Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Blood
Untungnya pria yang dibawah dengan cepat menghindar, sehingga tidak mengenainya, ia bahkan tau siapa yang membuat lampunya jatuh.
"Aishh.. Begini cara main mu?" Umpat pria tersebut setelah selamat dari lampu jatuh.
DUB
Lampu seketika padam, anak buah nya yang lain pun kebingungan, memutuskan kembali ke lantai bawah.
Tiba-tiba Leon sudah berada dibawah dan menembaki kaki para anak buah nya.
Shuung..
Sampai pada lampu menyala, dan terlihatlah Leon yang memegang pistol.
DUB
"Karena ini, aku tidak ingin melihat wajah kalian" ujar Leon mengejek.
"Urusan kita belum selesai" ujar Kelvin pemimpin anak buah yang lain dan memberikan kode anak buahnya untuk mengambil pistol dari tangannya Leon.
"Bilang pada bosmu, aku tidak akan berbisnis lagi dengannya, dia sangat kotor, dasar preman" ledek Leon.
"Kotor??. Kurasa bukan itu yang harus Anda khawatir kan sekarang, tidak bersama bodyguard anda sama saja menggali kuburan sendiri" balas Kelvin tersebut.
"Bodyguard hanya bahan suruhan, aku tidak perlu dilindungi oleh siapapun" terang Leon sambil smirk.
Kesal Kelvin bahkan menggertakkan giginya, ia tahu betul jika ia melangkah dan bersikap ceroboh dia pasti akan mati ditangan pria didepannya ini.
"Kita lihat sampai mana bertahan, cari sekeliling!" Perintah Kelvin pada anak buahnya yang langsung menyebar untuk memeriksa villa secara menyeluruh.
Pada akhirnya kaki polosnya menuruni tangga dengan ujung pistol mendekat ke arah kepalanya. Dengan tangan gemetar Hana menuruni tangga.
Leon menghela nafas beratnya, inilah yang ia tidak suka, pria ini selalu bawa orang tidak bersalah ikut campur.
"Kurasa dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang terjadi" tutur Leon yang menegaskan nampak raut wajahnya yang menahan kekesalan.
"Aku menemukan nya bersembunyi dalam lemari" lapor pria yang memegang pistol mengarahkan ke kepala Hana saat sudah di tangga terakhir.
"Kau bermain dengan wanita juga?? Lihat lah.. Dia sangat tipe ku" kagum Kelvin melihat dari atas sampai bawah tubuh Hana, karena Hana memakai kemeja polos milik Leon.
"Singkirkan mata mu" peringat Leon sembari mengatupkan rahang nya, dengan tubuhnya bahkan menghalangi Hana dari tatapan lapar Kelvin.
"Mataku?? Tapi.. Sayang sekali, bos kita tidak suka berlama-lama. Bawa dia" perintah Kelvin pada anak buahnya untuk membawa Leon.
Hana yang melihat Leon dibawa paksa, ia segera menghentikan pria yang bernama Kelvin tersebut.
"Jangan bawa dia, kumohon" pinta Hana dengan memohon sambil memegang pergelangan tangan pria tersebut.
"Minggir!!! Aishhh" kesal pria tersebut hingga tanpa sengaja ia memukul wajah Hana dan mendorong tubuhnya hingga membentur tembok.
Bughh
Namun Kelvin tetap jalan, dengan Leon yang diapit kedua anak buah Kelvin, dari tadi Leon sungguh menahan amarah nya bahkan tangan nya terkepal kuat, meski wajahnya tetap cuek.
Hana kesakitan hingga membuat wajahnya terluka, ia pun langsung bangun untuk mengejar nya meski terhuyung, Hana benar-benar khawatir haruskah ia melaporkan nya pada polisi.
Sampai didepan rumah, mereka masuk dalam mobil, Hana hanya diam melihatnya, tangan nya terkepal karena diluar masih hujan deras.
"Jangan" tanpa sadar ia pun meneteskan air mata nya.
Dua mobil dinaiki oleh anak buah Kelvin serta Leon mulai melaju keluar gerbang, Hana berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menerjang hujan, meski trauma akan hujan, kaki telanjang nya keluar dibawah rintikan hujan.
Terlihat mobil sudah hampir keluar pagar, dengan tekadnya Hana mengejar mobil tersebut hingga tak perduli dengan air hujan lagi padahal ia langsung basah kuyup.
"Tidak!! Jangan pergi!!" Teriak Hana yang percuma mobil itu pergi, Hana pun berlari hanya beberapa meter keluar gerbang. Namun ia telah berhasil mengatasi phobia nya terhadap hujan.
