NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6. CTMDKK

Oeekk oekkkk…

“Maaasss!” panggilku lagi.

Ku dengar suara Langkah kaki yang mendekat.

“Apa lagi sih? Kamu itu manja sekali sih?” Ku dengar suara mas Ridwan di sini.

“Mass… tolong … sakit banget .. “

“Lagi apa-apaan sih? Ribet banget jadi orang” Ucapnya mengomel lalu membopongku ke atas ranjang lagi.

“Sakitttt…” Rintih ku.

“Salah sendiri loh. Nih minum nih.” DIa menyodorkan segelas air untuk ku minum.

“Ibu mana mas…” tanya ku dengan merintih.

“Udah pulang.” Jawab nya sarkas.

“Hah? Kapan mas? kenapa aku nggak di bangunin?”

“Tadi malem, udah lah. Buatin aku sarapan sekarang. lapar nih.”

“Malem? Mas kok bisa sih? Memang nya ada apa? Kamu nggak usir mereka kan mas?”

“Enak saja! Berani sekali yak amu tuduh-tuduh suami sendiri.” Jawab nya.

“Terus kenapa mas? Mereka kan mau nginep di sini. Kenapa tiba—tiba sudah pulang. Gimana ceritanya itu?”

Dia menghela nafas, “Pak le kamu kecelakaan katanya.” Lanjutnya menjelaskan.

“Apa? Di dimana?”

“Ya di kampung nya lah. Dia koma di rumah sakit.”

Aku membungkam mulutku dengan kedua telapak tanganku.

“Nah, kalau nggak percaya kamu coba saja telpon adikmu. Mana telpon kamu. Sembarangan ya, kamu tuduh-tuduh”

Aku memang belum memegang ponsel dari semalam. Aku tunjuk ponselku yang di letakan di meja samping ranjang ini. lalu suamiku meraihnya dan membuka ponselku itu. dia memperlihatkan ada ribuan chat serta telpon yang masuk dari keluarga ku pagi ini. Aku memegang nya, dan benar saja apa yang dikatakan oleh suamiku itu.

Mas Ridwan yang tadinya ada di depan ku, dia berbalik lalu berjalan mengambil handuk.

“Mau mandi mas?” tanya ku sembari menunggu telpon diangkat.

“Hmm, setelah ku mandi harus ada sarapan titik.”

“Eh oh ya mas, mass.. aku kan nggak bisa jalan mas. masih sakit.. mass.. kamu bisa beli rames aja di warung bu Titi?”

“Beli? Banyak bahan makanan loh di dapur. Ngapain beli? Ngabisin—abisin duit mulu kamu. Manja banget sih.”

“Mas, kan cuma sampai aku pulih aja. Kamu kan seharunya ngerti mas. Udah di jelasin dokter kan berulang kali?”

“Halah.. kata mama tergantung orangnya aja kalau dasarnya males ya males. Pakai alasan segala.”

“Mas, kok kamu gitu sih? Ya Allah.. mas, kan ..”

“Halah, udah lah! Mending makan di kantor aja.” Ucap Suamiku yang terlihat kesal lalu dia masuk ke dalam kamar mandi.

“Astaghfirullah Mas.. harus bagaimana aku menjelaskan ke kamu,”

Dia tetap tak peduli dan menutup pintu zeng kamar mandi itu dengan keras. Aku hanya bisa mengelus dada melihat perilaku nya yang makin lama semakin berubah.

Bayi ku menangis karena suara gebrakan pintu itu. Aku membopong nya dan melihat lagi ponselku, ku terkejut karena telpon ku sudah diangkat oleh adikku. Itu artinya, dia mendengarkan pembicaraan ku dan mas Ridwan tadi.

Ssshhhuuttt… Cup cup sayang” ku menepuk pelan anakku lalu setelah anakku menyus*i, aku mengambil ponselku dan menekan nomer Salma.

“Emm, Salma? Halo?”

Tutttt… suara telpon dimatikan.

“loh kok di matiin sih? Semoga saja kalau dia dengar semua nggak bilang ke Ibu.”

Ku ketik pesan untuk nya sekalian saja menanyakan hal ingin ku tanyakan dari tadi, beberapa saat kemudian dia pun membalasnya.

“Salma, mba kaget tadi pagi bangun udah nggak ada kalian. Apa bener Pak le koma? Kalau iya bagaimana sekarang? apa ada kemajuan?”

“Iya mba, Ibu sama bapak nggak mau ganggu mba yang udah tidur pulas jadi kami Cuma tunggu mas Ridwan pulang baru kamu langsung ke rumah sakit. Sekarang pak le ya masih keadaannya mba.”

