Arabelle : My Perfect Wife

Setelah drama tidak terduga sebelum rapat tadi, akhirnya Bella kembali ke mode serius. Semua orang langsung tersadar dan segera memulai rapat. Seperti biasa, Bella hanya diam memperhatikan. Para anggota rapat sendiri sudah seperti menggigil.

Diam Bella sendiri sudah seperti alarm kedamaian. Karena sekali Bella bicara, itu sudah seperti pertanda buruk bagi mereka. Semua orang tahu jika Bella punya kebiasaan diam setiap rapat berlangsung, tapi jika dia sudah bicara! Itu artinya ada kesalahan atau kekeliruan dalam penyampaian mereka.

Sofia yang biasa melihat Bella sebagai wanita yang lembut dan manis, kini melihat Bella menjadi orang yang berbeda.

Wajah datar, dingin dan tegas! Dia sempat takut saat melihat Bella, ternyata selama ini Bella tidak benar-benar menunjukkan sosok aslinya! Bahkan Mike saja dibuat tidak bekutik.

Sekarang dia mengerti darimana datanganya sikap para antek-antek Bella. Wajar saja, bagaimanapun statusnya sebagai CEO tidak bisa dibantah! Dan juga, musuh bisa menjadi siapa saja bukan? Setidaknya bersikap dingin seperti ini cukup memberi peringatan agar tidak sembarangan memprovokasi seseorang!

Semua orang bernafas lega setelah rapat berakhir. Bella lebih dulu keluar diikuti yang lain. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Bella memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, dia memesan taxi sesekali.

“Taman dekat Mall Luxy.” ucap Bella pada sopir taxi.

“Baik, Miss.”

Selama diperjalan, Bella duduk sambil memainkan ponselnya karena ada pesan masuk dari Alex. Namun sedetik kemudian dia terkejut ketika taxi yang ditumpanginya sedikit oleng.

“Ada apa, Sir?”

“Sorry, Miss. Sepertinya ada balap liar.” Bella mengangguk. Sebenarnya dia kesal dengan orang-orang yang melakukan balap liar ini. Bagaimana jika ada korban? Dia sendiri saja hampir menjadi korban!

“Hati-hati, Sir.”

Bella kini fokus melihat keluar. Dia bisa melihat banyak mobil yang tampak ugal-ugalan. Dia yakin jika itu salah satu anggota balap liar.

Hingga supir taxi itu dikejutkan dengan suara Bella yang tiba-tiba menjerit histeris. Mobil direm mendadak. Begitu mobil berhenti, Bella langsung berlari keluar setelah membayar biaya taxi.

“Apa anda baik-baik saja!” Bella panik saat melihat banyak darah keluar dari balik Dress milik ibu hamil yang terserempet oleh salah-satu pembalap liar. Dia mengutuk orang itu dalam hati!

“Sa ... sa ... kit ... sekali.” Wanita itu menggenggam erat tangan Bella. Bella mengutuk dirinya sendiri! Kenapa dia tidak meminta taxi yang tadi untuk menunggu! Dengan begitu dia bisa langsung membawanya ke rumah sakit.

Dia benci karena tidak ada satupun taxi yang lewat. “Bertahanlah, Mrs.” Akhh ****! Ponselnya mati. Dia baru akan menghubungi Ken untuk segera datang!

Bella berusaha menenangkan wanita hamil ini. Bella memincingkan mata saat melihat sebuah mobil menghampiri mereka. Seorang remaja laki-laki yang diperkirakan masih seorang junior high school atau remaja SMA turun dengan cepat dan membantu memapah wanita hamil itu kedalam mobilnya.

“Hati-hati!” Bella memperingati saat remaja ini membawa mobilnya sangat cepat.

“I know. Kita harus cepat!”

Sekitar tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di RS terdekat. Dengan cekatan remaja itu mengendong wanita hamil itu. Bella melongo melihat kekuatannya, tapi itu tidak penting! Mereka berdua mengikuti setelah meletakkan wanita itu di brankar yang menuju ICU.

Bella duduk di kursi tunggu depan ruangan dengan nafas tersegal. Baju nya penuh dengan darah, begitupun dengan anak remaja ini. “Duduklah!” Remaja itu hanya menurut dan duduk di samping Bella.

“Pakailah.” Remaja itu menyodorkan jaket nya pada Bella. Bella mengerjit bingung.

“Baju kakak penuh darah, apalagi itu putih.” Menunjuk Dress Bella.

“Thanks.” Bella menerimanya. Sebenarnya sejak tadi Bella merasa akrab dengan wajahnya. Sangat mirip dengan seseorang.

“Siapa namamu?”

“Samuel.”

“Bella.” Samuel menatap Bella intens, entah kenapa dia merasa jika Bella sangat mirip dengan Ibunya.

Bella yang sejak tadi diam, mulai mengeluarkan tanduknya. Gara-gara panik! Dia jadi melupakan sesuatu. Bella menoleh ke arah Sam dengan tatapan tajamnya. Sam yang ditatap tajam pun menjadi salah tingkah Dia jadi teringat ibunya yang memiliki tatapan sama seperti wanita ini.

“Kau ...” Bella mengarahkan telunjuknya ke wajah Sam. Sontak Sam langsung memundurkan wajahnya.

“A ... apa?” Sam gugup.

“Apa kau salah satu dari pembalap itu,” ucap Bella tajam. Glek, Sam menelan salivanya kasar. Tatapan matanya mampu melubangi kepala orang dan sialnya dia memang salah satu dari mereka. Tanpa sadar Sam mengangguk pelan.

“JANGAN BILANG KAU ...!” ucapan Bella terpotong saat Ken dengan cepat menyela.

“Bukannn! Bukan aku ...” Ken tahu jika Bella mengira dialah yang menyerempet wanita hamil tadi.

“Siapa yang tahu!” Bella mengangkat sebelah alisnya.

“Sungguh! Bukan aku, Kak.” Sam memelas. Dia tidak mengerti, kenapa dia begitu takut pada wanita ini! Ada apa denganku? Padahal aku tidak pernah takut pada wanita kecuali ibuku.

Bella memincing. “Jangan lakukan lagi!”

“Ya?”

“Jika kau butuh uang, aku bisa membantumu. Tapi berhenti melakukan balap liar!” Sam tercengang. Dia sendiri punya banyak uang! Tapi kenapa dia meminta berhenti?

“Ke .. kenapa?” cicit Sam pelan.

“KENAPA! Aku juga tidak tahu kenapa aku peduli. Jadi lakukan saja!” ucap Bella geram. Sam berbinar. Entah kenapa dia sangat menyukai perhatian Bella.

“Aku bukan bagian dari mereka, Kak. Mereka menantangku tadi,” jelas Sam.

“Jangan lakukan lagi,” ujar Bella pelan sambil memalingkan wajahnya. Dia jadi teringat ibunya saat melihat Sam.

“Baik. Aku janji!” ucap Sam semangat.

“Kau yang bodoh atau aku yang bodoh!” Kenapa dia begitu peduli pada laki-laki ini?

“Tidak ada yang bodoh, Kak. Ini namanya takdir!”

“Takdir?” Bella mengerutkan kening.

Sam mengangguk. “Kita ditakdirkan bertemu dan menjadi saudara.”

“Aku sudah menganggapmu sebagai Kakakku dan Kakak akan menganggapku sebagai adik!” ucap Sam tersenyum bangga.

What the ... Bella dibuat tercengang. Saudara? Gila ya! Mereka bahkan baru bertemu!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...