Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat sahabat
Sepasang suami istri sedang duduk di meja makan menikmati sarapannya, seperti biasa Dira melayani Arya dengan baik, tapi kali ini wanita itu memilih diam saja.
Arya juga hanya diam karena rasa bersalah sudah memperkosa istrinya sendiri. Ya walau sebenarnya itu adalah haknya, tapi Arya melakukannya dengan kasar, apalagi ini yang pertama kalinya bagi Dira pasti wanita itu sangat kesakitan. Keduanya diam sembari menikmati sarapan, hingga Arya memulai obrolan pagi itu.
"Maaf" Ucap Arya.
"Maaf untuk apa?" Tanya Dira.
"Maaf karena sudah melecehkanmu, aku tidak sadar tadi malam karena sedang di bawah pengaruh alkohol. Seharusnya aku tidak melakukan itu, gara-gara aku kamu harus kehilangan sesuatu yang berharga yang seharusnya kamu berikan kepada orang yang kamu cintai." Tutur Arya.
"Tidak perlu minta maaf, bukannya itu memang kewajiban ku sebagai istri, untung kamu pulang ke rumah kalau tidak entah wanita seperti apa yang akan kamu tiduri diluar sana. Berpikirlah dewasa jangan mencari solusi dengan mabuk-mabukan, bukannya malah menghilangkan masalah yang ada akan menambah masalah baru. Tidak usah merasa bersalah, keperawananku di ambil oleh orang yang aku cintai, hanya saja laki-laki itu tidak mencintaiku." Ucap Dira.
Arya menelan ludahnya ketika mendengar kata-kata istrinya, dia merasa tertampar karena apa yang di katakan Dira semuanya benar.
"Mulai hari ini aku akan pindah ke kamar kak Arya, tidak ada gunanya kita yg tidur terpisah karena apa yang berharga dalam tubuhku sudah kakak ambil. Aku ingin kak Arya bertanggung jawab atas perbuatanmu." Ucap Dira.
"Tapi Dira aku gak bi..." ucap Arya gantung.
"Aku tidak menerima penolakan kak, apa kakak mau aku memberitahu hal ini kepada kedua orang tua kakak." Ancam Dira.
Arya semakin prustasi dengan ancaman istrinya, laki-laki itu terpaksa menyetujui permintaan istrinya, karena sudah tidak memiliki pilihan lagi.
Kemudian keduanya melanjutkan aktivitas masing-masing, Arya langsung berangkat ke kantor setelah menyelesaikan sarapannya sedangkan Dira membersihkan apartemen dan memindahkan barang-barangnya ke dalam kamar Arya.
Beruntung hari ini dia tidak memiliki jadwal kuliah sehingga tidak terlalu sibuk.
...*****...
Siang harinya Arya sengaja mengajak Dani untuk makan siang bersama, untuk menanyakan kejadian tadi malam. Arya sudah sampai di restoran tempat mereka bertemu, laki-laki itu harus bersabar menunggu sahabatnya yang super sibuk itu.
"Sorry bro, gue telat. Tadi tiba-tiba ada pasien yang harus segera di tangani." Ucap Dani dengan napas ngos-ngosan.
"Iya gue maklum, sebagai Dokter kamu harus siap siaga di setiap waktu. Nih minum dulu." Arya menyodorkan sebotol air mineral untuk sepupu sekaligus sahabatnya itu.
Keduanya makan sembari berbincang-bincang, hingga Arya menyinggung kejadian tadi malam dimana ia dengan tidak sadar sudah memperkosa istrinya.
"Bro, apa benar kamu yang ngantarin aku ke apartemen tadi malam?" Tanya Arya.
"Hmmm, kenapa?" Dani balik bertanya sembari memakan makanannya.
"Gara-gara gue mabuk, gue udah lakuin kesalahan fatal." Ucap Arya.
"Kesalahan fatal apa?" Tanya Dani penasaran.
Arya terlihat bimbang untuk bercerita, tapi karena terus di desak oleh Dani yang sudah penasaran setengah mati terpaksa ia memberitahu sahabatnya itu.
