Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Dante telah melakukan malam hangat bersama wanita itu. Dante juga sudah merenggut yang berharga dari wanita itu. Kini Jeslin telah menjadi istri kontraknya. Wanita itu harus tinggal bersama Dante. Pria itu meminta Jeslin yang melayaninya setiap hendak berangkat bekerja. Pria itu juga menulis syarat di kertas, bahwa wanita itu harus mau menyiapkan sarapan pagi suami, menyiapkan pakaian yang hendak dipakai ke kantor oleh suami.
"Kamu harus membaca isi surat itu. Semua tertera, apa saja yang akan menjadi pekerjaan kamu. Jadi semuanya sudah diterangkan di kertas itu. Jadi jangan ada pertanyaan lagi," kata pria itu menatap kearah Jeslin.
Jeslin memakai baju tidur berwarna pink itu. Membaca isi surat tersebut, berupa tugas-tugas yang harus dipenuhi Jeslin sebagai istri Dante. Jeslin kaget dengan banyaknya peraturan yang ada di kertas itu. Ada 20 peraturan yang harus ditaati olehnya.
Jika wanita itu melanggar peraturan. Maka hidup Jeslin akan menjadi terancam. Jeslin tak bisa berbuat apa-apa lagi, selain mengikuti semua peraturan pria itu. Kini Jeslin tak berdaya, dirinya begitu dendam kepads Dante. Terutama rasa bencinya karena pria itu telah membunuh Orang tuanya, karena mengelapkan uang senilai triliunan.
Namun, membuat wanita itu hampir gila! Ketika telah melakukan hubungan Dante, membuatnya semakin trauma. Bagaimana bisa dia melakukan hubungan dengan seseorang yang telah membunuh Orang tuanya.
"Kamu jahat bangat! Banyak sekali peraturan sebagai istri kontrak yang harus aku turuti!" seru Jeslin tak terima dengan semua peraturan yang ada dakam kertas kontrak itu.
"Terserah, kamu! Setuju atau tidak setuju, peraturan itu harus tetap kamu jalankan. Saya akan memperlakukan kamu, layaknya bagaikan seorang pembantu. Bukan layaknya istri di rumah ini. Mulai besok saya akan memindahkan semua asisten rumah tangga, pindah ke rumah yang lain. Kamu yang harus bekerja di rumah ini. Untuk urusan bersih rumah sampai mengepel, itu pekerjaan cleaning servis. Kamu cukup memasak, menyiapkan baju saya dan melayani saya didalam kamar. Itu tugas utama kamu sebagai istri," seru Dante, meminta Jeslin untuk menjadi istri yang patuh.
Sulit untuk mengiyakan semua peraturan ini. Namun, tak ada yang bisa dilakukan oleh Jeslin lagi. Dirinya tak mau mati sia-sia di tangan pria itu. Sehingga Jeslin berusaha untuk mengikuti semua jalan ceritanya.
"Baiklah. Aku akan menuruti semua peraturan ini. Tetapi, setelah lima tahun kita menikah nantinya. Tolong kamu lepaskan saya nantinya. Saya tidak ingin menderita di tangan kamu seterusnya," sambung Jeslin merasa tersiksa batin.
Selama Orang tuanya masih bekerja sama dengan Dante. Wanita ini mengenal Dante hanya dua kali. Kini semua terasa bagaikan durian runtuh. Cobaan hidup tak ada yang tahu. Dahulu Jeslin sangat dimanjakan oleh kedua Orang tuanya. Karena Jeslin merupakan anak perempuan satu-satunya.
Tetapi, kini Jeslin mencoba mandiri. Semua berubah ketika Orang tuanya telah meninggal dunia. Tak ada gairah dalam menjalankan hidup lagi. Semua terasa hambar tanpa sosok Orang tua disampingnya. Jeslin sangat rindu dengan sosok Orang tuanya.
"Sudah. Sana kerjakan semua pekerjaan kamu. Ingat! Jangan pernah tidak make-up. Saya tidak suka kalau kamu tidak make-up. Kayak kurang cerah aja wajah itu. Saya menuntut kamu harus pintar make-up. Supaya saya tidak jenuh dengan kamu," seru pria itu kepada Jeslin.
