Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 ~ Perjumpaan kedua dengan Marcel
"Aku butuh penjelasan tentang ini!" dia menatapku lekat mencari jawaban dari wajahku
Aku menatapnya sebentar memastikan apakah masih ada kemarahan
"Aku kecelakaan" Suaraku pelan
Keningnya mengernyit, dan menatapku lama. Seakan sedang menelan kemarahan.
"Tidak ada laporan dari Dhuha mengenai kejadian itu" jawabnya
"A-aku, ngga naik mobil mas Dhuha, Tuan" cicitku
"Kenapa?" tanyanya dengan suara dingin
"Ga apa-apa"
Hening lama, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari wajahku, mengunci wajahku. Aku tak berkutik seperti buruan yang sudah dibidik menunggu peluru melesat ke arahku.
"Sekarang apa maumu?"
"m-mauku? Maksudnya apa?" aku bingung harus jawab apa
"kamu tidak membutuhkan penjagaan dariku, artinya kamu butuh kebebasan, bukan?"
"aku hanya ingin berjalan sesuai kontrak, tolong jangan berlebihan terhadapku. Setelah kalian menikah kita akan selesai bukan? Dan kita akan jadi orang asing." aku mengatakannya dengan wajah tertunduk, menyembunyikan airmataku yang mengembun di pelupuk mata
Kembali hening.
Kudengar dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan
"Oke! Baiklah kalau begitu."
"Besok aku berangkat ke Surabaya, pelatihan Skydiving selama tiga bulan. Katakan itu pada orangtuaku"
"he-um" jawabku
Dia berdiri lama di depanku tapi aku tidak berani menatapnya, tubuhku kaku menunggu apa yang akan dia lakukan. Akhirnya dia meninggalkanku pergi ke kamarnya. Aku baru bisa bernapas lega, sendi-sendi yang tadi tegang bisa kurenggangkan.
*****
POV MARCELINO
Aku tak tahu apa yang terjadi padaku hari ini, undangan penting dari universitas terkemuka bisa aku abaikan. Aku seharusnya meminta asistenku menghandle urusan di rumah sakit demi memenuhi undangan itu tapi aku lebih memilih mengurusnya sendiri.
Gadis itu seakan mempunyai magnet yang kuat, aku selalu ingin di dekatnya. Menunggu dia terbangun selama tiga jam. Itu bukan kebiasaanku. Aku paling benci aroma rumah sakit, karena mengingatkanku pada Larisa dan George.
Saat dia bersuara, entah kenapa hatiku bergetar. Suaranya lembut, lembut sekali. Saat tangisannya pecah, ingin kuberkata :
"I have a big hug waiting for you. Anytime you need one"
Tapi bibirku berkhianat malah menggodanya yang mungkin membuat dia ilfeel. Manik matanya yang hitam membuat hatiku berdesir.
"The first impression of seeing you interestingly, as though the time has halted. My eyes can only see you".
'Love is when you look into someones eyes and see everything you need''
Kupikir ini hanya pertemuan biasa, tapi melihatnya hilang dari pandangan hatiku gelisah. Aku mencarinya seperti orang gila. Hampir seluruh ruangan kampus aku jelajahi hingga malam, berharap dia masih disana. Aku kehilangan jejak.
Sialnya aku tidak tahu namanya, pertemuan tadi aku belum sempat menanyakan namanya dengan serius. Terlanjur hanyut dengan perasaan yang baru aku rasakan selama hidup.
"Is this falling in love?" Gumamku sambil meraba dada kiri yang terasa di remas saat aku tidak menemukannya
******
POV HAFIZ
Kupikir bisa meluluhkan hatimu dengan perhatian yang kulakukan secara diam-diam. Aku ingin kamu bergantung kepadaku, selamanya. Tapi kamu selalu punya cara menolaknya. Kita semakin berjarak. Sometimes I can't see myself when I'm with you, Cindra
Dari ratusan jiwa yang hadir di Balairung hanya kamu yang aku cari, hampir kukerahkan seluruh bawahanku untuk mencarimu. Mereka tidak menemukanmu.
Tiba-tiba melihatmu berjalan ke tribun dengan seorang pria, lagi-lagi aku terbakar cemburu. Belakangan aku ketahui pria itu adalah partner Bisnisku. Pikiranku kacau, dimana kamu bertemu dengannya, apakah kalian sudah mengenal lama? Dimana? setahuku selama di Jakarta kamu tidak pernah kemana-mana. Kecuali di rumah dan belanja ke pasar, itupun tidak pernah luput dari pengawasan anak buahku.
Melampiaskan amarah padamu hanya menyakitiku, melihat dia ketakutan dengan tubuhnya gemetar, dan suara lembutnya nyaris tidak terdengar seperti menampar wajahku sendiri berkali-kali.
