"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Dilema
..."With you around, my passenger seat will never be empty again." ~ Elvan...
Elvan tidak menjawab pertanyaan Jessie, dia justru masuk ke dalam rumah dan langsung menutup pintu tanpa menghiraukan Jessie yang masih berada diluar.
"Elvan! Elvan buka pintunya!" teriak Jessie sambil menggedor-gedor pintu.
"Sampai kapan dia akan seperti itu? Tidak bisakah kamu berbicara dengannya dan menyuruhnya pergi secara baik-baik?" tanya nenek dari balik pintu kamar.
Elvan hanya mengangkat kedua bahunya, lalu berbaring di atas sofa.
"Nenek kira dia itu calon istrimu," ujar Nenek sambil duduk di sofa lalu menunjuk ke arah pintu.
"Dia bukan siapa-siapa," jawab Elvan sambil mengutak-atik ponselnya.
"Tapi sepertinya dia menyukaimu, apa kamu tidak menyukainya? Dia itu cantik, sepertinya anak orang kaya," ujar nenek.
"Entahlah, tapi aku tidak menyukainya," jawab Elvan acuh.
Hening, keduanya diam untuk beberapa saat, suara teriakan Jessie juga sudah tidak terdengar, seperti nya Jessie sudah meninggalkan rumah mereka.
"Nenek akan mencarikan calon istri buat kamu, kalau dalam waktu satu minggu kamu belum memperkenalkan calon istrimu pada nenek, maka kamu harus setuju dengan pilihan nenek."
"Nek..." Elvan hendak protes.
"Tidak ada penawaran dan penolakan, keputusan nenek sudah mutlak!" ucap nenek tegas, lalu beranjak meninggalkan Elvan.
Elvan menyugar rambutnya, lalu beranjak ke dalam kamar. Elvan berbaring di tempat tidur, memikirkan saat-saat bersama Celia. Akhir-akhir ini Celia memang selalu memenuhi pikirannya. Elvan mengeluarkan ponselnya dan menemukan nomor Celia.
Elvan berpikir sejenak dan menulis pesan.
[Celia, saya Elvan]
Setelah mengirim pesan, Elvan meletakkan ponsel di samping bantalnya. Setelah beberapa saat, ponsel bergetar. Elvan berbalik dan mengambil ponselnya. Ada notifikasi menunjukkan - Pesan yang belum dibaca.
Elvan mengkliknya dan hanya ada satu kata.
[Okay ]
Elvan menatap ponselnya dan membayangkan nada suara yang keluar dari mulut Celia. Suaranya pasti terdengar sangat lembut.
Elvan terus tersenyum, dia tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya. Rasanya aneh, dan ini adalah pertama kalinya dia mengalami pengalaman seperti ini.
*******
Setelah makan malam, Celia membantu Bu Widya membereskan dapur sambil ngobrol santai.
"Nak Celia bisa masak?" Bu Widya bertanya sambil membereskan makanan yang ada di meja makan.
Celia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Loh terus kalau dirumah gimana, siapa yang masak?" Bu Widya bertanya lagi.
"Nggak ada yang masak Bu, biasanya temen yang nganter makanan, kadang juga beli," jawab Celia.
Bu Widya mengangguk paham, sebenarnya masih banyak yang ingin ia tanyakan, tapi dia tidak ingin terlalu kepo dengan kehidupan Celia. Takutnya Celia malah jadi tidak nyaman, dan pergi dari rumahnya.
Celia membantu mengelap meja, sementara Bu Widya mencuci piring. Saat Celia hendak meletakkan kain lap diatas meja, tiba-tiba ponsel Celia berdering, Celia melihat layar ponselnya.
...Lily Cayla Yesi, 26tahun....
...Sahabat sekaligus manager Celia....
"Lily?" Celia bergumam dan mengabaikan panggilannya.
"Loh kok nggak diangkat? Angkat aja, barangkali penting, nanti mejanya biar ibu yang beresin," ucap Bu Widya sambil mencuci tangannya, dan mengambil alih kain lap dari tangan Celia.
Celia mengangguk, lalu pamit dan masuk kedalam kamar, ia langsung menghubungi nomor yang barusan menelponnya.
"Iya Ly, ada apa? Aku kan udah bilang, aku nggak mau di ganggu dulu selama dua bulan ini," ucap Celia saat sambungan telepon sudah terhubung.
Lily adalah sahabat sekaligus manager Celia, yang mengatur semua job dan kesibukan Celia dalam dunia model.
"Celia, dua bulan itu terlalu lama, tolong ya bersikap profesional, jangan nyusahin aku terus, aku disini udah kelimpungan," protes Lily.
