Happy Reading ....
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan like ya
****
Sebagai anggota buangan klan Shen, Erlang Shen tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama Shen di depan namanya. Oleh karena itu, dia membalik posisi namanya dan menjadikan Erlang sebagai marga. Banyak hal yang tak boleh dia lakukan, termasuk berkultivasi. namun, semua larangan itu tak dihiraukan olehnya. Dengan modal nekat, ia memulai kultivasinya. Ini adalah titik awal perjalanan sang legenda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 Kau saudaraku, Bukan Bawahanku
Boooommmmm
Detik berikutnya, chimera tersebut terpental sangat jauh. Tulang-tulang chimera itu patah, dan ia hampir tidak bisa bergerak sama sekali. Erlang Shen mendekati chimera itu dan menyembuhkan luka-lukanya.
"Maafkan aku, seharusnya aku tahu kalau tempat memiliki penjaga," ujar Erlang Shen.
"Tempat ini bukan milik siapa-siapa, jadi, semua orang berhak mengambil apapun di sini," jelas Chimera tersebut.
"Oh, iya, sebaiknya jangan terlalu baik kepada orang lain. Karena, kebaikanmu itu bisa saja menjadi bumerang untukmu suatu saat nanti," lanjut Chimera tersebut.
"Diantara semua orang yang pernah datang ke sini, hanya kau yang meminta maaf, tapi perlu kau tahu bahwa tidak semua orang mampu membedakan yang benar dan salah. Semuanya mengikuti nafsu dan keinginan mereka saja. Hanya segelintir saja yang memiliki sifat baik," jelas Chimera tersebut.
Swuuuussss
Chimera itu langsung menghilang. Setelah chimera itu pergi, Erlang Shen membuat formasi untuk menyembunyikan pohon kristal jiwa dari orang-orang serakah.
Erlang Shen duduk bersila di bawah pohon kristal jiwa. Ia mengeluarkan setumpuk kristal jiwa dan mulai menggunakan teknik kultivasi jiwa.
Kristal jiwa yang menumpuk dihadapan Erlang Shen berkurang dengan cepat. Dia sendiri tidak mengetahui jika kekuatan jiwanya sudah sangat kuat semenjak jiwa dewa perang diserap olehnya.
"Tidak ada peningkatan sama sekali." Erlang Shen beranjak dari posisinya kemudian melesat meninggalkan tempat tersebut.
"Oh, iya, apakah kakak punya uang?" tanya Lao Hu.
"Kalau kau menanyakan itu, maka jawabannya tidak ada," jawab Erlang Shen.
"Pantas saja kakak berkelana tanpa henti," ledek Lao Hu.
"Lebih baik kakak menjual sesuatu agar memiliki uang," ucap Lao Hu.
Erlang Shen mengangguk kecil. Ia melesat dengan sangat cepat. Setelah beberapa saat, ia tiba-tiba saja berhenti di gua terbengkalai.
"Kenapa kita ke sini?" tanya Lao Hu dengan malas.
"Ingin memeriksa gua ini. Siapa tahu ada barang berharga di sini," jawab Erlang Shen.
Erlang Shen memasuki gua tersebut. Awalnya, ia hanya iseng-iseng saja memeriksa gua terbengkalai itu karena bosan. Tak disangka ia menemukan sesuatu di dekat mulut gua.
"Cincin." Lao Hu yang sebelumnya protes karena Erlang Shen memasuki gua terbengkalai menjadi bersemangat.
"Kebosananku membuahkan hasil," ujar Erlang Shen.
Cincin yang terselip di sela-sela bebatuan itu terbuat dari batu giok dengan permata kecil yang membuat cincin itu semakin indah. Erlang Shen mengambil cincin tersebut dan memeriksanya. Isi dari cincin itu membuatnya melongo.
Erlang Shen menggigit ujung jarinya kemudian meneteskan darahnya di atas cincin tersebut. Setelah itu, ia memakai cincin itu dan memasuki bagian terdalam dari gua.
Di dalam gua tersebut terdapat sebuah gulungan yang memancarkan cahaya emas. Karena penasaran, Erlang Shen mengambil gulungan itu dan memeriksa isinya.
"Isinya apa, Kak?" tanya Lao Hu penasaran.
"Teknik gerbang langit dan gerbang suci," jelas Erlang Shen.
Erlang Shen membaca gulungan itu hingga habis. Setelah ia selesai membaca gulungan tersebut, tiba-tiba saja jiwanya ditarik ke suatu tempat. Di sana, ia menyaksikan seseorang yang memperagakan sebuah teknik.
Erlang Shen memperhatikan setiap gerakan dari orang itu tanpa melewatkan satupun. Setelah orang itu selesai, Erlang Shen kembali ke gua.
"Kak, kenapa diam saja?" tanya Lao Hu.
"Nggak apa-apa," jawab Erlang Shen berbohong.
