagaimana hasilnya?” tanya Jasmine sambil meletakkan bukunya.
Lianne menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
“Yang Mulia, saya telah memeriksa semua mahar yang ada di gudang penyimpanan dan kamar ini. Sebagian besar sesuai dengan daftar di dokumen, tetapi ada beberapa barang yang... tidak sesuai.”
Jasmine menyipitkan mata, tanda bahwa ia sudah menduga hal ini.
“Jelaskan, apa saja yang tidak sesuai?”
Lianne membuka catatan kecilnya dan mulai membaca.
“Pertama, kalung safir dari D’Orland yang seharusnya ada di kotak perhiasan utama di gudang, sekarang tidak ada. Kedua, peti kecil yang berisi koin emas dari kerajaan tetangga juga hilang. Dan terakhir, ada beberapa perhiasan kecil yang terlihat diganti dengan barang tiruan.”
Jasmine mengepalkan tangannya di atas meja, matanya menyala penuh kemarahan. “Para pelayan ini benar-benar tidak tahu malu.”
Lianne terlihat ragu, lalu berkata perlahan. “Duchess, apakah mungkin ada orang lain yang terlibat? Mengingat gudang penyimpanan memiliki penjagaan ketat...”
Jasmine tersenyum dingin. “Anne, di istana ini, siapa pun bisa disuap. Bahkan penjaga yang tampaknya paling setia sekalipun. Aku akan membawa bukti ini ke keluarga ku, D’Orland. Mereka harus tahu penghinaan seperti apa yang sudah dilakukan oleh keluarga Clair terhadap putri mereka. Lalu aku akan membawa nya ke ke pengadilan kerajaan.”
Lianne mengangguk, lalu menutup catatannya. “Saya akan memastikan semua barang yang tersisa tetap aman, Duchess. Apakah ada instruksi lain?”
Jasmine menatapnya dengan penuh penghargaan. “Kau sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik, Anne. Untuk saat ini, cukup. Apakah kau sudah makan, Anne?” tanya Duchess Jasmine dengan khawatir.
"Sudah Duchess, bahkan sebelum saya kembali tadi sore dari pengadilan, sudah makan di restoran." ucapnya sambil tersenyum malu.
"Ah tak apa, Anne. Kau bebas sesuka hatimu melakukan apa. Jika kau lapar, silahkan makan. Jika perlu sesuatu, kau katakan saja padaku." ucap Jasmine dengan lembut.
"Baik yang mulia." ucap Lianne dengan tersenyum lebar.
"Baiklah, kau istirahat saja dulu. Pasti kau lelah setelah seharian menjalankan perintah dariku." perintah Jasmine dengan penuh perhatian.
Lianne menganggukan kepalanya, dan undur diri dari hadapan Duchess Jasmine.