Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidangan Berbeda
Malam pun tiba dalam sekejap.
Tak ada kejadian aneh semenjak wanita setengah kucing itu meninggalkan kamarku, dan aku sendiri tidak terlalu banyak beraktivitas hari ini selain berjalan-jalan di sekitar kastil yang tampak seperti kastil hantu kalau dilihat dari luar.
Meski begitu, aku tak banyak protes dengan penampilan kastil ini, karena kupikir semua kastil pada abad 21 memiliki bentuk yang serupa dan menyeramkan. Hanya saja aku sedikit terkejut ketika melihat beberapa hewan ternak di kandang belakang. Aku tak menyangka ternyata ada sapi, ayam, kambing dan babi yang memiliki bentuk yang sama seperti hewan-hewan ternak pada dunia ku sebelumnya.
Aku pun sangat penasaran dan segera menanyakan tentang asal muasal hewan ternak itu kepada kepala pelayan kastil ini, yang memiliki nama lengkap Melvin Von Argus.
Usia pria itu sekitar empat puluh lima tahun, dan sudah mengabdi untuk keluarga Argus semenjak masih kecil atau lebih tepatnya karena faktor turun temurun dari ayahnya kala itu.
Aku akhirnya memiliki sebuah ide cemerlang setelah mendengar penjelasan Melvin, katanya semua hewan ternak itu telah dikembangbiakan oleh keluarga Argus sejak lama, sehingga kualitas dan rasanya akan terjamin karena selalu mendapatkan pakan yang bagus.
Karena itu, aku memutuskan membuat hidangan lezat untuk makan malam, dan sekarang aku sedang memasak di dapur kastil sejak dua puluh menit yang lalu.
"Semua daging ayamnya sudah saya berikan tepung, saya harus melakukan apalagi sekarang, Tuan Muda?" tanya Melvin sembari menyodorkan satu wadah berisi ayam tepung kepadaku.
Aku memeriksa hasil kerja Melvin sekilas, kupikir cukup bagus juga kemampuan pria yang satu ini karena hasil olahannya terlihat bagus.
"Sekarang kau potong daging sapi itu sesuai dengan yang sudah aku ajarkan, lalu carikan aku bumbu sesuai dengan tulisan ini, oh ya, jangan lupa potong kentang dan sayuran dengan benar, jangan sampai bentuknya salah," titahku.
"Baik, Tuan Muda." sahut Melvin, bergegas mengeksekusi perintahku.
Sejujurnya aku masih bingung sekarang, semua pengetahuan tentang memasak ini tiba-tiba masuk ke dalam benak ku setelah aku bilang ingin membuat masakan lezat untuk semua orang. Dan tanganku akan kesemutan seperti biasa sebelum semua ilmu pengetahuan itu masuk ke dalam benak ku.
Meski begitu, aku tak banyak berpikir dan hanya menduga kalau keanehan ini merupakan hal yang alami. Jadi, lanjutkan saja memasak sesuai resep yang sudah ada di dalam kepalaku.
'Hehehe, Mama Laura pasti akan ketagihan sama masakan ini, terus dia akan kekenyangan dan tertidur setelahnya. Pokoknya, jangan sampai dia memiliki niat untuk menyetubuhiku malam ini. Bisa berabe jadinya kalau aku memiliki hubungan ranjang, takutnya aku akan kebablasan dan kecanduan sama tubuh Mama Laura,' pikirku seraya mulai menggoreng ayam tepung lebih dulu.
Singkatnya, aku membuat hidangan lezat ini dalam waktu satu jam. Aku membuat ayam tepung atau Fried Chiken dan steak sirloin untuk menu utama, yang akan di temani dengan kentang goreng serta sayuran segar.
Aku juga tak lupa membuat milkshake, es jeruk dan berbagai jus buah. Untung saja Melvin memiliki kekuatan sihir yang bisa diandalkan untuk membuat semua itu, sehingga semuanya berjalan lancar.
"WAH! Makanan apa ini? Kelihatannya enak sekali?!" seru Mama Laura begitu semua makanan tersaji di atas meja.
Ada piring besar berisi sepuluh paha ayam tepung, dan piring kecil berisi steak sirloin serta sayuran. Sedangkan kentang gorengnya sengaja aku pisah di piring lain agar porsinya bisa lebih banyak.
Bagaimanapun, orang-orang di sini jarang sekali makan nasi, biasanya mereka akan makan roti atau kentang rebus sebagai makanan berat, sedangkan lauknya berupa soup, atau daging bakar.
