Jadi Istri Mafia Kejam
"Hahaha berani sekali engkau, mengelapkan uang kerja sama kita! Kamu tidak akan aku lepaskan, aku akan memberikan pelajaran kepadamu," bentak Dante Belvino
Dante Belvino baru saja menghakimi salah satu rekan kerja bisnisnya, karena menggelapkan uang kerja sama senilai 10 triliun. Dante seorang mafia kelas kakap, seseorang yang tidak suka dengan namanya kebohongan. Siapa yang bermain dibelakangnya, jika ketahuan olehnya. Maka Dante tidak akan segan-segan memberikan pelajaran kepada orang tersebut.
Karena amukan kemarahannya saat itu, Dante membunuh rekan bisnisnya bernama Andika dan istrinya Zia. Karena keduanya telah kedapatan bermain Dihadapan putrinya saat itu, Dante membunuh Orang tua Jeslin. Sehingga membuat Jeslin menangis, merasakan sakit mendalam. Ketika Orang tuanya dihukum dihadapan dirinya.
Jeslin anak tunggal dari keluarga investor yang telah bergabung dalam perusahaan DANTE GROUP. Perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis properti dan pabrik kain terbesar itu. Dante meminta Jeslin, untuk menangisi Orang tuanya untuk terakhir kali.
"Tidak! Jangan bunuh saya, Pak. Saya masih punya putri, saya tidak siap meninggalkan putri saya seorang diri. Jika Bapak ingin memberikan pelajaran kepada saya, jangan bunuh istri saya juga. Biarkan saya yang mati, tetapi jangan istri saya. Karena anak saya, masih butuh diantara kami salah satu. Jika nanti kami tiada, siapa yang akan temani putri saya!" ucap Andika, menangis sambil memohon kepada Dante. Untuk melepaskan istrinya saja, pria itu siap mati demi anak dan istri.
Nasi telah menjadi bubur, tidak akan pernah mengubah keadaan. Seseorang yang dirundung kecewaan begitu mendalam, tidak akan pernah berani untuk memaafkan orang tersebut, jika telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Prinsip Dante akan menjatuhi hukuman, jika seseorang itu telah mengkhianati dirinya. Niscaya! Tidak akan pernah ada rasa kepercayaan lagi terhadap orang itu. Sampai kapan pun, Dante tidak akan pernah berlapang dada untuk memaafkan.
"Tidak! Saya tidak akan memaafkan kamu, kini tak ada lagi yang perlu diperbaiki. Kini semua menjadi terakhir. Bye, selamat tinggal." Dante melambaikan tangan, meminta para ajudan dan orang yang bekerja dengannya. Supaya cepat mengeksekusi Andika dengan istrinya.
Keduanya dibawa ke ruangan, untuk segera dieksekusi. Jeslin dibawa langsung ke ruangan itu, untuk melihat terakhir kalinya Orang tuanya tercinta. Setelah satu jam, akhirnya Dante dan bawahannya, berhasil eksekusi kedua orang itu. Sehingga menimbulkan trauma mendalam untuk Jeslin, wanita itu berteriak memanggil kedua Orang tuanya yang telah tidak bernyawa lagi. Sungguh tega, Dante eksekusi Orang tuanya.
"Jahat! Ayah, Ibuuuuuuuuuu," teriak Jeslin sangat keras.
Saat hendak berlari, memeluk terakhir kali jasad kedua Orang tuanya yang sudah tidak bergerak lagi. Kedua tangannya langsung ditahan, oleh bawahan Dante. Karena Dante memberikan perintah, supaya Jeslin jangan mendekat didekat jasad Orang tuanya.
"Hei tahan tangannya! Jangan sampai bergerak, mendekati jasad pecundang itu. Beginilah akibatnya, jika kedua pecundang itu melanggar perintah ku! Tidak akan pernah ada ampun, untuk yang berkhianat dengan ku." Danta tak main-main, ingin memberikan luka pada wanita itu. Supaya wanita itu merasakan, bagaimana dipermainkan.
Jeslin memaksa untuk berlari menghampiri Orang tuanya, tetapi usahanya gagal. Seberapa kuat dirinya untuk melawan bebas, tetapi tak bisa. Gadis polos berumur 20 tahun itu, harus merasakan menjadi anak yatim piatu kembali. Sampai kapan pun, dia akan benci kepada Dante. Tidak akan pernah memaafkan Dante.