“Ya Allah, kenapa pak le bisa begitu?”

“Ceritanya panjang mba. Intinya ini masalah pak le dengan suami barunya Buk lek”

“Ya ampun.. terus di situ nggak ada bu lek kah?”

“Nggak ada mba. Mba istirahat saja mba, lain kali salma ke situ nengokin mba.”

“Iya ya sudah, kabari mba terus ya keadaan pak le.”

“Iya mba, ya sudah ku tutup ya mba. Jangan lupa makan mba, kemarin Ibu sempat bawa lauk sama nasi kok di taruh dalam kulkas. Tinggal suruh mas Ridwan Panasin aja.”

“Benarkah? Salam ya sama Ibu bapak, maaf mba engga bisa bantu di sana.”

“Santai saja mba,”

Setelah itu, ku letakan lagi ponselku di meja samping ranjang ku dan lanjut menepuk-nepuk anakku.

“Mas…” Panggilku lagi namun tak ada jawaban mungkin saja di dalam dia tidak mendengarnya.

Pintu kamar mandi terbuka, Aku pun langsung memanggilnya.

“Mas, kamu sudah keluar?” Tanya ku dengan lembut.

“Ada apa?”

“Mas, tadi aku telpon Salma. Kata dia Ibu sudah masakin tadi malam. Bisa tolong panaskan dan ambilkan aku makanan nya mas?” ku meminta tolong dengan setulus hati.

“Enak saja. Itu kan tugas kamu! Sudahlah, aku sarapan saja di kantor. Kamu makan saja apa adanya.” Ucap nya lalu mengeluarkan 3 lauk dan nasi yang dingin dari lemari pendingin.

“Mas, kan cuma sebentar mas.”

“Ini nih, ambil sendiri. Jangan manja!” Ucap nya meninggi dengan meletakan nasi yang dingin dengan mi goreng yang dingin.

“Astaghfirullah mas..” Ku elus dadaku tak kuasa mendengar dia seperti itu.

Dengan muka masam, dia bergegas memakai kemeja dan celana panjang nya. Setelah itu, dia pun mengambil ponsel berserta tas ranselnya.

“Ku pergi sekarang,” Ucapnya lalu pergi.

“Mas, salim dulu. Kamu nggak pamitan sama Anak kamu yang belum di beri nama?”

“Nggak usah, udah telat.”

Dia lari keluar dari rumah. Sekarang di rumah hanya tinggal aku dan anakku saja. Sekarang, aku bingung kalau harus ke toilet atau mengambil minum di dapur. Ku harus bagaimana sekarang? Mas Ridwan mungkin sudah di tegur oleh atasannya karena beberapa hari kemarin selalu di rumah sakit. Ku maklumi itu.

Kruuuukkk.. (Suara perut yang berdemo)

“Lebih baik ku makan dulu saja.”

Aku ambil nasi yang dingin dengan piring kosong yang ada di bawah nasi itu lalu ku ambil juga mi goreng yang dingin juga untukku sarapan.

Sedang ku sarapan, tiba-tiba saja mama mertua ku memanggilku dan langsung masuk ke dalam rumah ku.

“Hey Yeni!”

“Ada apa ma?”

Dia mendekatiku. “Aduhh duh duh, Suami lantang lutung cari sarapan. Anakku malah makan dewek kaya gini. Istri macam apa sih kamu.”

“Maa, Yeni kan masih belum bisa jalan ma ke dapur, ke toilet aja Yeni harus di gendong.”

“Halah alesan saja kamu. Dulu mama melahirkan nggak lebay kaya kamu begini. Ingat! Seorang istri harus mengedepankan suami dalam keadaan apapun. Kamu ini telantarkan suami, durhaka tau nggak! Maka nya sekolah yang tinggi biar tau.”

“Ma, tapi..”

“Berani jawab kamu ya!”

Ku lebih baik diam, daripada dia melanjutkan ocehannya.

“Urus suami kamu! Minta-minta sarapan ke rumah mama. Dia aja sama sekali nggak kasih uang! Uang dia habis buat kamu! Seharusnya kamu tau diri juga ya! Hhhh kesal sekali pagi-pagi.” Celotehnya.

Aku diam saja sampai dia keluar dari kamar ku, baru lah ku lanjut memakan sarapan ku.

Ku dengar dari arah dapur seperti bunyi kresek yang di gesekan dan beberapa kali suara gedebug benda jatuh. Aku penasaran apa yang sedang dia lakukan itu. Namun sayangnya aku tak bisa melihatnya karena cukup jauh dari tempat tidur ku.

Bersambung…

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!