Aku kehabisan kata-kata saat kamu ingin semua berjalan sesuai kontrak dan menegaskan kita akan menjadi orang asing kemudian hari. Saat itu juga ingin kurobek surat perjanjian pernikahan kontrak kita. Agar bisa kukikis jarak.
Aku berdiri lama di hadapanmu yang masih terduduk kaku di sofa, ingin kukatakan dengan lantang
"I'm sorry I love you"
"I'm sorry I'm Jealous"
"Ayo kita mulai dari awal, lupakan kontrak laknat yang telah kubuat"
Tapi lidahku kaku, sekelebat bayangan Ranty menginterupsi dan menggoyahkan keberanianku.
Bolehkah aku egois sekali ini saja, aku ingin memiliki kalian berdua.
*******
Bunyi notif chat masuk pada aplikasi hijau
'Lama tak jumpa, apakah kamu tidak berniat menemui 'Suhu'mu? Aku di jakarta.'
'Wahh..benarkah dok? Dokter dimana'
'Aku di klinik permata Medika, Ayo kita bertemu'
share lokasi
'Baik dok, pulang kuliah aku kesana. Tunggu ya'
Percakapan chat antara Cindra dan dokter Arga
Tok tok tok
"Selamat sore dok, bolehkan aku masuk?" dengan wajah sumringah Cindra berdiri di pintu ruangan praktek dokter Arga
"Hai, ayo sini masuklah"
"Bagaimana kuliahmu?ada kendala?"
"lancar dok, sejauh ini tidak ada kendala. Baru jalan tiga bulan kuliahnya dok hehehe"
"Aku yakin kamu mudah menyesuaikan di lingkungan manapun"
"Sepertinya begitu dok" Cindra tersenyum
Tok tok tok
"Dokter ada tuan Marcel di ruang tunggu" seorang perawat menginterupsi obrolan Cindra dan Arga
"Suruh masuk saja"
"Dok, apakah aku menggangu? Kalau dokter sibuk aku kembali lagi nanti" pinta Cindra
"Owh tidak mengganggu sama sekali justru aku ingin memperkenalkan kamu dengan anak dari calon pasien barumu"
"Baiklah dok"
"Sore Arga" sebuah suara bariton dari arah pintu
"Hallo Cel, masuklah!"
Cindra menoleh ke arah pintu. Matanya melebar dengan wajah berbinar setelah mengetahui siapa yang hadir di ambang pintu
Begitu juga Marcel terpaku melihat gadis yang selama ini ia cari
'Oh Lord! Terima kasih untuk pertemuan ini'' gumam Marcel
"Cel masuklah, kenapa diam disitu!" pinta Arga
"ah iya.." Marcel mengusap belakang lehernya menutupi gugup
"Cel, kenalkan ini Cindra murid terbaikku. Cindra ini Marcel sahabatku"
"Cindra" dia mengulurkan tangan
"Marcelino! ini pertemuan kedua kita Cindra" Marcel menjabat jemari Cindra
"Waahh kebetulan apa ini, kalian sudah saling mengenal?" tanya Arga
"Ada suatu kejadian beberapa bulan lalu, tapi aku belum sempat menanyakan namanya" jawab Marcel masih dengan tatapan hangat ke arah Cindra.
Cindra yang mendapatkan tatapan hangat dari Marcel hanya bisa menunduk, dia merasakan pipinya seakan memberi signal bahwa hatinya berbunga-bunga
"Oke kalau begitu langsung aku jelaskan saja. Cindra, mama Marcel belum lama ini kena stroke. Beliau memerlukan terapi akupunktur. Karena jadwalku di jakarta dalam satu bulan hanya 2 kali. Aku tidak bisa melakukan terapi intensif. Aku percayakan pengobatan terapi mama Marcel padamu"
"dokter percaya padaku?" tanya cindra masih tak percaya karena ini akan menjadi pasien pertamanya di Jakarta
"he-um" dokter Arga meyakinkan
"bagaimana Marcel?" tanya dokter Arga pada Marcel
"Aku percayakan semua padamu Arga, aku berharap yang terbaik untuk mamaku" Marcel menyetujui
"kapan bisa dimulai, Cindra?"tanya Marcel
Cindra melirik dokter Arga
"jadwal menyesuaikan waktu senggang kamu Cindra, bay the way Marcel, Cindra ini masih kuliah, you know?!"
"I know, no problem!"