Jadi, mereka langsung terkejut begitu melihat semua makanan yang digoreng ini, terutama untuk steak sirloin yang terlihat sangat lezat dengan kematangan yang sangat pas di lidah.
"Ayo dimakan, Ma. Semua ini Brian siapkan untuk Mama," ucapku kepada Mama Laura.
"Um, terima kasih Brian. Mama coba sekarang ya," sahut Mama Laura seraya mengambil garpu dan sendok.
"Jangan pakai sendok, Ma. Gunakan pisau untuk memotong daging itu, lalu masukan ke mulut pakai garpu," saranku, tak lupa kucontohkan juga cara memakan hidangan ini.
Hap!
Satu potong sirloin panas dengan saus tomat segera masuk ke dalam mulutku, rasanya sungguh enak sekali seakan steak ini buatan Salt Bae.
'Astaga, aku tak menduga hasilnya akan seenak ini? Kok bisa? Perasaan kemampuan masakku biasa-biasa saja,' batinku terkejut.
"Brian!!! Ini sungguh enak sekali, Brian! Aduh, dagingnya sangat empuk sekali, ditambah cairan berwarna merah ini. Uh ... Rasanya benar-benar menyatu di dalam mulut!" seru Mama Laura.
"Coba makan juga kentangnya, Ma. Steak memang paling cocok kalau dimakan pakai kentang," saranku.
Aku juga mulai mencicipi kentang goreng itu, dan batinku lagi-lagi terkejut karena rasanya terlalu enak.
Glup!
Semua pelayan di sekitar meja hanya bisa menelan saliva masing-masing ketika melihat kami makan, mereka juga sepertinya penasaran dan tertarik dengan hidangan buatanku.
Si wanita setengah kucing juga tampak ngiler saat melihat steak sirloin ini, kulihat ada air liur yang sedikit menetes dari mulutnya.
Aku sontak terbayang adegan ciuman di dalam kamar tadi. Kalau ada kesempatan, aku ingin merasakannya lagi dengan cara yang lebih baik.
Bagaimanapun, ini urusan tentang wanita setengah kucing, aku jelas tak akan pernah melewatkan kesempatan apapun selama ia mengizinkannya.
"Maaf membuat kalian menunggu, perlu waktu cukup lama untuk menyiapkan makanan lezat ini," ucap Melvin dari arah dapur, ada nampan besar yang dibawa oleh kedua tangannya.
"Kalian bantu Melvin menyajikan semua makanan itu, lalu duduk di meja ini biar kita bisa menikmati makananya bersama-sama," titahku kepada semua pelayan di sekitar.
"Ini ...." Mereka tidak langsung menanggapi perintahku, malah saling tatap di tempat masing-masing.
"Ayo duduk sini, jangan cuman diam saja. Apa kalian tak suka dengan makanan buatanku?!" tanyaku agak mendesak mereka.
"B-Bukannya kami tak suka dengan makanan buatan Tuan Muda. Hanya saja, apa kami layak makan bersama Tuan Muda?!" sahut seorang pelayan.
Aku spontan mengalihkan perhatian kepada Mama Laura, dan hanya ada sebuah anggukan kecil yang diberikan oleh Mama tiri si Brian itu.
"Santai saja, aku ingin merayakan kesembuhanku malam ini, jadi kalian boleh duduk bersamaku di sini. Ayo, kita habiskan semua makanan ini hingga perut kalian tak sanggup lagi menampung makanan," ujarku sembari tersenyum.
Semua pelayan itu membalas senyumku dengan penuh semangat, tampak sekali kalau mereka juga sangat ingin menikmati makanan lezat ini.
Satu demi satu duduk di kursi kosong yang ada di meja itu, tapi tak ada yang berani duduk di sebelahku seakan mereka takut padaku.
"Duduklah di samping Brian, Catrine. Kamu harus menemaninya makan," titah Mama Laura kepada wanita setengah kucing itu.
"A-Apa saya boleh duduk di samping Tuan Muda? Saya takut membuat Tuan Muda ...." Wanita setengah kucing itu menjeda ucapannya, pandangannya lalu beralih padaku.
Aku pun segera beranjak dari kursi, kemudian menghampiri Catrine dan langsung membawanya ke kursi kosong di sebelahku.
"Kamu tak usah sungkan kayak gitu, bukankah sudah kubilang kalau aku sangat menginginkanmu? Jadi, nikmatilah makanan buatanku, semoga kamu menyukainya," ucapku pelan.
