NovelToon NovelToon
Shadow Of The Old Promises

Shadow Of The Old Promises

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Galaxy_k1910

Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.

Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.

Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paragraf Merah

2 tahun berlalu.

Sanika sedang berdiri di depan kaca, memperhatikan ekspresi wajahnya yang kosong. Mata biru Sanika melirik ke foto di ujung meja belajarnya. Itu foto dirinya ketika masih kecil.

"Kemana hilangnya senyuman manismu itu, Sanika?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Kenapa matamu kehilangan semangat hidupnya?"

Puk!

Sanika menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Dia mulai menghilangkan pertanyaan-pertanyaan tidak berguna itu dalam kepalanya.

"Fokus Sanika."

Ting Dooong!

Bel kamar apartemennya berbunyi. Ketika berjalan mendekati pintu ujung mata Sanika melihat sebuah surat undangan. Hal yang jarang terjadi mengingat perkembangan teknologi yang ada. Kebanyakan orang akan mengundang jalur internet karena biasanya undangan berbentuk surat mudah hilang.

Sanika mengambil undangan itu. Melihat adanya simbol sayap dan gerbang di stempel surat tersebut Sanika langsung tahu siapa pengirimnya.

"Sekarang sudah waktunya aku ke sekolah itu ya."

Segera, Sanika pergi ke kamar dan bersiap untuk hari pertama di sekolah Aegis Gale.

.

.

.

SMA Aegis Gale.

SMA Aegis Gale adalah sekolah paling elit di negeri ini, berdiri megah di puncak bukit yang dikelilingi hutan. Bangunannya bergaya klasik dengan pilar tinggi dan dinding marmer putih, memberikan kesan mewah dan berwibawa. Gerbang besarnya dihiasi lambang sekolah berbentuk perisai, simbol kekuatan dan kebijaksanaan.

Sekolah ini memiliki taman luas yang rapi dengan jalan-jalan berbatu yang menghubungkan gedung kelas, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas olahraga. Di perpustakaannya siswa dapat belajar dalam suasana tenang dan penuh cahaya alami.

Seragam para murid sedikit berbeda dengan seragam sekolah pada umumnya. Di sini baik perempuan maupun pria menggunakan celana panjang yang membedakan ada di bagian baju mereka.

Baju perempuan memiliki desain jubah agak panjang dan menggunakan pita.

Sekolah ini tidak hanya fokus pada para calon awakening, tapi juga pada pengembangan keterampilan seni, olahraga, dan etika, menjadikan siswa-siswanya siap menghadapi masa depan dengan penuh percaya diri.

Seperti itulah gambaran umum orang-orang tentang sekolah ini. Sayangnya mereka semua tidak tahu sisi gelap dari sekolah ini.

Sanika memasuki gerbang sekolah dengan langkah pelan. Berbeda dengan wajah siswa-siswa lain yang menampilkan wajah percaya diri, Sanika justru hanya memasang wajah datar Tampa ekspresi.

Kehidupan pengangguran selama kurang lebih 2 tahun membuatnya tidak terbiasa bangun pagi.

Di saat para siswa mulai memasuki aula penyambutan, Sanika justru pergi ke ruang kepala sekolah.

Tok!

Tok!

"Ini aku," kata Sanika.

Pintu berbahan besi tipis itu terbuka otomatis. Terlihat sang kepala sekolah, Agis Donovan sedang membaca berkas berisi daftar siswa baru di sekolah.

Sanika pun masuk dan duduk tepat di depan wanita itu.

Agis menaruh kembali berkasnya. "Aku sudah menepati janjiku dengan mengijinkan mu memasuki sekolah ini. Sekarang giliranmu."

Remaja berambut hitam itu tersenyum tipis. "Terima kasih."

Sanika lalu mengambil ponselnya. Dia lalu memperlihatkan pada Agis sebuah daftar nama orang yang sudah ditandai oleh spidol hijau, merah dan kuning.

"Nama yang ditandai dengan warna hijau adalah mereka yang tidak berniat melakukan balas dendam. Warna merah adalah mereka yang perlu diwaspadai dan masih aktif bekerja. Warna kuning untuk mereka yang tidak diketahui sedang merencanakan apa sekarang."

Begitu selesai membaca daftar nama itu, Agis menatap Sanika dengan lekat. "Apa kami bisa percaya padamu tentang ini?"

Dengan senyuman tipis Sanika berkata. "Saya tidak peduli dengan kepercayaan anda, nyonya Agis."

