NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Cahaya yang Terhalang

Pagi itu, Elarya terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari yang menembus celah-celah gua memantul lembut di permukaan batu, memberi sentuhan hangat pada wajahnya yang masih lelah. Meskipun tubuhnya merasa kelelahan akibat latihan yang tak kenal henti kemarin, pikirannya dipenuhi oleh perasaan yang lebih dalam—sebuah perasaan aneh yang sulit untuk ia pahami.

Semalaman ia terjaga, merenung tentang kata-kata Kael. Setiap latihan yang ia jalani semakin menguatkan dirinya, namun di saat yang sama, semakin menambah rasa tanggung jawab yang menghimpit dadanya. Mengendalikan cahaya, kekuatan yang ada dalam dirinya, adalah satu hal. Tetapi bagaimana jika cahaya itu mulai memudar, jika dia kehilangan kendali dan cahaya itu berubah menjadi kegelapan yang lebih besar daripada apa pun yang bisa ia bayangkan?

"Elarya, bangunlah," suara Kael terdengar dari luar, menariknya kembali dari lamunannya. "Kita harus segera melanjutkan perjalanan."

Elarya menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh dengan pertanyaan. Ia bangkit dari tempat tidur kecil yang mereka buat, merapikan gaunnya yang sedikit kusut, dan keluar menuju ruang terbuka tempat Kael sudah menunggunya. Mata Kael yang tajam menatapnya, dan meskipun tak ada yang terucap, Elarya tahu apa yang dimaksudnya. Waktu tidak akan menunggu, dan perjalanan ini harus dilanjutkan.

"Sepertinya kita sudah siap untuk keluar dari gua ini," kata Kael sambil melangkah maju. "Tapi sebelum kita pergi, ada satu hal yang perlu kamu ketahui."

Elarya mengikutinya, matanya penuh dengan rasa ingin tahu. "Apa itu?"

Kael berhenti sejenak dan menatapnya serius. "Ancaman yang kita hadapi bukan hanya berasal dari satu pihak. Ada banyak kelompok yang mencari kekuatan segel cahaya. Mereka tidak hanya terdiri dari manusia biasa, tetapi juga makhluk dari dunia lain—yang sejak zaman dahulu kala telah berusaha menguasai kekuatan ini untuk tujuan mereka sendiri. Mereka akan datang dengan segala cara untuk merebutnya."

Elarya terdiam. Kata-kata Kael benar-benar menggerogoti pikirannya. Mereka bukan hanya melawan ancaman dari dalam dunia manusia, tetapi juga dari luar, dari kekuatan yang tak tampak di dunia biasa.

"Jadi, kita akan menghadapi... apa, tepatnya?" tanya Elarya, suaranya terdengar sedikit gemetar meski ia berusaha untuk tetap tenang.

"Makhluk-makhluk dari dunia lain, lebih kuat dan lebih berbahaya daripada yang pernah kamu bayangkan. Ada yang menyebut mereka ‘Penguasa Kegelapan’. Mereka mencari segel cahaya karena kekuatan yang terkandung di dalamnya bisa mengubah tatanan dunia—membawa dunia ini ke dalam kekacauan yang lebih besar."

"Penguasa Kegelapan..." Elarya mengulang, mencoba menggali pemahaman lebih dalam tentang ancaman yang dimaksud. "Apa yang harus aku lakukan? Aku... aku masih belum menguasai segalanya."

Kael menatapnya dengan tajam, memberikan senyum tipis yang penuh pengertian. "Itulah mengapa kita akan melanjutkan perjalanan ini. Kamu akan belajar lebih banyak tentang segel itu dan bagaimana kekuatanmu bisa digunakan untuk melindungi dunia. Tapi ingat, bukan hanya cahaya yang harus kamu kuasai, Elarya. Kegelapan itu pun harus kamu pahami."

Sambil berkata demikian, Kael mulai berjalan menuju jalur keluar gua. Elarya mengikuti di belakangnya, pikirannya masih penuh dengan pertanyaan. Kegelapan yang dimaksud Kael bukanlah kegelapan biasa—ini adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, yang tidak hanya mengancam dirinya, tetapi dunia ini secara keseluruhan.

Mereka keluar dari gua dan memasuki hutan yang lebat. Udara pagi terasa segar, dan sinar matahari menembus dahan-dahan pohon, memberi cahaya lembut yang menghangatkan kulit. Namun, meskipun alam di sekitar mereka tampak tenang, Elarya merasa ada sesuatu yang aneh. Udara di sekitarnya terasa lebih tebal, seolah ada kekuatan yang tersembunyi di dalam setiap helai daun yang bergoyang.

"Kael," Elarya mulai, suaranya bergetar sedikit. "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Bagaimana aku bisa siap menghadapi mereka, Penguasa Kegelapan itu?"

Kael berhenti sejenak, menatapnya dengan serius. "Pertama-tama, kita akan menuju sebuah tempat yang aman. Ada seorang teman lama yang bisa membantumu memahami lebih banyak tentang segel cahaya dan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Dia tahu lebih banyak daripada siapapun."

"Teman lama?" Elarya mengerutkan kening. "Siapa dia?"

Kael tidak segera menjawab, melainkan terus berjalan dengan langkah mantap. "Kamu akan bertemu dengannya sebentar lagi. Aku tidak bisa memberitahumu lebih banyak sekarang, tetapi percayalah, dia adalah seseorang yang sangat penting bagi perjalananmu."

Mereka berjalan lebih jauh, dan meskipun Elarya ingin bertanya lebih banyak, ia tahu bahwa Kael tidak akan memberinya jawaban lebih lanjut. Rasa ingin tahunya semakin membuncah, tetapi ia memilih untuk tetap diam, mengikuti Kael tanpa banyak bicara. Selama perjalanan ini, ia sudah belajar satu hal—ada lebih banyak hal yang belum ia ketahui, dan tak semuanya bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran hutan. Desa ini tampak biasa saja—rumah-rumah kayu yang sederhana, jalan-jalan tanah yang berdebu, dan penduduk yang terlihat sibuk dengan aktivitas sehari-hari mereka. Namun, Elarya merasa ada sesuatu yang berbeda di sini. Sebuah aura yang kuat dan tidak tampak, namun jelas terasa.

Kael membawa Elarya ke sebuah rumah di ujung desa, jauh dari keramaian. Rumah ini tampak lebih besar dari rumah lainnya, dengan pohon-pohon besar yang tumbuh di sekelilingnya, memberikan kesan misterius. Mereka mengetuk pintu, dan setelah beberapa detik, pintu itu terbuka.

Seorang wanita tua berdiri di ambang pintu, matanya tajam dan penuh kebijaksanaan. Wajahnya dipenuhi kerutan, namun ada aura kekuatan yang mengelilinginya. Wanita itu menatap Elarya sejenak, lalu menoleh pada Kael.

"Jadi, ini dia," kata wanita itu dengan suara yang dalam dan penuh makna. "Putri yang terlupakan."

Elarya tertegun. "Putri yang terlupakan?"

Wanita itu tersenyum, tetapi senyumnya tidak menghapus kesan misterius yang ada pada dirinya. "Ya, Elarya. Aku tahu siapa dirimu, dan aku tahu apa yang akan datang. Sudah waktunya kamu tahu lebih banyak tentang segel cahaya yang ada dalam tubuhmu."

Kael melangkah maju dan mengangguk kepada wanita tua itu. "Dia siap, Nessa. Ajarilah dia apa yang perlu dia ketahui."

Wanita itu membuka pintu lebih lebar dan memberi isyarat pada Elarya untuk masuk. Dengan rasa takut dan penuh rasa ingin tahu, Elarya melangkah masuk. Apa yang akan ia pelajari di sini? Apa yang wanita ini ketahui tentang dirinya yang belum ia pahami?

Nessa mengarahkannya ke ruang dalam rumah yang dipenuhi dengan buku-buku tua dan berbagai benda aneh. "Sebelum kita membicarakan segel cahaya," kata Nessa dengan suara tenang, "Kamu harus tahu satu hal. Cahaya yang ada di dalam dirimu adalah kunci untuk membuka kegelapan yang mengancam dunia ini. Tapi untuk itu, kamu harus mengenal dirimu sendiri terlebih dahulu."

Elarya menatapnya, penuh kebingungan. "Mengenal diriku sendiri?"

