NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 7 : RUMAH CINTA HARAPAN

"El, Bu Rara masih ada di sana kan?" tanya Daniah sambil meliha jalan dari kaca mobil depan.

"Katanya sih masih Nia." jawab Eliza tetap fokus menyetir.

Sesuai dengan rencana, Daniah dan Eliza, minggu ini berkunjung ke Rumah Cinta Harapan. Rumah itu berisi para orangtua yang sudah tidak memilii keluarga atau sengaja di titipkan oleh keluarga mereka. Ya, semacam panti jompo.

Mereka datang untuk menyalurkan donasi yang Eliza dapatkan dari perusahaan tempatnya bekerja. Hal itu sudah berjalan sekitar 3 tahun yang lalu. Namun selama Eliza di Jepang, penyaluran donasi ia titipkan kepada temannya.

Sedangkan Daniah baru sekali ke tempat itu, saat pertama kali Eliza mengajaknya untuk survey. Ada satu wanita paruh paya yang teringat oleh Daniah saat pertama kali ia datang ke sana.

Wanita itu tidak di ketahui jati dirinya. Karena ia mengalami amnesia. Di duga amnesia yang dialami, di sebabkan karena kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu. Namun ia sering menyebut nama 'RARA'. Entah nama siapa itu. Dan akhirnya perempuan paruh baya itu di panggil dengan nama Bu Rara.

"El, gue lupa beli coklat buat Bu Rara." ujar Daniah teringat waktu itu saat pertama kali ia datang bersama Eliza untuk survey. Bu Rara sedang mengamuk, orang-orang yang mencoba untuk menenanginya di pukuli dan di tendang.

Saat itu kebetulan Daniah sedang memegang coklat yang akan di bagikan untuk orang-orang yang ada di sana. Bu Rara langsung terdiam memandangi coklat yang Daniah bawa. Merasa memiliki umpan untuk menenangkan Bu Rara, sengaja Daniah memperlihatkan coklat itu ke arahnya.

Dengan perlahan dan waspada, Daniah memberikan coklat kepada wanita itu. Tak di sangka, Bu Rara langsung menerima dan memeluk Daniah dengan erat, tanda terimakasih.

Setelah melepaskan pelukannya, Bu Rara pergi dan berseru. "Coklat buat Rara."

"Aman Nia. Udah gue beli sekalian sama bahan pokok yang lainnya." ujar Eliza mengangkat tangannya dan membuat bentuk lingkaran dari hasil di tempelkan ujung jari telunjuk dan jempolnya.

"Siiip, lo emang gercep ya."

"Iya dong! Emang elo, lelet!"

"Dih ngelunjak! Dah ah, males gue muji lo."

"Hahahah gitu aja baper Nia."

***

Sesampainya di Rumah Cinta Harapan, Daniah dan Eliza di sambut oleh Pak Fadhal selaku penganggung jawab di Rumah itu. Mereka langsung di persilahkan untuk masuk ke kantor pengurus, sedangkan bahan pokok yang ada di bagasi mobil di bawa oleh pengurus yang lain.

"Ariq, lo ada disini?" tanya Daniah menunjuk ke arah laki-laki yang sedang berhadapan dengan laptop di salah satu meja kantor pengurus Rumah Cinta Harapan.

"Iya Nia, kebetulan gue salah satu bagian dai pengurus di sini." jawab Ariq, ia beranjak dari tempatnya menghampiri Daniah.

"Kalian saling kenal?" tanya Eliza. Daniah dan Ariq mengangguk.

Ariq adalah teman satu organisasi di kampus Daniah. Di organisasi mereka cukup dekat, karena Daniah adalah sekretaris. Sedangkan Ariq adalah leadernya. Namun semenjak pertengahan semester, Daniah memutuskan untuk berhenti di organisasi itu dengan alasan ingin fokus belajar.

Meskipun Daniah sudah tidak di organisasi lagi, namun komunikasi antara Daniah dan Ariq cukup baik. Beberapa kali saling berbagi kabar atau mengomentari story media sosial masing-masing. Tapi, Daniah baru tahu kalau Ariq bagian dari pengurus di Rumah Cinta Harapan ini.

Setelah berbincang, Daniah dan Eliza meminta untuk bertemu langsung dengan para orangtua penghuni Rumah Cinta Harapan. Tak lupa, Daniah menanyakan kabar dan keberadaan Bu Rara.

Menurut informasi dari Pak Fadhal, kondisi Bu Rara akhir-akhir ini lebih baik daripada sebelumnya. Yang awalnya sering marah-marah dan berusaha kabur. Namun, sekarang beliau lebih tenang dan dapat dijaka komunikasi, meskipun ia masih belum bisa mengingat jati dirinya.

"Biasanya jam segini Bu Rara ada di taman belakang. Lagi liat ikan, Nak." ujar Pak Fadhal memberitahu.

"Baik Pak, kami izin ke sana." ujar Eliza.

"Silahkan, tapi maaf saya tidak bisa menemani. Soalnya anak saya minta diajal jalan-jalan. Nanti biar Ariq yang menemani kalian, nggak papa kan Nak?" ujar Pak Fadhal.

"Iya Pak nggak papa Pak. Justru kami yang meminta maaf sudah mengganggu waktu Bapak dengan keluarga Bapak." ujar Daniah dengan ramah.

"Tidak papa, Nak. Maaf ya, Bapak izin pergi duluan, udah di telepon ini." Pak Fadhal sambil memperhatikan layar HP-Nya, ada panggilan dari istrinya.

Setelah kepergian Pak Fadhal, Ariq memadu Daniah dan Eliza untuk bertemu dengan para orang tua yang tinggal di rumah it sambil membawa coklat. Ariq juga mengantisipasi kepada Daniah agar tidak memberikan coklat kebeberapa orang tua yang memang memiliki pantangan untuk makan coklat.

Beruntungnya Bu Rara target utama Daniah untuk di berikan coklat, tidak ada pantangan makan coklat.

"Nah, itu Bu Rara." tunjuk Ariq ke arah seorang wanita paruh baya yang sedang menaburkan pakan ikan ke kolam ikan.

"Gue langsung ke sana ya." ujar Daniah tak sabar ingin bertemu dengan Bu Rara.

Tidak menunggu jawaban,Daniah segera berjalan menghampiri Bu Rara sambil menarik tangan Eliza.

"Sabar napa, lo mau ketemu Bu Rara udah kek mau ketemu calon mertua aja sih, Nia." gerutu Eliza. Daniah terkekeh. Entah kenapa seperinya Daniah merindukan Bu Rara.

Sedangkan Ariq mengikuti keduanya di belakang.

"Assalamualaikum Bu Rara." sapa Daniah dengan ramah, diikuti Eliza.

Bu Rara berbalik badan kearah Daniah. Sementara Eliza berada di belakangnya.

"Wa'alaikumussalam." jawab Bu Rara.

"Bu Rara apa kabar?" tanya Daniah, bukannya langsung menjawab, Bu Rara malah mengerutkan keningnya heran.

"Kamu siapa?" tanyanya setelah beberapa detik memperhatikan wajah Daniah.

Daniah tersenyum ramah, ia mengulurkan tangannya.

"Aku Daniah Bu, yang waktu itu pernah kesini dan kasih coklat buat Ibu." ujar Daniah memperkenalkan dirinya dengan sok akrab kepada Bu Rara. Sementara Eliza dan Ariq hanya menyaksikan interaksi antara keduanya.

"Coklat." ucap Bu Rara, menatap wajah Daniah. Uluran tangan Daniah di abaikannya.

Daniah menarik kembali tangannya. Ia mengangguk, lalu mengambil coklat dari goodybag berwarna hijau yang ia bawa. Lalu memberikan kepada Bu Rara.

"Ini coklat buat Bu Rara." seru Daniah. Bu Rara langsung mengambil coklat itu dan tersenyum lebar.

"Coklat buat Rara." serunya mengucapkan kembali kalimat yang pernah ia ucapkan waktu mendapat coklat pertama kalinya dari Daniah.

"Iya. Coklat buat Bu Rara." ujar Daniah dengan senang.

Eliza dan Ariq ikut tersenyum lebar melihat kebahagian dari wajah Bu Rara yang di sebabkan pemberian coklat dari Daniah.

"*Gue bangga sama lo, Nia. Meskipun lo terlahir dari keluarga yang kaya raya, tapi lo humble kesiapa aja. Bahkan Bu Rara yang nggak jelas asal-usulnya aja, lo mau hibur dia." ucap Eliza didalam hati*.

"*Lo emang nggak pernah berubah ya Nia. Selalu menghibur orang-orang. Ya, semoga hidup lo selalu bahagia di kelilingi orang-orang baik yang sayang sama lo, Nia." kali ini suara hati Ariq*.

Hal ini bukan pertama kalinya Ariq saksikan selama menjadi teman satu organisasi Daniah. Tapi sudah sering. Bahkan waktu ada bencana alam di Cianjur, Daniah begitu semangat untuk menghibur para korban di sana. Terutama anak-anak dan lansia.

***

"Sering-seringlah kalian main ke sini buat ngehibur mereka. Mereka keliatan seneng banget pas kalian ajak ngobrol." puji Ariq saat mengantar Daniah dan Eliza untuk pulang.

"Iya, Ariq. Rencananya gue juga bakalan mau sering-sering ke sini. Seru banget sharing sama orang tua di sini." seru Daniah.

"Siiip, gue tunggu kedatangannya."

"Thanks Ariq. Kita pamit dulu. Dah sore." ujar Eliza, diiyakan oleh Daniah."

"Iya hati-hati." ujar Ariq.

Daniah dan Eliza masuk mobil. Lalu Eliza melajukan mobilnya.

"El, gue mau ngajuin proposal ke kantor Papi ah biar jadi donatur di RCH." ujar Daniah mengungkapkan hal yang sudah di pikirkannya sejak sharing dengan para orang tua di Rumah Cinta Harapan tadi.

"Sekalian kalo bisa lo ajuin proposal ku RS tempat lo koas, kali aja mereka mau menyediakan layanan kesehatan buat para orang tua di sana." ujar Eliza menambah ide.

"Good idea, Elliiizaaa!"

1
Sri Murtini
arogan krn blm menyetuh sang istri, ntar klu sudah pasti jd suami takut istri .
ha..ha...ha
Sri Murtini
Daniah sanggup menerima hukuman dr tantangan suami?
Sri Murtini
ntar cinta Nia ...jgn nyumpahi dr Arrazi lho
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!