"Bisa nggak sih Ly, kasih kesempatan aku buat bernafas, lagian enggak lama kok, cuma dua bulan," ucap Celia.
"Aku juga nggak mau ganggu kamu, aku udah bilang sama mereka, kalau kamu off selama dua bulan, tapi mereka kekeuh. Mereka bilang kerjasama ini harus segera di mulai, nggak bisa di tunda," ujar Lily.
"Ayolah Cel, ini kan juga buat karir kamu," Lily mencoba membujuk Celia.
"Please Ly, kasih aku waktu buat liburan, sebulan aja deh, nggak jadi dua bulan," tutur Celia. Celia mencoba bernegosiasi dengan Lily.
"Nggak bisa Cel, ini udah kesepakatan, jangan ngeyel kalau di kasih tau. Oh iya, Minggu depan aku jemput kamu, seminggu cukup kan buat bersenang-senang, see you next week," ucap Lily sambil memutuskan sambungan teleponnya.
Celia menghela nafasnya, sebenarnya dia sudah sangat lelah dengan pekerjaannya, tapi dia tidak mungkin mengecewakan sahabatnya. Kalau bukan karena kerja keras Lily, dia juga tidak mungkin ada di posisi seperti sekarang ini.
Celia merebahkan tubuhnya di ranjang, pikirannya benar-benar kalut, ia benar-benar dilema. Celia tidak bisa egois, karena Lily bergantung padanya. Kalau Celia sih tidak masalah, karena secara finansial dia tidak kekurangan. Dia masih punya kakek yang selalu mencukupi kebutuhannya. Awalnya Celia terjun didunia modelling hanyalah iseng, tapi sekarang justru menjadi profesinya.
Celia kembali melirik ponselnya, ada bunyi notifikasi dari aplikasi pesan, dia mengecek dan membuka pesannya, ada pesan masuk dari Elvan.
[Aku tunggu kamu di depan]
Celia membalas pesan dari Elvan,
[Ngapain di depan? Dan mau apa malam-malam kesini?]
Tidak ada balasan dari Elvan.
Celia mengganti pakaiannya, lalu menyambar jaket dan tas nya, lalu keluar menghampiri Elvan.
Begitu sampai didepan Elvan, tangan Celia langsung ditarik paksa oleh Elvan.
"Masuk!" perintah Elvan sambil membuka pintu mobilnya.
"Mau kemana sih?" tanya Celia dengan nada kesal.
Setelah Celia masuk, Elvan langsung duduk di kursi kemudi dan mengunci pintu mobilnya, takut Celia kabur, lalu melajukan mobilnya tanpa menghiraukan pertanyaan Celia.
Elvan hanya fokus dengan kemudinya, sesekali melirik ke arah Celia. Celia juga tidak berkata apapun, dia fokus menikmati udara malam di sepanjang perjalanan.
Sekitar pukul sepuluh mereka tiba di sebuah club yang cukup terkenal di pulau dewata.
"Mau minum apa?" tanya Elvan sambil menoleh ke arah Celia.
"Apa aja," jawab Celia sambil melepas jaketnya.
Elvan langsung memanggil pelayan dan memesan dua gelas lemonade.
Celia mengeluarkan sepasang anting dari dalam tas dan memakainya, lalu mengoleskan lipstik di bibirnya.
"Bagaimana?" Celia menoleh ke arah Elvan.
"Cantik." Elvan menatap lekat wajah Celia.
"Siapa yang cantik?" Celia memiringkan kepalanya ke arah Elvan dan tersenyum.
"Kamu." jawab Elvan santai.
Elvan mengambil sebungkus rokok dari dalam sakunya, mengambil satu batang rokok, menyalakan dan menghisap rokoknya nya.
"Beri aku satu," ucap Celia sambil mengulurkan tangannya.
Elvan tertegun, melirik tangannya, dan menatap Celia.
"Kamu mau rokok?"
Celia mengangguk.
"Kamu merokok?" Elvan masih tidak percaya jika Celia menginginkan rokok.
Celia tidak menjawab, dia langsung mengambil alih rokok dari tangan Elvan, dan menghisapnya.
Elvan menatap Celia tanpa berkata apa-apa.
"Kenapa liatin aku terus?"
Elvan menunjuk rokok ditangan Celia. Celia mendekatkan rokoknya di bibir Elvan, Elvan menghisap rokok pada bekas lipstik milik Celia. Celia tersenyum sambil menyeruput lemonade-nya.
Elvan melihat ke sekeliling, club nampak tidak begitu rame. Dia melepas jaketnya, lalu berjalan menuju lantai dansa.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”