"Ya," Nessa menjawab, "Segel cahaya itu hanya setengah dari kekuatanmu. Bagian lainnya, adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami kegelapan yang juga ada dalam dirimu."

Elarya terdiam, matanya memandang ke dalam ruangan yang gelap, seolah mendengar suara bisikan yang jauh. Mungkin inilah yang dimaksud Kael—untuk menguasai cahaya, ia harus mengenal kegelapan yang ada di dalam dirinya.

Dengan rasa takut yang semakin mendalam, Elarya bersiap untuk memulai perjalanan baru ini. Sebuah perjalanan untuk menggali lebih dalam, mencari tahu bukan hanya tentang segel cahaya, tetapi juga tentang kegelapan yang tersembunyi dalam dirinya sendiri.

Ruangan itu terasa lebih gelap daripada sebelumnya, meskipun cahaya dari luar masih merembes melalui jendela kecil yang terbuat dari kaca berwarna. Di dalamnya, Nessa duduk di sebuah kursi kayu yang tampak sangat tua, dengan tangan terlipat di depan dada. Elarya berdiri di hadapannya, matanya dipenuhi ketidakpastian dan rasa ingin tahu. Meski seluruh tubuhnya ingin melangkah mundur, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari takdirnya. Untuk memahami segel cahaya yang ada dalam tubuhnya, ia harus menghadapi lebih banyak dari yang ia bayangkan.

"Nessa, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?" Elarya bertanya, suaranya bergetar meski ia berusaha terlihat tenang. "Kenapa segel itu ada di tubuhku, dan apa yang dimaksud dengan kegelapan yang ada dalam diriku?"

Wanita tua itu mengamati Elarya dengan tatapan tajam namun lembut, seolah-olah melihat langsung ke dalam jiwa Elarya. "Cahaya yang ada dalam tubuhmu bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan, Elarya," jawab Nessa dengan tenang. "Segel itu bukan sekadar pemberian ayahmu. Itu adalah warisan dari masa lalu—dari sebuah pertempuran besar antara cahaya dan kegelapan yang terjadi jauh sebelum kamu dilahirkan."

Elarya terdiam, otaknya mencoba mencerna kata-kata Nessa. "Pertempuran besar? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Nessa menghela napas dalam-dalam, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Cahaya yang ada dalam dirimu adalah simbol dari harapan dan kekuatan yang dapat menghalau kegelapan. Tetapi untuk menyeimbangkan kekuatan itu, ada bagian lain dari dirimu yang juga harus kamu pahami. Kegelapan itu ada dalam setiap manusia, dalam setiap makhluk hidup. Itu adalah bagian dari alam semesta yang tak terhindarkan, dan tanpa kegelapan, cahaya tidak akan ada artinya."

"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Elarya bertanya, suaranya penuh kebingungan. "Bagaimana aku bisa mengatasi kegelapan itu? Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Nessa tersenyum lembut, meskipun matanya tetap penuh dengan kedalaman yang tak terukur. "Itulah yang harus kamu pelajari. Kegelapan itu bukan sesuatu yang harus kamu lawan dengan kekuatan semata. Kamu tidak bisa mengalahkannya dengan hanya mengandalkan cahaya. Sebaliknya, kamu harus memahaminya, menerima bahwa kegelapan itu bagian dari dirimu. Jika kamu terus mencoba untuk menghindarinya, maka ia akan semakin menguasaimu. Tapi jika kamu bisa berdamai dengan kegelapan itu, kamu akan menemukan cara untuk mengendalikan segalanya."

Elarya merasa sebuah beban berat menekan dadanya. Semua yang selama ini ia ketahui tentang kekuatan segel cahaya ternyata lebih rumit dari yang ia bayangkan. Selama ini, ia hanya berpikir bahwa cahaya adalah hal yang harus ia lindungi, sesuatu yang harus ia jaga agar dunia tidak jatuh ke dalam kegelapan. Tetapi sekarang, Nessa memberitahunya bahwa cahaya itu harus berseimbang dengan kegelapan, bahwa ada bagian dalam dirinya yang harus ia kenali dan pahami.

"Bagaimana aku bisa mulai memahami kegelapan itu?" Elarya bertanya, dengan harapan agar Nessa memberi jawaban yang lebih jelas.

Wanita tua itu mengamati Elarya sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Ada sebuah latihan yang harus kamu lakukan. Latihan ini akan mengajarkanmu untuk melihat dan merasakan kegelapan di dalam dirimu—tanpa takut. Ketika kamu sudah siap, aku akan membimbingmu untuk menemukannya."

Nessa bangkit dari kursinya dan melangkah ke sebuah meja kayu di dekat jendela, mengambil sebuah buku tua yang terlihat sangat kuno. "Ini adalah kitab yang mengandung ajaran-ajaran lama tentang keseimbangan antara cahaya dan kegelapan," kata Nessa, menyerahkan buku itu kepada Elarya. "Pelajari ini, dan biarkan hatimu terbuka untuk memahami apa yang ada di dalamnya."

Elarya menerima buku itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Sampulnya terbuat dari kulit yang sudah usang, dan huruf-huruf yang tercetak di atasnya tampak kabur, seolah ditulis oleh tangan yang telah lama usai. Meskipun buku itu tampak tua dan penuh sejarah, Elarya merasakan energi yang kuat mengalir dari dalamnya, seperti buku itu memiliki kekuatan yang lebih besar dari sekadar kata-kata.

"Tapi, Nessa," Elarya berkata, menggenggam buku itu erat-erat, "Apa yang akan terjadi jika aku tidak bisa memahami kegelapan itu? Apa yang akan terjadi jika aku gagal?"

Nessa menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. "Gagal bukanlah akhir, Elarya. Semua orang memiliki kegelapan di dalam dirinya. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya. Jika kamu gagal, maka itu adalah bagian dari perjalananmu. Tidak ada yang pernah benar-benar gagal selagi mereka masih berusaha untuk belajar."

Elarya mencerna kata-kata Nessa, mencoba menenangkan dirinya. Untuk pertama kalinya dalam perjalanan ini, ia merasa bahwa ia bukanlah satu-satunya yang harus menanggung beban besar ini. Ada banyak orang—makhluk hidup lainnya—yang juga berjuang dengan kekuatan yang lebih besar dari yang mereka pahami. Namun, hanya mereka yang mampu berdamai dengan kegelapan dalam diri mereka yang bisa benar-benar mengendalikan kekuatan itu.

Dengan tekad yang baru, Elarya membuka buku itu dan mulai membacanya. Hal pertama yang ia temui adalah sebuah doa kuno yang ditulis dalam bahasa yang tidak ia pahami, namun ada kekuatan dalam kata-kata itu yang membuatnya merasa lebih tenang. Seiring berjalannya waktu, kata-kata dalam buku itu mulai mengungkapkan ajaran-ajaran yang dalam tentang keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, tentang bagaimana satu tidak bisa ada tanpa yang lainnya.

Nessa berdiri di sampingnya, membiarkannya merenung dan belajar dengan tenang. "Ingat, Elarya," kata Nessa pelan, "Kekuatan sejati datang bukan dari cahaya semata, tetapi dari kemampuanmu untuk menggabungkan cahaya dan kegelapan dalam dirimu."

Elarya menatap Nessa, merasakan seolah ada pencerahan yang datang dari dalam hatinya. Selama ini ia hanya fokus pada cahaya, pada kebaikan dan harapan. Tetapi sekarang ia tahu bahwa kegelapan juga memiliki peranannya sendiri. Cahaya tidak akan ada artinya tanpa kegelapan, dan sebaliknya. Hanya dengan memahami dan menerima keduanya, ia bisa menemukan kekuatan sejati yang ada dalam dirinya.

"Aku mengerti," jawab Elarya, meskipun masih ada rasa ragu yang tersembunyi di balik kata-katanya. "Aku akan mencoba untuk memahami kegelapan itu."

Nessa mengangguk puas. "Kamu akan melakukannya, Elarya. Dan ketika saatnya tiba, kamu akan siap untuk menghadapi apa yang akan datang."

Dengan kata-kata itu, Elarya merasakan sebuah kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meskipun tantangan yang ada di depan sangat berat, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada banyak hal yang harus ia pelajari, banyak hal yang harus ia hadapi. Tetapi dengan cahaya dan kegelapan yang saling seimbang dalam dirinya, ia yakin bahwa ia akan mampu menghadapi segala halangan yang akan datang.

1
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!