Dipaksa Menikah

Malam hari Ricko turun dari kamarnya. Suasana rumah sangat sepi. Ia pun membuka pintu kamar Intan dan tampaklah Intan sedang belajar karena besok try out. Ricko pun masuk dan duduk di tepi ranjang Intan.

"Ntan …," panggil Ricko.

"Hmmm ...," sahut Intan tanpa menoleh pada Ricko dan tetap fokus membaca bukunya di meja belajar.

"Kamu sudah makan?" tanya Ricko.

"Belum," jawab Intan singkat.

"Ayo makan di luar," ajak Ricko.

"Ke mana?" tanya Intan masih fokus pada bukunya.

Ricko melangkahkan kakinya mendekati Intan lalu menutup bukunya dan menarik tangannya. Intan pun menurut saja karena memang perutnya sudah lapar.

Ricko mengajaknya masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya ke jalan raya. Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya Ricko memarkirkan mobilnya pada sebuah rumah makan yang menjual berbagai macam olahan seafood.

"Nggak alergi seafood kan?" tanya Ricko saat akan membuka pintu mobil.

"Enggak, Mas," jawab Intan lalu membuka pintu mobil dan keluar mengikuti Ricko. Setelah itu mereka duduk dan pelayan pun menghampiri mereka.

"Silahkan ... ini menunya ...," sapa pelayan dengan ramah sambil meletakkan buku menu di depan Ricko dan Intan.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Ricko pada Intan.

"Terserah Mas Ricko saja," jawab Intan pasrah.

"Mbak, pesan satu porsi kepiting jumbo saus padang plus dua porsi nasi. Minumnya dua es jeruk. Itu saja," pesan Ricko pada pelayan. Pelayan itu pun pergi setelah mencatat dan mengulang pesanan Ricko.

"Kenapa?" tanya Ricko pada Intan yang dari tadi terlihat diam.

"Apanya, Mas?" tanya Intan balik.

"Kenapa diam?" tanya Ricko.

"Mengingat-ingat yang aku baca tadi. Besok aku try out. Jadi, malam ini aku harus belajar," jawab Intan jujur.

Ricko pun tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah kasir lalu mengucapkan sesuatu yang Intan tidak bisa mendengarnya. Setelah itu Ricko duduk kembali ke mejanya.

Dua puluh menit kemudian pesanan mereka datang berupa bungkusan.

"Ayo pulang!" ajak Ricko sambil membawa makanannya.

"Loh Mas, nggak jadi makan di sini?" tanya Intan heran.

"Enggak. Kita makan di rumah saja," balas Ricko sambil berjalan keluar. Intan mengikuti di belakang Ricko.

Sesampainya di rumah, Intan mengeluarkan makanan dari bungkusnya lalu memindahkannya ke piring dan menaruhnya di atas meja makan. Ricko membuka kepiting itu lalu mengambil dagingnya dan menaruh di atas piring Intan.

"Makanlah! Setelah itu belajar lagi!" ujar Ricko menyuruh Intan makan. Intan pun memakannya hingga nasinya habis. Setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan belajarnya. Ricko pun makan seorang diri setelah kepergian Intan.

Setelah makan, Ricko masuk ke dalam kamar Intan dan melihat Intan tertidur di meja belajarnya. Ia merasa kasihan lalu memindahkan Intan ke atas tempat tidur dengan menggendongnya.

Setelah membaringkan tubuh Intan di atas ranjang, Ricko menyelimutinya dan ikut berbaring di sampingnya. Ricko memandangi wajah Intan yang tertidur dengan lelapnya lalu menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya.

‘Cantik juga. Mandiri dan tidak manja. Bisa segalanya. Nggak nyangka sekarang dia istriku,’. batin Ricko lalu mencium kening Intan. Entah kenapa ia tiba-tiba punya keberanian untuk mencium Intan meskipun hanya di kening.

*

Keesokan harinya Intan bangun jam lima pagi. Ia melihat Ricko tidur di sampingnya. Ia pun bertanya-tanya kenapa Ricko bisa tidur di kamarnya.

"Mas ... Mas Ricko, bangun!" panggil Intan sambil menggoyang-goyang tubuh Ricko. Ricko pun membuka matanya.

"Ada apa?" tanya Ricko sambil mengucek matanya.

"Kenapa tidur di sini?" tanya Intan.

"Tadinya mau menemani kamu belajar, tapi kamu ketiduran. Jadi, aku menemani kamu tidur sekalian," jawab Ricko sekenanya. Intan pun mengingat-ingat kejadian semalam dan dia memang ingat kalau ia tertidur di meja belajar.

"Mas Ricko mindahin aku ke ranjang?" tanya Intan penasaran.

"Iya," jawab Ricko singkat karena merasa masih mengantuk.

"Makasih, Mas. Oh iya, aku kesiangan. pagi ini aku nggak masak," ucap Intan lalu bangun dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.