Wajah Catrine sontak memerah, kulihat ia tampak malu-malu, tapi sebenarnya mau.
"B-Baik, Tuan Muda. Saya akan makan kalau begitu," ucapnya pelan sekali.
Singkatnya, kami mengahabiskan semua makanan di atas meja dalam waktu kurang dari dua puluh menit. Kulihat semua orang sangat lahap saat menyantap steak sirloin itu, dan semakin lahap lagi saat makan ayam tepung alias Fried Chiken.
Dan wajar bila mereka bersikap seperti itu, karena aku membuatnya pakai resep spesial yang tiba-tiba masuk ke dalam benakku. Yang pasti rasanya akan sangat lezat tak kalah dari makanan restoran yang ada di duniaku sebelumnya.
"Mama mau ke kamar dulu ya, mama sepertinya harus segera istirahat untuk mencerna makanan enak ini. Terima kasih, Brian. Kamu memang anak kesayangan Mama," ucap Mama Laura seraya beranjak ke sisiku, ia tiba-tiba mendaratkan kecupan mesra di pipiku dan langsung pergi ke kamarnya.
Dua orang pelayan bergegas pergi mengikuti Mama Laura kemudian, mereka sepertinya akan menyiapkan tempat tidur untuk Mama Laura istirahat.
'Ibu tiri si Brian bener-bener bikin aku canggung, aku takut tak bisa menahan hasrat kalau ia terus memperlakukan aku seperti si Brian. Huh, untung saja aku berhasil membuatnya puas pakai makanan enak ini, kalau tidak, aku mungkin harus menyetubuhinya nanti,' pikirku seketika teringat kembali dengan janji tadi pagi.
Aku bukannya naif atau pecundang karena menolak permintaan Mama Laura, sejujurnya aku sangat ingin merasakan kenikmatan tubuh wanita setengah rubah itu. Namun, aku tak bisa melakukannya dengan identitas Brian sekarang, setidaknya tunggu sampai aku mengungkap fakta tentang identitas asliku yang berasal dari dunia lain.
"Saya juga mohon pamit kalau begitu," ucap Catrine membuyarkan lamunanku.
"Ah, tunggu sebentar, Catrine." sahutku, spontan menahan tangan Catrine untuk mencegahnya pergi.
"Apa Tuan Muda masih memerlukan saya?" tanya Catrine, netranya menatap sayu kepadaku.
Sungguh menggemaskan sekali wanita kucing yang satu ini, aku seketika teringat kembali dengan kucing persia lucu peliharaan Anggie di dunia sana.
"Aku memang masih ada perlu sama kamu, tapi tidak di sini. K-Kamu, apa kamu bisa datang ke kamarku nanti malam?" tanyaku sangat gugup.
Catrine sontak terkejut usai mendengar ucapanku, sepertinya tak menduga atas undanganku barusan. Tapi, aku tak bisa menemukan tanda-tanda penolakan yang terpancar dari wajahnya, malah kulihat ada rona merah yang terpancar samar-samar.
"Apa Tuan Muda serius dengan saya? Anda tidak hanya ingin main-main saja, kan?" Catrine bertanya balik, tampak ingin memastikan sesuatu dariku.
"Aku sangat serius, Catrine. Aku ingin kamu," jawabku tanpa ragu.
Aku sebenarnya tak tahu pasti alasan ketika memberikan undangan kepada Catrine. Firasatku bilang bahwa wanita setengah kucing ini memiliki identitas lain yang sedang disembunyikan, dan aku sangat penasaran ingin mengetahuinya lebih jauh.
Siapa tahu aku akan menemukan hal-hal yang sangat berguna dari mulut Catrine nanti, terlebih mungkin aku juga bisa menjadikan Catrine sebagai teman baikku di dunia ini.
"S-Saya akan datang ke kamar Tuan Muda nanti, semoga Tuan Muda tidak akan berubah pikiran lagi," ujar Catrine, lalu beranjak pergi dari sisiku begitu saja.
Aku pun jadi bingung sendiri setelahnya, takutnya Catrine masih takut padaku gara-gara Brian pernah membencinya.
'Kenapa aku harus berubah pikiran? Lagian aku hanya ingin mengobrol tentang dunia ini, Catrine tak mungkin akan salah menanggapi undanganku, kan?' batinku bertanya-tanya. Namun, aku tidak terlalu banyak berpikir setelahnya dan segera pergi ke kamarku begitu saja.
...