Erlang Shen menyimpan gulungan itu kemudian memetik herbal yang ada di sana. Setelah itu, ia melesat meninggalkan gua tersebut.
Wuuuussssss
Tiba-tiba saja, ada sebuah serangan yang meleset dengan cepat kearahnya. Untungnya, Erlang Shen menghindar, sehingga serangan itu menghantam sebuah pohon.
"Hei kau, apakah kau melihat sampah itu?" Seorang pemuda yang memakai pakaian bangsawan bertanya kepada Erlang Shen. Pertanyaan itu jelas membuat Erlang Shen kebingungan.
"Siapa yang kau maksud?" tanya Erlang Shen.
"Tcih, jangan menipu Tuan Muda Qiu Yang. Aku tahu kalau kau menyembunyikan sampah sialan itu." Pemuda bernama Qiu Yang itu berdecak kesal.
"Serahkan dia, atau ...."
"Atau apa?" Erlang Shen memotong ucapan Qiu Yang. Ia menekan pemuda itu dengan auranya. Aura Erlang Shen menyebabkan pemuda itu jatuh tersungkur.
"Baj*ngan!" Qiu Yang mencipta siluet beruang petir. Siluet beruang petir itu melesat kearah Erlang Shen dengan cepat.
Boooommmmm
Ledakan terdengar. siluet beruang petir itu diledakkan oleh Erlang Shen dengan sangat mudah. Qiu Yang yang tak ingin kalah kembali menyerang. Kali ini, ia menyerang menggunakan 5 beruang petir.
Erlang Shen membuat segel tangan dengan sangat cepat. Detik berikutnya, seekor naga yang sangat besar menyapu kelima beruang petir itu.
Boooommmmm
Ledakan terdengar. Qiu Yang terpental akibat ledakan itu. Sebelum Qiu Yang bangun, seekor naga biru sudah menyerangnya. Serangan itu menyebabkan Qiu Yang sekarat.
Erlang Shen melemparkan bola berwarna biru ke arah pusar Qiu Yang. Tak berselang lama, ledakan teredam terdengar.
"Tuan Muda, terima kasih." Seorang pemuda berpakaian lusuh muncul dari balik ilusi.
"Siapa kau?" tanya Erlang Shen.
"Namaku Bao Qing. Sebagai ucapan terima kasihku, aku bersedia menjadi bawahanmu," ujar pemuda tersebut.
"Bao Qing, aku belum pernah mendengar tentang klan Bao," timpal Erlang Shen.
"Klanku dihancurkan 10 tahun yang lalu. Aku berhasil selamat, karena ibuku menyembunyikanku. Sayangnya, tetua klan Aku menemukanku. Kemudian, aku dibawa ke klan Qiu sebagai budak," jelas Bao Qing.
"Tuan, jika berkenan, aku ingin mengikutimu," lanjut Bao Qing.
Erlang Shen mengeluarkan sebuah cincin ruang. Cincin ruang itu diisi dengan pil dan kristal energi, serta koin emas. Setelah itu, Erlang Shen memberikan cincin tersebut kepada Bao Qing.
"Aku tidak bisa mempercayai siapapun, jadi, untuk berjaga-jaga, aku akan memasang segel jiwa padamu," ujar Erlang Shen.
"Tidak apa-apa, Tuan," jawab pemuda.
Seberkas sinar kebiruan memasuki tubuh Bao Qing. Sinar biru itu menyatu dengan jiwa Bao Qing dan membentuk segel kecil.
"Gunakan pil dan kristal yang ada di cincin itu untuk meningkatkan kultivasimu. Di dalam cincin ruang itu juga ada koin emas yang bisa kau gunakan," ucap Erlang Shen.
"Oh, iya, satu lagi! Jangan pernah berpikir untuk berkhianat. Meskipun kau berada di tempat yang jauh sekalipun, segel yang ada di dalam jiwamu itu akan bereaksi. Jika kau berkhianat, maka jiwamu akan hancur," jelas Erlang Shen.
"Terima kasih, Tuan! Bawahan mengerti," ucap Bao Qing.
"Bao Qing, mulai sekarang, kau bukan bawahanku, tapi saudaraku. Ingat, kau saudaraku, bukan bawahanku. Jika kau butuh bantuan, pecahkan giok ini," ucap Erlang Shen. Ia juga memberikan giok kecil kepada Bao Qing.
"Kebaikan Tuan Muda akan selalu kuingat," ucap Bao Qing.
Bao Qing memberi hendak memberi hormat, tapi energi biru mencegahnya. Bao Qing mencobanya berkali-kali, tapi energi biru itu selalu menahannya.
"Jangan memberi hormat berlebihan kepada orang lain, selain kedua orang tuamu," jelas Erlang Shen.
"Terima kasih, Tuan Muda. Kalau begitu, aku pamit dulu," ucap Bao Qing.
Bao Qing melesat meninggalkan Erlang Shen. Setelah Bao Qing pergi, Erlang Shen juga melanjutkan perjalanannya.