"Lepaskan aku! Jahat, Kamu! Sungguh sangat jahat. Seharusnya, kamu tidak melakukan cara diluar nalar ini! Setidaknya, berikan kesempat hidup untuk orang lain." Jeslin berteriak memarahi Dante, merasa tercengang melihat sifat seseorang yang sangat psikopat.
"Kamu tahu aku, siapa? Aku mafia kelas kakap, sekaligus psikopat. Aku tidak akan menghukum seseorang jika tidak bersalah. Tahukah, kamu? Ruangan ini aku gunakan, untuk eksekusi secara paksa orang yang telah berbuat jahat kepada ku." Langkah kaki begitu cepat, menegakkan wajahnya, serta menaikan badannya. Terlihat seseorang yang begitu angkuh, berjalan mendekati Jeslin.
Ketika tangannya masih dihadang dan ditahan oleh para bawahan penjahat itu. Jeslin berusaha untuk menghindar, mundur berapa langkah. Supaya mafia kelas kakak itu, tidak menindasnya kembali. Wanita itu sangat takut ditindas, karena ia mengetahui tentang Dante.
Privilege Dante begitu bagus, ia mengenali banyak konglomerat ternama. Bahkan, orang lain sangat segan padanya. Siapa pun teman yang berhadapan satu bisnis dengannya. Takut melakukan kesalahan, kepada Dante. Sifat bagaikan singa, kapan saja akan muncul ketika ia disakiti.
"Woiiii. Mengapa mundur???" lirih Dante dengan penuh penekanan.
Dante mendekati Jeslin, sedangkan wanita itu telah ketar ketir. Saat Dante mendekat kearahnya saat itu. Dante lalu menyentuh dagu Jeslin, menekan dagu wanita itu. Sehingga Jeslin mengerang kesakitan, karena dagunya ditekan dengan sangat kuat.
"Kamu berani melawan ku wanita sialan! Jika kamu berani, apakah kamu sudah siap? Akan sama nasibnya seperti Orang tua kamu!" Dante mengingatkan Jeslin, supaya jangan teledor di depan Dante. Mafia itu mempunyai kekuasaan, bahkan siapa pun yang berhadapan dengannya akan takut.
Jeslin membalikan badan, menoleh kearah kedua Orang tuanya. Pipinya telah bercucuran deras air mata, wanita itu mencoba menahan rasa sakit. Karena ia juga takut, nasibnya akan sama seperti Orang tuanya.
"Aku hanya mencurahkan isi hati ku saja, aku kasihan sama kedua Orang tua ku. Jika mereka telah tiada, kepada siapa aku bertukar pikiran? Aku hanya punya mereka didalam hidup ku." Jeslin tersedu-sedu menangis.
Reaksi Dante biasa saja, gak ada rasa kasihan yang begitu dalam. Jika dikatakan seperti apa perasaan Dante saat ini, Dante sangat lega melihat musuh telah tiada. Akhirnya rasa sakit telah dibayar lunas, karena uang hasil keringatnya dilakukan penggelapan.
"Kamu pikir aku ikut sedih? No, aku gak ada rasa sedih! Justru aku lega, karena penghianat telah berkurang. Kamu mau ikut nyusul kepada mereka?" ucap Dante, matanya tajam menatap dengan seram kearah Jeslin.
"Tidakkkkkkk!"
"Bagus, kalau kamu tidak mau!"
Rasa sakit hatinya telah dibayar, ia juga belum puas! Jika belum melihat putri seorang penghianat, menelan pil pahit dalam hidup. Dante akan menjadikan Jeslin, sebagai istri. Tetapi, untuk dijadikan budak dan wanita itu harus merasakan kesakitan demi kesakitan.
"Lepaskan aku, ijinkan aku membawa Orang tua ku. Untuk mengubur mereka, karena sebagai kenangan terakhir dalam hidup ku." Jeslin meminta Dante, memberikan ijin kepadanya.
Matian-matian Jeslin memohon kepadanya, tidak akan pernah Dante memberikan kesempatan, untuk menciptakan kenangan terakhir dengan Orang tuanya. Dante menyuruh para bodyguard, untuk membereskan jasad keduanya. Dante melarang Jeslin, untuk pergi kepemakaman Orang tuanya. Sampai kapan pun, Dante tidak akan pernah menunjukan kepada Jeslin.
"Tidak! Kamu tidak akan saya beri tahu, kemana akan dikuburkan!" Dante menolak Jeslin, secara halus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments