SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.
Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.
Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.
Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.
Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran
"Rama, maafkan-lah Cintya. Ia tidak bersalah dalam hal ini. Ia terpengaruh ajian pengasih yang membuat akal dan logikanya menghilang," Mbah Kasim mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada pengantin baru tersebut.
Rama tercengang. Sesaat ia teringat akan wajah Adjie yang selalu ia bully. Apakah ini sebuah aksi balas dendam?
Pria muda itu mengacak rambutnya dengan kasar. Ingin marah pada Cintya, namun sang istri juga korban.
"Jika begitu, usir Adjie dari desa ini, karena sangat membahayakan!" pak kades mencoba memanasi. Bagaimanapun Cintya adalah menantunya. "Hari ini menantuku, esok entah siapa lagi yang akan menjadi korbannya!"
"Wati, ya! Aku melihatnya tinggal bersama Adjie. Apakah mereka kumpul kebo atau sudah menikah kita tidak ada yang tahu!" Rama mengingat sang janda yang berada dirumah pria yang telah merusak pernikahannya itu saat akan kembali ke rumah istrinya.
"Hah! Bagaimana mungkin janda itu bisa menikah dengannya? Kalau begitu kita lakukan tindakan sekarang juga. Kerahkan warga untuk menyambangi rumahnya!" titah kepala desa yang sudah tersulut emosi.
"Tenanglah, kita jangan main hakim sendiri. Mungkin saja mereka sudah menikah, kita bisa tanyakan kepada pejabat kantor urusan agama. Buat pak Kades jangan menjadi provokator yang memperkeruh masalah karena hal pribadi!" Sofyan menyela, sebab selama ini ia mengenal Adjie seorang pria yang tidak banyak bicara.
Sesaat suasana terdengar riuh dengan pendapat mereka masing-masing. "Saya akan pergi ke Kantor Urusan Agama untuk mennayakan perihal tentang ini, dan tunggu kabar dari saya," Sofyan mencoba mengingatkan.
"Sofyan! Kamu itu tidak sopan sudah berani memerintah saya!" pak Kades merasa tersinggung akan ucapan pria yang usianya sebaya dengannya.
"Maafkan saya, Pak. Jika lancang! Tapi ini masalah serius dan jangan sampai warga membuat masalah baru, apalagi masalah ini tidak dapat dibawa ke ranah hukum, karena dalam kasusnya Cintya yang datang pada Adjie," pria itu mematahkan argumen sang kepala desa.
Meskipun merasa tersinggung, pak Kades mencoba menahan gejolak jiwanya. Ia tak ingin terlihat bodoh dimata orang-orang.
Sofyan keluar dari ruangan tersebut dan pergi menuju ke Kantor Urusan Agama yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari desa mereka.
Ia berbelok arah menuju rumah Adjie dan ingin memberitahu perihal apa yang terjadi. Setidaknya ia tak ingin melihat sahabatnya itu mati konyol diamuk warga.
"Adjie, Adjie," panggilnya dengan mengeraskan suaranya.
Seorang wanita cantik membuka pintu dan berdiri diambang dengan menatap pada Sofyan. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Rama, jika Wati tinggal seatap dengan Adjie, bahkan sebagai sahabat ia tak mengetahuinya.
"Wati, apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya dengan rasa penasaran dan inginkan kebenaran jawaban dari wanita itu.
"Eh, Kang Sofyan. Saya dengan kang Adjie baru saja menikah sore semalam. Mungkin kang Adjie lupa memberitahu," sahut Wati.dengan wajah sumringah dan malu-malu.
"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Sofyan. Sebab iya juga bingung dengan apa yang dilihatnya. "Kemana Adjie?"
"Kang Adjie masih tidur, apakah saya harus membangunkannya?" tanya Wati dengan senyum yang masih terus menghiasi bibirnya. Sepertinya ia begitu bahagia dengan pernikahannya.
"Ya, coba kamu bangunkan, saya ada perlu,"
Wati menganggukkan kepalanya, lalu kembali masuk dan membangunkan suaminya.
"Kang, Kang Adjie, ada kang Sofyan yang nunggu diluar," wanita itu mengguncang lembut pundak suaminya. Wajahnya lebam dan membengkak karena bekas bogeman dari Tarno malam tadi.
Adjie mengerjapkan kedua matanya. Lalu beranjak dari ranjangnya. Ia melangkah keluar dari kamar dan menemui Sofyan yang sedang menunggunya diluar gubuknya.
"Eh, Kang Sofyan? Ada perlu apa, Kang? Tampaknya penting sekali," sapanya ketika ia melihat satu-satunya pria yang tak pernah membullynya.
