Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
"Lin, kamu kenapa ngilang nggak ada kabar? Dia nyiksa kamu lagi kan?" tanya Aulia khawatir setelah ia membawa Alin ke dalam ruangan khusus karyawan yang kini sedang sepi.
"Nggak, kok, Kak. Dia sempat dengar pembicaraan kita waktu itu, waktu Kak Lia nyaranin aku buat ninggalin kota ini. Setelah itu, dia nggak ngizinin aku keluar dari rumah selama satu minggu, karena dia takut aku bakalan kabur," jelas Alin.
"Itu artinya kamu nggak akan pergi ninggalin kota ini?" tanya Aulia dengan nada sedih.
"Iya, Kak. Aku udah nerima semuanya dengan ikhlas. Aku nggak akan pergi sebelum dia sendiri yang lepasin aku," ucap Alin.
Aulia sungguh tak menyangka bahwa gadis yang menjadi sahabat sekaligus sudah ia anggap seperti adiknya itu memiliki hati yang besar. Jika orang lain yang ada di posisinya pasti tak akan sanggup, termasuk Aulia sendiri. Tapi, Alin dengan ketulusan hatinya rela menerima penderitaan dan menganggapnya sebagai ujian yang harus ia jalani.
"Kamu yakin, Lin?"
"Iya, Kak." Alin mengangguk mantap. Tak lupa ia memberikan senyuman terbaiknya untuk meyakinkan Aulia. "Ya udah, Kak, kita kerja sekarang yuk." Lalu dia meninggalkan Aulia untuk bekerja.
"Kasihan kamu, Lin, aku akan cari cara buat buat bantu kamu," batin Aulia menatap nanar punggung Alin yang mulai menjauh.
***
Waktu kini sudah menunjukan pukul enam sore, tapi Raja masih belum meninggalkan kafe itu. Alin yang penasaran menanyakan alasannya.
"Bang Raja, kok, belum pulang?" tanya Alin yang menghampiri Raja yang tengah bersandar di mobilnya.
"Teman - teman kamu kemana, Lin?" Bukannya menjawab pertanyaan Alin, dia malah balik bertanya.
"Kak Lia lagi ngantarin pesanan pelanggan. Kalau Putri udah pulang duluan," jawab Alin.
"Kenapa Bang Raja masih di sini?" tanya Alin lagi karena Raja belum menjawab pertanyaannya.
"Aku lagi nungguin kamu."
Alin mengernyitkan dahi. "Nungguin aku? Kenapa?"
"Karena aku mau ngajak kamu jalan, kamu mau, kan, Lin?" Raja menatap Alin dengan tersenyum penuh harap.
Alin terdiam. "Gimana ini? Kalau aku pergi sama Bang Raja, pasti Pak Al bakal tau dan dia pasti bakal marah. Tapi kalau aku nolak, aku nggak enak sama Bang Raja," batin Alin bingung, antara setuju' atau tidak dengan ajakan Raja, Wajah menakutkan Al langsung terbayang ketika ia sedang memikirkan ajakan Raja.
"Kamu nggak usah khawatir soal Al, biar aku yang ngomong ama dia," ucap Raja yang seakan mengerti apa yang ada di pikiran Alin.
"Tapi, aku nggak enak, Bang. Aku baru aja masuk kerja, aku nggak mungkin pulang cepat, apa kata bos aku nanti." Meski Raja telah menjamin kalau Al tak akan marah, tetap saja Alin merasa takut untuk setuju' karena belum bertanya langsung pada Al.
"Kamu tenang aja, aku udah minta izin sama bos kamu, dan dia ngizinin kok. Kebetulan bos kamu itu sepupu aku."
"Gimana, kamu mau, kan? Please."
Wajah memelas Raja membuat hati Alin tak tega untuk menolak. Alin menghela napas sesaat lalu mengangguk. "Ya udah, aku mau, Bang," jawab Alin sambil tersenyum.
"Yes! Ayo kita pergi sekarang." Raja yang terlihat sangat bahagia itu langsung menggandeng tangan lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya. Dia pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Beberapa menit kemudian, Raja memberhentikan mobilnya di depan sebuah salon yang mewah.
"Salon? Ngapain kita ke sini, Bang?" tanya Alin heran.
"Nanti kamu juga bakalan tau." Sambil tersenyum Raja keluar dari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk Alin. Dia pun kembali menggandeng tangan Alin untuk masuk ke salon tersebut. Meski bingung, tapi Alin tetap mengikuti langkah Raja tanpa banyak bertanya.
***
"Bang Raja!" Panggilan seseorang yang menghampiri Raja yang sudah mengenakan kemeja putih berbalut jas merah, membuat pria tersebut terlihat tampan.
"Bang Raja!" panggil Alin lagi. Namun, Raja tak menghiraukannya. Dia tampak terpesona melihat kecantikan Alin yang mengenakan gaun merah yang senada dengan warna jas Raja. Rambut yang tergerai indah serta polesan make up yang tidak berlebihan membuat Alin terlihat sangat cantik. Mata Raja tak berkedip sama sekali melihat Alin, bahkan dia tak sadar kalau Alin sudah berdiri di depannya.
"Bang Raja!" Untuk ketiga kalinya Alin memanggil Raja sambil melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.
"Bang Raja kenapa?"
"Ah, e---enggak papa kok," jawab Raja gugup. Perubahan Alin yang setelah di makeup dan semakin cantik itu membuat Raja hampir gila. "Ayo kita pergi sekarang," ajak Raja kemudian setelah berhasil mengendalikan dirinya yang salah tingkah di hadapan Alin.
"Kita mau kemana, sih, Bang? Terus kenapa kita harus pakai baju kaya gini?" tanya Alin bingung.
"Kita mau ke pesta, Lin."
"Nggak, Bang. Aku nggak mau pergi, aku mau pulang aja." Alin berjalan meninggalkan Raja. Gadis itu sangat tak menyangka alasan dibalik Raja yang membawanya ke salon.
"Tunggu, Lin, dengarin aku dulu." Raja langsung menahan tangan Alin yang membuat Alin berhenti melangkah.
"Jadi, gini, Lin, salah satu partner bisnis ngadain pesta dansa, buat ngerayain kepulangannya dari luar negri. Dan aku juga dapat undangannya. Kamu tau, kan, aku masih jomblo? Nggak mungkin, kan, aku ke sana nggak bawa pasangan? Jadi, aku butuh bantuan kamu, Lin, aku mau, kamu jadi partner para- pura aku."
"Tapi, Bang---"
"Aku mohon, Lin, please. Cuma malam ini doang kok," mohon Raja.
Merasa tak tega melihat Raja memohon, Alin pun akhirnya mengiyakan permintaannya.
"Ya udah, aku mau jadi pacar pura-puranya Bang Raja."
"Beneran?" Alin menjawab dengan anggukan. Raja langsung sumringah dan sangat bahagia.
"Ayo, kita pergi sekarang." Setelah itu, meeka keluar menuju mobil, lalu Raja pun segera memacu mobilnya.
Tak butuh waktu lama, mobil Raja kini sudah terparkir di depan sebuah rumah mewah. Selain mobil Raja, terlihat banyak sekali mobil yang ada di sana.
Saat Alin turun dari mobil Raja, dia terkejut melihat mobil Al yang terparkir tepat di samping mobil Raja.
"Bang, ini mobilnya Pak Al, kan? Berarti Pak Al ada di sini juga dong?" ucap Alin ketakutan.
"Udah, jangan takut, aku tadi udah bicara sama Al kalau aku ngajak kamu ke sini," ujar Raja membuat Alin bernapas lega.
"Syukurlah," batin Alin.
"Ayo kita masuk." Raja mengulurkan tangannya membuat Alin mengernyit bingung.
"Biar kita kayak pacaran beneran," tukas Raja yang menjawab kebingungan Alin.
Raja kemudian menggandeng tangan Alin untuk segera masuk ke rumah tersebut yang sudah ramai oleh banyak orang.
"Alin!" Raja dan Alin menghentikan langkah mereka lalu mereka menoleh ke arah orang yang memanggil nama Alin.
Terlihat Putri dan Andre yang berjalan ke arah mereka.
"Putri, Bang Andre, kalian ke sini juga?" tanya Alin kaget sekaligus senang, setidaknya dia tak merasa sendirian karena ternyata Putri juga ada di sana.