"Hah, saya jarang make-up di rumah. Kalau bepergian, saya baru make-up," jawabnya saat itu.
"Saya tidak peduli dengan kebiasaan kamu dulu! Sekarang kamu sudah menjadi istri saya. Kamu harus menuruti semua keinginan saya." Mafia kelas kakap itu memandang tajam dan kedua bola matanya sangat menyeramkan. Ketika menatap Jeslin saat itu. Sehingga membuat Jeslin, tidak mampu menatap mata pria itu.
"Iya. Saya akan usahakan make-up di rumah ini," jawab Jeslin. Berusaha untuk tenang dan tak panik saat itu.
Wanita itu sebenarnya didalam hati, sudah meruah ingin marah. Bahkan! Ingin membalaskan semua dendam atas kematian Orang tuanya. Jeslin berusaha menyusun rencana. Bagaimana caranya menghancurkan mafia kelas kakap itu, hidup dengan semena-mena. Bahkan semena-mena membunuh Orang lain dengan kedua tangannya. Orang tuanya telah tiada, pria itu juga harus merasakan hidupnya hancur.
Jeslin berjanji pada Orang tuanya, akan membalas semua kejahatan pria itu, kepada kedua Orang tuanya. Bahkan, Jeslin sudah menyusun rencana, lambat laun suatu saat akan membunuh Dante. Dirinya sudah muak dengan sandiwara perkawinan kontrak ini.
"Hei. Mengapa kamu termenung! Silahkan make-up dirimu. Pakai baju yang ada didalam box itu. Baju itu semua tipis dan transparan. Kamu bisa pakai baju itu, ketika hari sudah malam. Karena! Saat malam telah tiba, saya akan meminta kamu, untuk berhubungan dengan saya." Pria itu mengeluarkan baju dari box, memberikan kepada Jeslin untuk dipakai.
Jeslin menggelengkan kepala, tak ingin melakukan hubungan panas itu lagi. Tadi malam sekujur tubuhnya sudah merasakan capek. Kini rasa capeknya pun masih terasa, masih sangat sakit. Karena perbuatan pria itu kepadanya.
"Bolehkah, kita berhenti untuk melakukan hal itu malam ini ...?" tanya Alena merapatkan kedua tangannya, lalu memohon kepada Dante yang sedang rebahan itu.
"Tidak bisa! Aku lagi menginginkan nya malam ini. Jadi kamu harus memenuhi semua hasrat aku malam ini," jawab pria itu, kepada Jeslin.
Mafia itu paling benci dengan namanya penolakan. Tak boleh dirinya ditolak dengan cara mentah-mentah. Jika ada yang menolak, maka harga dirinya akan jatuh. Dante tak suka dengan harga diri yang direndahkan.
"Aku mohon. Badan aku lagi sakit-sakitan malam ini, pegal semua badan aku. Tolong kasih kesempatan malam ini, untuk libur melakukan hal itu. Dari pada saya mati menahan sakit," lirih Jeslin memohon belas kasihan.
Saat wanita itu memohon dengan wajah penuh kesedihan. Entah mengapa hati Dante langsung goyah saat itu. Dirinya seakan luluh dengan omongan wanita itu. Padahal sebelumnya, Dante tak pernah kasihan kepada orang lain. Dante menilai semua orang sama saja sifatnya, tidak bisa dipercaya sama kapan pun.
"Jangan bersujud di kaki aku. Berdirilah dan akan aku kasih kamu kesempatan, untuk istrahat malam ini. Tanpa ada embel-embel untuk melakukan malam panas. Namun, besok kamu harus mempersiapkan diri, ketika aku memintanya," ucap pria itu merasa luluh, mendengarkan omongan Jeslin.
"Terima kasih."
Jeslin merasa bersyukur untuk malam ini. Keduanya tidak melakukan hubungan itu. Ada waktunya Jeslin untuk istrahat melakukan hal itu. Jeslin akhirnya bernafas lega, tak akan melayani pria itu malam ini.
Esok harinya Jeslin harus mempersiapkan diri. Untuk menjadi pelampiasan hasrat seorang pria. Jeslin menilai Dante sangat haus dalam hal itu.