Adjie berjalan menghampiri pria tersebut dan berdiri tepat dihadapannya.
"Kenapa wajahmu?" tanya Sofyan penansaran.
"Dibogem kang Tarno malam tadi." ia mengusap pelipisnya yang masih terasa nyeri.
Sofyan menghela nafas dengan berat. "Jadi benar tuduhan mereka terhadapmu?"
"Apa salahku? Cintya sendiri yang hadir menyerahkan dirinya, lalu apa salahku?" Adjie berkilah.
"Kamu dapat ajian itu darimana?" cecar Sofyan.
"Ajian apasih, Kang!" adjie berkilah.
"Kamu jangan bohong! Aku mengenalmu, dan dahulu kamu tidak seperti ini," Sofyan terus mendesak.
"Kamu ngomong apaan, sih, Kang!" Adjie terus saja mengelak, namun ia tak berani menatap.pria tersebut, sebab hanya Sofyan satu-satunya yang ia segani.
Sofyan menggelengkan kepalanya. "Aku kecewa padamu, Djie. Seharusnya jika kamu mendapatkan ilmu seperti itu, kamu menggunakannya untuk hal yang baik, misalkan menikahi Watu, bukan merusak waiuta lain, apalagi rumah tangga orang, dosanya besar, Dji!"
Adjie merundukkan kepalanya. Ia sungguh tak berani menatap pria dihadapannya. Tetapi dendam dan ambisi serta rasa penasaran akan rasa banyak tubuh wanita membuatnya merasa tidak terkontrol.
"Kamu sebaiknya berkemas, sepertinya Rama tidak akan terima dengan perbuatanmu terhadap Cintya. Bahkan pak Kades sendiri yang akan melakukan tindakan!" setelah memberikan peringatan, Sofyan menghidupkan mesin se0eda motornya, lalu beranjak pergi tanpa menoleh ke arah pria yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri.
Adjie memandangi punggung pria tersebut hingga menghilang ditikungan jalan.
Sementara itu, Cintya yang tampak linglung memandang orang-orang yang menjenguknya dengan bingung.
"Cintya, apakah kamu benar mencintai Adjie?" tanya seseorang yang masih penasaran.
Wanita muda itu tercengang. "Adjie mana ya?" tanyanya balik.
"Adjie bujang lapuk!" sahut salah satu warga.
Cintya mengerutkan keningnya. "Oh, kang Adjie itu. Kenapa saya mencintai dia? Kan suami saya kang Rama?" jawabnya dengan bingung.
Orang-orang saling pandang dan muali bergumam satu sama lain.
"Wah, si Adji gak bener ini," ucap salah seorang warga.
Diantara kerumunan warga, ada Darmi yang mendengar ucapan mereka. Sesaat ia merasa tak suka orang-orang menjelekkan Adjie.
Baginya Adjie pria yang baik dan juga tampan.
Rama yang menyadari jika istrinya telah terkena ajian pelet Jaran Goyang yang seperti dijelaskan oleh mbah Kasim, merasakan darahnya bergemuruh.
Ia menggertakkan giginya dan mengepalkan tinjunya.
Tak berselang lama, Sofyan datang dengan membawa berkas kopian dari salinan pernikahan Adjie dan juga Wati.
Ia mencoba melindungi sahabatnya itu meskipun ua sangat kecewa, namun setidaknya ia tak ingin melihat Adjie mati konyol dengan cara dimassa.
"Ini surat salinan dari kantor urusan agama, dan benar jika Adjie sudah menikahi Wati secara resmi dan masalah Cintya itu adalah hal yang berbeda.
"Saya tidak terima! Usir Adjie dari desa ini, jangan biarkan ia tinggal disini jika nantinya akan banyak korban lainnya!" Rama mulai tak mampu mengendalikan emosinya.
Cintya yang mendengar keributan diruang tengah merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi.
Sementara itu, Adjie tak mengindahkan peringatan Sofyan, dan ia masih keukeh untuk tinggal dirumahnya.
baru x ni si Adjie garap sawah tp mlh dia yg ambruk sndri 🤣🤣
slma ini kn si Adjie sllu diam dan Nerima JK sllu di bully ,,,
tp skrg pas punya ilmu , akhirnya di pakai tuk Balas Dendam
g aji pangestu ataupun aji masaid kan? 🤭🏃♂️
🎤🎤🎤🎤
kursi pelaminan biru
dimalam pengantin
jadi saksi menghias diruang tamu
tapi bencanaaaaaaaas.... 🎼🕺🕺🕺🕺
korban uji nyali dari muji🤭