Didalam mobil Leon melihat ke belakang, Hana yang berlari dalam hujan lewat jendela belakang mobil.
Hana yang menangis dalam hujan, melihat mobil semakin menjauh dalam kegelapan hutan. Bahkan dingin pun semakin menusuk kulit.
Dua mobil itu terus melaju, Leon tetap tenang duduk ditengah kedua anak buah Kelvin dengan kedua tangan nya terikat, sedangkan Kelvin berada di mobil depan.
"Kalian akan menyesal karena perjalanan mobil ini akan menuju ke neraka" tutur Leon dengan datar.
Yang mendengarnya pun bingung, namun mereka tetap diam dan fokus menyetir.
Tiba-tiba tangan Leon menuju pinggang nya terdapat pistol, tanpa aba-aba.
Dor
Cwaaakk
Satu tembakan mengenai paha si pengemudi, membuat nya meringis dan memutar tanpa sengaja stir nya.
"Aaa" ringis pengemudi dan menghentikan laju mobilnya.
Ciiitt
Dua orang yang berada di kanan kirinya ingin menghentikan Leon, namun..
Dor
Dor.
Dua tembakan terdengar, kilatan cahaya dalam mobil terlihat bersamaan dengan cipratan darah di kaca mobil bagian dalam.
Mobil depan Kelvin menyadari ada yang aneh.
"Berhenti!" Suruhnya.
Melihat ke belakang, Dua kilatan itu terlihat serta ia melihat juga darah di jendela.
"Bagaimana??" Tanya anak buahnya.
"Apa lagi, kita pergi. Kita bisa terbunuh oleh nya" ucap Kelvin pada pengemudi nya yang langsung tancap gas pergi meninggalkan mobil belakang.
Didalam mobil Leon terlihat gaduh namun telah berhenti, Dua orang yang kanan terbunuh tepat di kepala nya hingga darah nya mengotori jendela mobil, dan yang sebelah kiri nya adalah kakinya ditembak oleh Leon. Terkahir pria didepan samping pengemudi dengan smirk Leon menodongkan pistol ke pria tersebut.
"Don't shoot, please" pinta pria tersebut sambil mengangkat kedua tangannya.
"Entahlah, biasanya di bidang ini tidak ada namanya loyalitas" datar Leon yang masih menodongkan pistol.
Leon menghela nafasnya, memainkan lidah nya, seperti memainkan peran pria gila.
"Aku hanya suruhan" bela pria tersebut.
"Aku orang nya dendam, biar adil lengan kiri bagaimana?? Yang banyak dagingnya" smirk menakutkan Leon terlihat.
Dor
Perkataannya yang selalu menjadi kenyataan, pria tersebut tertembak bagian lengan kanan bukan kiri, raut wajah Leon berubah dingin kembali lalu tangan nya membuka pintu mobil, kakinya menendang pria disamping nya sehingga pria tersebut jatuh sambil meringis kesakitan.
Leon keluar dari mobil tanpa luka sedikit pun, ia berjalan ke arah villa nya dengan pistol ditangan nya. Bau anyir darah segar yang terciprat di wajahnya perlahan hilang karena air hujan menghapus nya.
Dari arah sebrang jalan ada sebuah dua mobil mendekat, itu adalah anak buahnya yang langsung turun memberikan hormat.
"Bos, maaf kami telat" sesal anak buah nya ditengah hujan.
"Tidak, kalian kembali lah, aa.. Urus mereka" jawab Leon yang langsung memerintah untuk mengurus pria dalam mobil.
Leon berjalan ke mobil dan menaikinya sendiri, dengan lihai Leon memutar mobilnya dan menuju kembali ke villa nya.
Di Villa Hana mondar-mandir diteras melihat gerbang yang terbuka lebar, jelas ia tidak bisa disini terus, diluar hujan bahkan kilat pun tidak mendukungnya keluar. Ini tengah malam Hana hanya bisa diam dan berdoa.
"Pelat nomernya, Aku ingat.. 3910 Apa Aku harus benar-benar lapor??" Monolog Hana terus khawatir.
Belum sempat untuk lapor, terlihat ada cahaya mobil mendekat, Hana melihat siapa si pengendara namun ia telah menyadari sebelum mobil itu berhenti, karena kulit Leon sangat putih Hana langsung menyadarinya. Hana sungguh bernafas lega.
Saat mobil nya berhenti, Leon keluar belum sempat melangkah, Hana berlari dan berhambur ke pelukan Leon hingga membuat Leon tersentak pelan, ia tidak menyukai tubuhnya disentuh apalagi dipeluk, baru Leon ingin menjauhkan tubuh Hana, namun pelukan Hana semakin erat dan hangat meski keadaan ditengah hujan lebat.