"mm..dokter Arga bisakah pertemuan pertama kali dengan mama pak Marcel anda mendampingiku dulu? Ini akan jadi pengalamanku yang pertama setelah 6 bulan tidak melayani pasien" tanya Cindra kuatir tidak bisa memberi pelayanan yang terbaik
"mengapa aku lihat kali ini kamu gugup Cindra?" tanya dokter Arga
"please dokter.." dengan menangkupkan tangan di dadanya
'menggemaskan sekali tingkahnya' batin Marcel melihat Cindra memohon pada Arga
"Baiklah Cindra, lusa kita ke rumah Marcel, apakah kamu bisa? Karena setelah itu aku bertugas di Surabaya menangani keponakan Marcel"
"Bisa dok" Cindra tersenyum
"Baiklah aku pamit dok, sampai bertemu lusa" pamitnya dengan menjabat tangan dokter Arga
dan ketika mengulurkan tangan ke Marcel, Marcel berdiri.
"Aku antar kamu pulang, Cin" Marcel tersenyum
"tidak perlu repot pak, saya bisa pulang naik Transjakarta" tolak Cindra
"Saya sangat kecewa jika anda menolaknya" Marcel terus menatap Cindra
"Pulanglah dengan Marcel Cindra, kamu tak perlu kuatir dia sudah jinak" dokter Arga mengedipkan mata
"hahaha!!" Marcel tertawa sambil menggelengkan kepala karena jawaban sahabatnya
"Baiklah"
'ngobrol bertiga aja aku panas dingin deket pak Marcel apalagi nanti di dalam mobil hanya berdua' batin Cindra
"Dimana rumahmu, cin?!" Tanya Marcel setelah mereka sudah di dalam mobil
"Di Dharmawangsa pak"
"Cin, bisakah kamu tidak memanggil saya pak, aku merasa sudah tua sekali" pinta Marcel
"mm..apa ya? Om?" tanya
"Are you kidding?!" Marcel menarik bibirnya keatas
"Abang? Kaka? Mas? Bro? Daddy?" Cindra semakin meledeknya
"Coba kamu sebutkan satu persatu biar aku dengar mana yang cocok dengan suaramu" Marcel mengedipkan mata
"Mas.." Marcel menggeleng
"kaka..ka" menggeleng lagi
"Bro!" Marcel menggeleng dengan mengernyitkan hidung
"Abang" sambil memiringkan kepalanya lantas berpikir
"Qīn aide, qīn?" tanya Cindra ragu
"Yes mei-mei" jawab Marcel sambil tersenyum manis
Seketika wajah Cindra meredup, dia menunduk teringat akan seseorang yang hingga kita tidak ada kabar.
Marcel melirik sebentar ke sebelahnya sambil fokus mengemudi
"Hey, kenapa kamu tiba-tiba sedih?" "Cindra?"
"Hikss..hiikkss..hiikkss.." tangisnya pecah
"ohoho..apakah ada kata-kataku yang menyinggungmu?" Marcel panik
"ga apa-apa pak, aku hanya kangen seseorang. Dia sering memanggilku Meimei, honey, mi amor" Cindra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya
"your ex-?" tanyanya menyelidik
Cindra menggeleng
"Kakamu? Atau keluargamu?"
Lagi-lagi Cindra menggeleng
"Lalu?"
"Sahabat rasa pacar" jawab ya polos
"Hahahaha" Marcel tergelak
"Berapa umur kamu, Cin?" tanyanya
"tahun ini 18 tahun" jawab Cindra malu-malu
"Pantas saja, apakah pria itu lebih tua darimu?"
"dia teman sekolahku"
"I see" Marcel tersenyum tipis
"terserah kamu mau memanggilku apa, asal jangan bapak dan om, ok?" Marcel melirik gadis di sebelahnya dan cindra hanya mengangguk
Mobil yang Marcel kendarai sudah memasuki wilayah Dharmawangsa, dan Cindra mengarahkan alamat tujuan. Hingga sampailah mereka di depan gerbang rumah mewah.
"Kamu tinggal di sini? Ini rumah orangtuamu?"
"Rumah anak pakde-ku"
"Owhh..sebentar diam ditempat aku akan bukakan pintu untukmu"
Marcel keluar mobil kemudian memutar untuk membukakan pintu penumpang
"Terima kasih ka sudah diantar, tapi mohon maaf tidak bisa mengajakmu ke dalam" pamit Cindra
"Tidak masalah, Cin. Aku cukup disini saja. Sampai jumpa lagi lusa" Marcel mengusap pucuk kepala Cindra dengan gemas.
"Masuklah!"
Cindra mengangguk. Marcel menatap kepergiannya hingga punggung mungilnya menghilang di balik pintu
'Rumahnya semewah ini, artinya dia bukan dari keluarga biasa. Tapi gadis itu sangat sederhana dalam segala hal. Dan pesona itulah yang menjerat hatiku' gumam Marcel
Cindra kalau kamu tau ponakan Marcel di Surabaya adalah Gege, apakah kamu lebih memilih merawat Gege..?
Gimana pemirsa..🩷🩷