Demi melunasi hutang karena kalah judi, Kanya dijual oleh Haikal pada pria hidung belang hingga akhirnya membuat Kanaya kehilangan mahkota yang selama ini dia jaga. Tak hanya itu saja, kejadian kelam itu ternyata menghadirkan benih di dalam rahimnya.
Tanpa diduga oleh Kanaya, ternyata pria yang sudah merenggut mahkota dan membuatnya hamil adalah ayah dari Dean— pria yang sudah menjalin hubungan cukup lama dengannya bahkan keduanya sudah berniat untuk mengesahkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius.
Bagaimanakah reaksi Dean saat mengetahui jika ayah kandungnya menghamili calon istrinya bahkan berniat untuk menikahi Kanaya sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya atas janin yang dikandung oleh Kanaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Permasalahan Dean
Baru menghabiskan satu bungkus roti, Kanaya sudah bangkit dari posisi duduk saat mendengar suara hujan yang mulai turun membasahi bumi. Kanaya segera melangkah pulang. Dia harus cepat tiba di kontrakan sebelum air hujan turun semakin deras dan membasahi tubuhnya.
Darius masih setia memperhatikan pergerakan Kanaya. Hatinya kembali dibuat sebal saat melihat Kanaya yang kini berjalan dengan sedikit terburu-buru kembali ke rumah. “Apa dia tidak sadar kalau sekarang dia sedang hamil sehingga berjalan secepat itu? Bagaimana kalau nanti dia terjatuh atau terjadi apa-apa dengan kandungannya?” Darius kembali mengomel. Kanaya yang hamil, dia yang merasa tidak terima dengan pergerakan yang dilakukan Kanaya.
Pengintaian Darius tak berlangsung lebih lama setelah Kanaya masuk ke dalam gang hingga akhirnya lenyap dari pandangannya. Ingin melanjutkan pengintaian pun rasanya tak mungkin melihat cuaca yang tidak mendukung ditambah Dean sudah berulang kali menghubungi dirinya.
“Hampir saja aku lupa kalau malam ini Dean akan pulang ke rumah!” Darius segera menghidupkan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah. Untuk kegiatan pengintaiannya hari ini Darius merasa sudah cukup. Dia bisa melanjutkan pengintaian kembali di lain waktu.
Setibanya di rumah, Darius disambut dengan tatapan datar Dean. Semakin hari, wajah putranya itu semakin tidak bersahabat saja. Dean terbilang sangat minim ekspresi bahkan sulit untuk bisa tersenyum barang sebentar saja. Sepertinya kejadian batal nikah yang dialami oleh Dean berakibat buruk pada kondisi hati Dean hingga membuatnya bersikap semakin dingin.
“Kamu sudah lama, Dean?” Tanya Darius sambil menyalami putra tunggalnya itu. Seperti biasanya, Darius yang akan memulai percakapan lebih dulu pada Dean.
Dean menggeleng. Dia memang baru sampai beberapa menit yang lalu. “Aku sudah lapar. Apa kita bisa makan sekarang?” Tanyanya.
Darius melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Mendengar permintaan putranya, membuat Darius mengiyakannya. Dia mengabaikan penampilannya saat ini yang masih menggunakan pakaian kerja.
Usai melaksanakan makan malam bersama, Darius dan Dean kembali duduk di ruangan tengah rumah untuk berbicara dari hati ke hati barang sejenak.
“Papa bangga dengan kinerja kamu di perusahaan kita, Dean. Baru beberapa bulan bergabung dengan perusahaan, kamu udah bisa mencapai target di luar ekspetasi Papa.” Kata Darius memulai percakapan di antara mereka.
Dean tersenyum tipis mendengarnya. Nyatanya, sakitnya patah hati tak membuatnya bermalas-malasan untuk bekerja. Dean justru semakin menunjukkan kemampuan di dalam dirinya yang membuat Darius merasa bangga padanya.
“Aku hanya bekerja sesuai kemampuanku. Jika hasilnya bisa memuaskan Papa, aku cukup senang mendengarnya.” Kata Dean.
Darius tersenyum. Sejak Dean kecil, Darius sudah yakin jika putranya itu sangat bisa untuk diandalkan. Dan keyakinannya itu akhirnya terbukti saat ini.
“Apa masih ada hal yang ingin Papa bicarakan? Kalau tidak ada, aku mau istirahat di dalam kamar.” Kata Dean. Dia bukanlah orang yang suka terlalu banyak bercerita. Walau pun dengan ayahnya sendiri.
“Masih. Papa ingin membahas rencana kamu untuk ke depannya.”
Dean tahu kemana arah pembicaraan Darius. Maka dari itu, dia langsung saja menjawabnya. “Aku sudah memutuskan untuk fokus pada pendidikan dan karirku saja. Untuk masalah pasangan, aku sudah tidak memikirkannya lagi. Aku mengurungkan niat untuk menikah muda dan tidak ingin lagi menjalani hubungan dengan wanita mana pun sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.”
“Dean…” Darius sedikit manaruh rasa iba pada putranya. Padahal Dean sudah sangat samangat untuk memulai hidup yang baru dengan menikah. Namun sayang, calon istrinya membatalkan rencana pernikahan mereka tanpa perasaan.
Dean segera mengakhiri percakapan di antara mereka karena merasa sudah tidak ada hal penting yang harus mereka bahas lagi. Apa lagi membahas masalah pernikahan, Dean sangat malas untuk membahasnya.
“Kasihan sekali anak itu.” Lirih Darius menatap kepergian Dean. Pasti tidak mudah menjadi Dean yang harus merasakan kehilangan wanita yang ia cintai untuk yang kedua kalinya. Darius hanya bisa berharap jika putranya itu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik. Jika saja Darius mengetahui nantinya siapakah oranf yang sudah sangat bersalah sehingga membuat Dean kehilangan cinta sejatinya, apakah Darius bisa memaafkan dirinya sendiri? Karena pada kenyataannya orang yang paling bersalah dalam hal ini adalah Darius sendiri.
***
Sebelum lanjut ke bab berikutnya, jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya dulu teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih kesayangan semua🤗🤗