Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Undangan Reuni
Arneta merasa sedikit canggung saat dirinya sudah berpindah tidur ke kamar El. Niatnya yang ingin melanjutkan istirahat pasca kepergian Nyonya Rossa dari rumahnya pun berujung terus terjaga. Bukan hanya canggung, Arneta juga takut bila El akan mencaci makinya setelah pria itu kembali masuk ke dalam kamar. Arneta takut bila El menuduh dirinya yang menghasut Nyonya Rossa supaya mereka bisa tidur di kamar yang sama.
"Kenapa belum tidur juga? Katanya tadi masih pusing." Di luar dugaan, saat El masuk kembali ke dalam kamar, pria itu mempertanyakan hal berbeda. El bahkan masih bersikap baik kepada dirinya.
"Eng... ya. Ini mau tidur." Arneta dilanda gugup melihat tatapan mata El kepada dirinya. Kenapa juga tatapan pria itu nampak teduh. Tidak tajam seperti biasanya.
El tidak lagi bersuara. Tujuannya masuk ke dalam kamar hanya untuk memastikan Arneta sudah kembali tidur dan mengambil laptop untuk melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda di kantor.
Arneta menghembuskan napas lega saat El sudah keluar dari dalam kamar. Sikap El yang mudah berubah pun membuatnya jadi bertanya-tanya. "Kenapa dia bisa berubah baik bahkan perhatian kepadaku? Padahal Papa dan Mama gak ada di sini."
Perubahan sikap El tidak hanya sampai di situ saja. Pria itu tetap bersikap baik pada Arneta hingga dua hari ke depan di saat Arneta sudah merasa mulai pulih dan siap untuk beraktivitas kembali.
"Apa kau yakin akan bekerja?" El memastikan. Dia tidak ingin disalahkan jika penyakit Arneta kembali bangkit saat sudah berada di tempat kerja nanti.
Arneta menganggukkan kepala dengan gerakan pelan. Dia masih merasa canggung berada di kamar yang sama dengan El. Bahkan, dua hari belakangan ini dia dan El sudah tidur di ranjang yang sama. Entah kenapa pria itu mau tidur di ranjang yang sama dengannya. Apa pria itu tidak jijik seperti perkataannya tempo hari?
"Kalau begitu turunlah. Bibi udah masakin bubur buat kamu." Titah El. Seperti yang ia katakan tempo hari, dia akan menyewa pembantu untuk membantu mengurus pekerjaan rumah. Rencananya pembantu itu hanya akan datang dua kali seminggu untuk membersihkan rumah. Namun, karena Arneta sakit sejak beberapa hari yang lalu, membuat El mempekerjakannya setiap hari bahkan memberikan tempat tinggal di rumahnya.
Arneta lagi-lagi terkesiap dengan sikap El. Namun, dia enggan untuk bertanya kenapa sikap El bisa berubah begitu kepadanya. Arneta pun berusaha acuh saja. Dia melakukan yang El perintahkan agar bisa lekas berangkat ke kantor. Dia sudah tidak sabar memulai pekerjaannya sebagai sekretaris kembali.
Arneta pikir, El akan ikut sarapan dengan dirinya. Ternyata justru sebaliknya. El tidak ikut sarapan dan justru berpamitan untuk berangkat lebih dulu ke kantor. Entah kenapa El berangkat buru-buru pagi itu. Mungkin saja ada pekerjaan penting yang harus segera El kerjakan sehingga El berangkat lebih cepat.
"Papa senang karena kamu udah sehat lagi, Arneta." Tuan Keenan nampak tersenyum menatap kehadiran Arneta di meja kerjanya pagi itu. Tak lama berselang sejak Arneta duduk di kursi kerjanya, Tuan Keenan nampak datang dan langsung menghampirinya.
Arneta ikut mengulas senyum. "Maaf udah banyak ninggalin pekerjaan, Pah." Dia masih saja sungkan. Walau pun sebenarnya Tuan Keenan juga tidak akan mempermasalahkannya.
"Untuk masalah pekerjaan, kamu gak usah pikirin. Ada orang lain yang bisa menyelesaikan. Pokoknya kamu fokus pada kesembuhan kamu aja."
Lagi, Arneta merasa bersyukur bisa memiliki mertua seperti Tuan Keenan yang bisa dibilang spek sempurna. Tak lama berbasa-basi, Tuan Keenan sudah berlalu ke dalam ruangan kerjanya. Meninggalkan Arneta yang masih tersenyum mengingat kebaikan Tuan Keenan.
"Di atas sana, Ibu pasti bahagia banget karena melihat aku bisa mendapatkan mertua yang sangat baik dan sayang kepadaku." Gumam Arneta. Jika saja dulu ibunya sempat menginginkan dirinya untuk mendapatkan mertua yang kaya raya. Namun, menjelang ajal menjemput ibunya, beliau hanya menginginkan Arneta bisa mendapatkan mertua yang bisa bersikap baik dan menyayangi Arneta setulus hati.
Pukul sebelas siang, El masih berkutat di depan komputer. Pandangannya tak lepas pada layar komputer seakan pekerjaannya saat ini menuntutnya agar tetap fokus. Hingga beberapa saat berselang, El mendapatkan panggilan telefon dari sekretarisnya.
"Ada apa, Saskia?" Tanya El saat panggilan baru saja terhubung.
"Di bawah ada Nona Cahya yang datang ingin menemui anda, Tuan." Beri tahu Saskia. Biasanya Cahya langsung mendapatkan akses untuk bisa langsung menemui El. Namun, kali ini tidak karena El sangat sibuk dan sama sekali tidak ingin diganggu.
El menghembuskan napas bebas di udara. Dia sangat sibuk dan masih tidak ingin diganggu oleh siapa pun termasuk Cahya. "Lima belas menit lagi baru persilahkan dia masuk ke ruangan saya!"
Saskian mengangguk paham walau pun El tidak akan dapat melihatnya. Usai panggilan telefon terputus, dia langsung memberitahu resepsionis untuk memberitahu Cahya tentang jawaban El.
"Tumben banget sih El suruh aku nunggu kayak gini!" Cahya memberengut. Dia paling tidak suka diminta untuk menunggu. Apa lagi oleh El. Cahya jadi merasa jika dirinya tidak berharga oleh El. Cahya juga malu karena disuruh menunggu di lobby dan pastinya keberadaannya di sana menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Sudahlah, aku tunggu saja!" Cahya memilih tidak ambil pusing. Dia memiliki tujuan yang penting menemui El. Dia harus menemui El dan menurunkan gengsi.
Tepat lima belas menit menunggu, Cahya gegas menuju ruangan kerja El. Saskia yang masih duduk di kursi kerjanya pun langsung mempersilahkan Cahya untuk masuk ke dalam ruangan kerja El.
"Kamu kelihatan sibuk banget, El." Senyuman di wajah Cahya nampak manis sekali saat baru saja masuk ke dalam ruangan kerja El.
El mengangkat wajah yang awalnya tertunduk. Menatap Cahya dengan senyum seperti yang wanita itu lakukan. Kini, Cahya sudah berada tepat di depan El dan langsung duduk tanpa ditunggu dipersilahkan oleh El.
"Ada apa kamu datang ke sini?" Tanya El tanpa basa-basi. Dia ingin tahu langsung tujuan Cahya menemuinya.
"Kamu gak ada manis-manisnya banget sih El." Cahya masih saja tersenyum kemudian mengeluarkan sebuah undangan dari dalam tas yang ia bawa. "Ini, aku mau memberikan undangan acara reuni angkatan kita. Aku harap kamu dan Arneta bisa datang ke acara reuni angkatan kita." Cahya menggeser undangan bewarna gold itu mendekat pada El.
El gegas mengambilnya dan melihat covernya. "Arneta juga diundang?" Dia nampak kaget. El pikir Cahya tidak akan memberikan undangan untuk Arneta.
"Ya, tentu aja diundang El. Kamu ini gimana sih. Arneta itu kan teman angkatan kita juga. Sudah pasti akan aku undangan dong." Balas Cahya dengan tersenyum.
El terdiam. Menatap undangan itu kemudian berpikir apakah akan membawa Arneta pergi bersamanya ke acara reuni atau tidak.
"Kalau kamu malu bawa Arneta bareng sama kamu, kamu bisa minta dia datang pakai taxi online kok." Seakan tahu isi pemikiran El, Cahya memberikan opsi.
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga