Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Setelah kepergian mereka semua Davin hendak pergi lagi namun di cegah oleh mbak Elisa.
"Mama perlu bicara! " ucapnya dan membuat Davin mengurungkan niatnya.
Aku yang merasa tak enak karena aku sadar jika Davin tidak menyukai ku, aku pun pamit masuk kamar. Aku membersihkan diri lalu rebahan karena mulai capek juga.
Aku keluar saat makan siang dan di rumah cuman ada mama dan mbak Elisa, Davin dia entah kemana lagi.
"Davin pergi lagi mbak? " tanya ku pada mbak Elisa.
"Ya begitulah, dia gak pernah betah di rumah" jawab nya.
"Sejak ada aku ya mbak. " ujar ku.
Mbak Elisa menatap ku "kok kamu bicaranya seperti itu? " tanya nya.
"Aku cuman nebak aja mbak" balas ku.
Mbak Elisa tidak membantahnya berarti memang benar Davin tidak pernah betah di rumah sejak ada aku. Aku pun menghabiskan makanan ku lalu kembali ke kamar lagi.
Ke seharian ku hanya jalan-jalan ke kecil agar ada pergerakannya tidak hanya rebahan saja. Saat aku sedang istirahat di ayunan tiba-tiba bunda menghampiriku.
"Erika" panggilnya. Aku pun meliriknya "Iya bun" balas ku.
"Siap-siap sana" titahnya.
"Mau kemana bun? " tanya ku.
Bunda pun duduk di samping ku lalu berkata "usia kandungan mu sudah mulai besar, bunda mau ajak kamu belanja kebutuhan bayi" beritahu nya.
Aku terdiam karena itu keinginan ku berapa hari ini namun aku gak berani bicara sama bang Tara karena dia sibuk banget.
"Baik bunda" jawab ku lalu masuk kamar untuk siap-siap.
Setelah selesai aku langsung keluar dan bunda langsung mengajak ku pergi. Kami pergi di antar mang Dudung karena dia sopir pribadi bunda. Kami pergi ke sebuah mall dan bunda langsung mengajak ku ke toko peralatan bayi. Saat pertama masuk aku di buat bingung dan kagum dengan isi toko karena semuanya ada.
"Kita cari baju dulu, untuk yang lain nanti bisa nyusul" ujar bunda dan aku hanya mengangguk dan mengikuti bunda.
Kami menuju etalase baju dan bunda langsung memilih dan bunda beli tidak sedikit dia beli hampir semuanya satu lusin.
"Bun, apa. gak kebanyakan? " tanya ku dan bunda hanya menggelengkan kepala. Akhirnya aku diam saja nurut apa kata bunda.
Bunda beli baju dan tempat tidur saja. Setelah cukup bunda manggil mang Dudung untuk membawa belanjaan kami ke mobil karena bunda ngajak aku makan dulu sebelum pulang.
Aku dan bunda pun melangkah menuju tempat makan dan pilihan bunda jatuh pada resto rumah padang. Kami masuk dan langsung memilih tempat duduk lalu langsung pesan. Aku pamit ke toilet namun saat melewati sebuah meja yang sedikit tertutup aku di buat terkejut melihat bang Tara sedang bersama Intan. Intan pun melihat aku dan dia langsung memegang tangan bang Tara walau bang Tara langsung menghempaskan nya namun aku merasa kecewa karena bang Tara tidak cerita jika dirinya hari ini akan bertemu dengan Intan.
Aku pun melanjutkan ke toilet dan mencoba mengirim pesan menanyakan keberadaannya dimana. Namun balasan nya membuat aku benar-benar kecewa dan marah. Bang Tara bilang jika dirinya sedang di kantor bersama klien nya namun kenyataan nya dia sedang makan dengan mantannya. Aku pun segera keluar dan aku masih melihat mereka masih di sana. Aku melangkah mendekat "Bang" panggilku dan membuat bang Tara menengok dan kaget melihat aku berdiri di hadapannya.
"Erika" ucapnya lalu berdiri dan akan menghampiriku. Aku masih terima karena aku gak mau Intan menang karena sudah membuat aku cemburu dan marah.
"Kamu sama siapa disini? " tanya nya sambil memegang tanganku.
"Bunda" jawab ku dingin.
"Ayo aku antar kamu ke meja bunda" ajaknya dan aku menurut tidak menunjukan marah.
Saat sampai meja bunda, bunda juga kaget saat melihat aku datang bersama bang Tara.
"Kian, kok kamu ada disini? " tanya bunda.
Bang Tara tidak langsung menjawab tapi melirik ke arah aku dan aku hanya diam saja.
"Ketemu klien bunda" jawabnya entah berbohong atau tidak.
"Bun, kita pulang saja yu! " ajak ku pada bunda.
"Loh, kan kita belum. makan" ucap bunda.
"Di bungkus saja bun, bisa kan? " tanya ku.
Bunda pun mengangguk dan langsung minta pada pelayannya untuk di bungkus. Bang Tara dia hanya terus melihat ke arah ku dan aku yakin dia tau jika aku marah.
"Ki, kamu temui lagi kliennya!, bunda sama Erika pulang dulu. Istrimu kayanya sudah capek"ucap bunda.
" Baik bun, hati-hati di jalan"jawabnya masih terus melihat ke arah ku.
Aku pun beranjak lalu pergi tanpa pamit pada bang Tara. Bunda heran melihat sikap ku namun dia tidak berani bertanya.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar setelah pamit pada bunda. Setelah di kamar aku langsung menangis sambil rebahan biar tidak terdengar oleh bunda. Entah berapa lama aku menangis karena aku sampai ke tiduran dan saat bangun aku sudah melihat bang Tara duduk di tempat tidur sambil menatap ku. Aku pun bangun dan hendak turun namun langsung di tahan bang Tara.
"Sayang"
Aku menarik tangan ku namun di tahan bang Tara.
"Erika, tolong dengarkan penjelasan ku" ucapnya.
"Abang jelas-jelas bohong" balas ku.
"Aku tau, aku minta maaf" ujar nya.
Aku tidak berkata lagi melainkan menangis. Bang Tara mendekat dan merangkul ku lalu memeluk ku. Aku mencoba berontak namun bang Tara terus memeluk ku hingga aku pun pasrah dan menangis di pelukannya.
"Aku gak bermaksud bohongi kamu, aku cuman gak mau kamu salah faham" ujarnya.
Aku tak membalas hanya terus menangis.
"Sayang udah dong, jangan terus menangis" ucapnya memohon padaku.
"Sakit bang" lirih ku di sela tangisan ku.
"Maaf sayang" ucapnya dengan memohon.
Akhirnya aku pun mengangguk karena bang Tara terus meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Karena aku belum makan dari siang bang Tara mengambil kan makan dan menyuapi ku agar aku mau makan. Selesai makan bang Tara ke luar dan aku pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Saat ngaca aku kaget melihat wajahku yang sembab karena lama menangis.
"Ada apa? " tanya bang Tara di belakang ku.
"Wajah ku sembab, malu jika keluar" jawab ku dengan manja.
"Ya gak usah keluar, kan ada aku yang bisa layani kamu" ucapnya sambil memegang kedua pipiku.
Aku pun mengangguk lalu bang Tara berkata "Aku janji gak akan buat kamu sedih dan nangis lagi kaya hari ini".
" Beneran ya janji, awas kalau bohong! "ucap ku.
" Iya janji sayang"balas nya.
Aku pun memeluknya dan bang Tara balas memeluk ku.