"Iya, Lin. Kebetulan, yang ngadain pesta ini, rekan kerja Abang," jawab Andre. Alin pun mengangguk mengerti.
"Waw! Kamu cantik banget loh, malam ini, Lin, aku aja hampir nggak ngenalin kamu tadi," ungkap Putri tulus.
"Makasih, Put. Kamu juga cantik kok," balas Alin sambil tersenyum simpul.
"Kalian berdua habis jadian, ya?" Pertanyaan Putri membuat Alin dan Raja melepaskan genggaman tangan mereka.
"Nggak, kok, Put, Bang Raja bawa aku ke sini buat jadi pacar pura-pura. Iya, kan, Bang?"
"Iya. Alin benar, Put," sahut Raja.
"Oh. Tapi, kalau kalian pacaran benaran juga nggak papa kok, soalnya kalian cocok jadi pasangan," goda Putri
"Putri!" Alin menatap tajam Putri yang malah tertawa.
"Ya udah yuk, kita masuk," ujar Andre lalu menggandeng tangan Putri mesra.
Mereka berempat pun masuk dan menuju halaman belakang rumah tersebut, di mana sebuah pesta sedang berlangsung tepat di dekat kolam renang yang cukup luas.
Saat sampai di sana, semua pasang mata tertuju pada mereka berempat terutama pada Raja yang merangkul pinggang Alin dengan mesra, membuat mereka terlihat seperti pasangan sungguhan.
Al yang berdiri tak jauh dari mereka terlihat sangat terkejut melihat penampilan Alin yang berbeda malam ini.
"Sayang!" panggil Bella yang mengagetkan Al dari lamunannya.
"Ah, iya?"
"Kamu kenapa lihatin dia kayak gitu? Kamu suka, ya, sama dia?" tanya Bella sambil menatap tajam, tak suka ketika Al terus saja memperhatikan Alin.
"Nggak kok. Ngapain juga aku suka ama pembantu," jawab Al.
"Bagus deh!"
Andre, Putri, Alin, dan Raja sudah berdiri di depan mereka.
"Hai, Bro! Sorry, kita baru datang," sapa Raja pada Al.
"Nggak papa. Kita juga baru nyampe," sahut Al datar. Alin yang tak mau bertemu pandang dengan Al pun hanya menundukkan wajah.
"Emang, ya, cowok kayak kalian emang cocok sama cewek kampungan kayak mereka," cibir Bella menunjuk Alin dan Putri dengan gaya jijiknya.
"Heh, Bella, jangan mancing, ya, lo," sentak Andre yang menahan amarah karena tak terima dengan cibiran Bella yang menunjuk kekasihnya.
"Kalau bukan di sini banyak orang, udah gue hajar lo," umpat Raja kesal.
"Kalian kenapa, sih? Selalu aja ribut kalau ketemu, bikin pusing tau nggak," lerai Al yang merasa jengkel dengan ketiga orang yang terus berdebat itu.
"Salahin aja tuh cewek lo, dia yang mulai, bukan kita," dengus Raja.
"Dasar cewek matre," sambung Andre.
"Jaga, ya, mulut lo!" sungut Bella yang tidak terima dengan ucapan Andre.
"Udah, diam! Orang-orang lagi pada lihatin kita."
Akhirnya mereka pun bungkam. Namun, tatapan tajam masih terus berlangsung di antara Raja, Bella, dan Andre.
"Selamat malam semuanya? Baiklah, kita sambut orang yang sudah menyiapkan pesta ini untuk kita semua, sekaligus pemilik PT Mahendra Company, Bapak Leo Mahendra," ucap MC yang membuka acara pada malam hari ini.
"Leo?" gumam Alin dan Putri bersamaan. Lalu Alin melirik Putri yang juga menatapnya.
"Itu bukan dia kan, Put?" tanya Alin pelan.
"Semoga aja bukan dia." Putri menggenggam erat tangan Alin yang tiba-tiba merasa gelisah setelah mendengar nama yang di sebutkan oleh MC. Nama yang sampai saat ini masih memiliki tempat di relung hati Alin yang paling dalam.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