"Gu....gu.....gue menyentuh Dira tadi malam." Ucap Arya.
"Ya elah Ar, gue kirain apaan. Itu mah gak kesalahan fatal, wajar kamu nyentuh istri kamu bro. Kenapa kamu khawatir gitu?" Tanya Dani.
"Gue gak cinta sama dia bro, gue udah berencana akan membuat dia gak betah jadi istri gue. Tapi setelah kejadian ini gue merasa bersalah, mana dia masih perawan lagi." Tutur Arya.
"Arya Arya, gue heran sama lo. Apasih kurangnya istri kamu? Dibandingin sama Tari, Dira lebih baik dari segi apapun. Sudah cantik, muda, pintar, baik hati dan satu lagi dia jelas asal usulnya bro. Dira berasal dari keluarga terpandang dan baik." Ucap Dani menasehati sahabatnya itu.
"Jadi Lo pikir Tari gak baik buat gue." Arya mulai terbakar emosi.
"Kalau dia wanita baik-baik, dia gak bakalan kabur dari pernikahan kalian. Tari itu pengecut bro, untuk apa kamu mengharapkan cintanya lagi." Ucap Dani yang mulai kesal dengan kebodohan sepupunya.
"Tapi Tari hanya mengatakan kalau dia belum siap untuk menikah, makanya gue masih nungguin dia." Ucap Arya.
"Hahahaha, sadar Ar kamu buka mata dan pikiran kamu. Kamu percaya dia pergi hanya karena belum siap atau jangan-jangan dia pergi dengan laki-laki lain. Jangan bodoh bro, pikir itu pakai otak jangan pakai dengkul." Ucap Dani.
"Sialan lo, ngatain gue bodoh."
"Emang kenyataan, cintamu membuat kamu bodoh dan buta. Suatu saat nanti kamu akan menyesal pernah mencintai wanita seperti Tari. Saran gue sebagai sahabat, lebih baik lupakan Tari dan mulailah hubungan baru dengan istrimu, mungkin cinta belum bersemi di dalam hatimu tapi percayalah kalau wanita seperti Dira pasti akan bisa membuatmu jatuh hati." Ucap Dani sembari menepuk pundak sahabatnya.
Arya hanya terdiam mendengar nasehat sahabatnya, dalam hati ia juga mulai berpikir demikian. Sudah saatnya ia belajar membuka hati untuk istrinya, dan melupakan rencana yang sudah ia buat untuk membuat sang istri menyerah.
Dani melihat jam tangan yang melingkar di tangannya ternyata waktu istirahat sudah hampir habis, tidak terasa karena mereka sedari tadi mengobrol dengan serius.
"Gue cabut duluan, jam istirahat sudah hampir habis. Lo sih enak yang punya perusahaan, gue mah cuma Dokter. Gue pamit dulu ya pak bos, ingat yang gue katakan . Jangan sampai nasi sudah jadi bubur baru kamu menyesal." Ucap Dani.
Dira baru sampai di apartemen setelah kembali dari rumah sang mertua dalam rangka les private menjadi istri sempurna.
Dira menyimpan makanan yang ia bawa di lemari dan bersiap untuk mandi karena sebentar lagi suaminya akan pulang.
Sedangkan Arya sengaja pulang lebih awal karena tidak fokus dengan pekerjaannya, nasehat dari sahabatnya sangat mengganggu pikirannya.
Kini laki-laki itu sudah ada di dalam lift menuju lantai apartemennya.
Arya yang memasuki kamarnya terkejut mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Ternyata dia gak main-main, barang-barangnya sudah di sini semua." Ucap Arya yang melihat kamarnya sudah di penuhi barang sang istri.
Arya memilih duduk di sofa menunggu Dira selesai dari kamar mandi. Berselang sepuluh menit Dira sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang hanya berbalut handuk. Wanita itu belum menyadari keberadaan orang lain selain dirinya di dalam kamar tersebut. Dengan santai Dira mengeringkan rambut panjangnya sambil bersenandung sementara Arya sudah menelan ludah melihat pemandangan yang menggoda iman terpampang nyata di hadapannya.