Sanika tiba-tiba menoleh ke salah satu sudut ruangan. "Saya juga tidak akan memberitahu anda lebih lanjut meski anda menyiksa saya dengan metode penyiksaan nomor satu."

Sosok yang selama ini bersembunyi di sudut ruangan kepala sekolah itu pun menampilkan dirinya. Seorang pria tua berbadan kekar dengan seragam guru.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya pria tua itu.

Sanika hanya tertawa kering lalu beralih kembali pada Agis.

"Nama-nama yang tertera di daftar itu adalah nama yang sedang mereka gunakan saat ini. Anda bisa tahu siapa mereka melalui nomornya bukan?"

Agis menganggukkan kepalanya perlahan.

"Baguslah. Kalau begitu saya pergi dulu, ada upacara penyambutan yang harus saya datangi."

Sebelum pergi Sanika memberikan pesan singkat pada Agis Donovan.

"Lebih baik anda tidak menganggu beruang yang sedang hibernasi."

Krieet!

Pintu pun tertutup. Pria tua tadi berjalan mendekati kepala sekolah.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Agis menatap bawahannya itu dengan heran. "Sepertinya kamu tidak mencurigai anak itu. Kenapa?"

"Karena... Tatapan anak itu sama seperti mereka, Paragraf Merah. Tatapan orang yang sudah pernah berhadapan langsung dengan kematian."

"Begitu ya."

Paragraf Merah. Kedengarannya itu seperti gabungan dari dua kata yang kurang cocok dan berkaitan dengan ilmu bahasa. Tidak akan ada yang menyangka jika Paragraf Merah adalah julukan untuk sekelompok awakening tak terdaftar yang telah dilatih begitu keras untuk menjadi mesin pembunuh.

Merekalah yang menjadi sisi kelam dari Agis Donovan sang kepala sekolah.

Beliau memang bukan orang yang mengurus langsung proses pembentukan pasukan rahasia tersebut dan beliau hanya berperan sebagai salah satu donatur terbesar bagi organisasi itu.

Sekitar 12 tahun yang lalu. Ada sebuah rumor tentang sebuah organisasi rahasia yang berniat melatih anak-anak untuk menjadi calon awakening yang hebat. Mereka akan berjanji akan memberikan uang bulanan pada keluarga para calon awakening.

Walau terdengar mengiurkan, faktanya itu hanyalah kegiatan jual beli manusia yang tidak terlihat dalam pengawasan pemerintah.

Ketika jumlah token calon awakening yang direncanakan kurang maka organisasi rahasia itu akan menculik anak-anak dari panti asuhan atau jalanan.

Organisasi rahasia itu telah melakukan serangkaian percobaan pada anak-anak. Mengakibatkan kematian massal dari calon awakening itu.

Dari yang awalnya berjumlah 1.000 orang kini hanya tersisa 50 orang yang berhasil bertahan hidup. Mereka disebut Paragraf Merah. Sebuah unit rahasia yang menjadi kebanggaan organisasi rahasia tersebut.

Sayangnya, kebanggaan mereka itulah yang membuat organisasi rahasia tersebut hancur tak tersisa. Tak hanya itu saja, orang-orang yang berada dibelakang kegiatan tersebut perlahan-lahan hilang tinggal nama.

Satu-satunya yang berhasil selamat adalah Agis Donovan. Wanita itu beruntung karena dia tidak pernah menggunakan identitas aslinya ketika melakukan kontak dengan organisasi tersebut.

Tapi, seperti kata pepatah. Sepandai-pandainya tupai melompat pada akhirnya akan jatuh juga. Beberapa anggota Paragraf Merah sudah mengetahui identitas asli Agis dan berniat membereskan wanita itu.

Untungnya Sanika sudah memberikan beberapa daftar orang-orang yang harus diwaspadai oleh Agis. Sanika juga berpesan jangan coba-coba mengganggu mereka lebih dulu. Karena itu hanya akan membuat masalah lebih banyak.

Sisanya terserah pada Agis sendiri. Akankah ia mengabaikan pesan dari Sanika atau malah menurutinya.

#

#

#

Arkara Rajendra. Seorang remaja yang kini berusia 15 tahun tengah jatuh hati untuk pertama kali dalam hidupnya. Dan perempuan yang berhasil mencuri hati remaja ini adalah seorang kakak kelas.

Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar kencang ketika mendengar suara sang pujaan hati yang tengah berpidato di depan panggung itu.

Namanya Amaya Volkof. Seorang ketua OSIS yang berhasil menyumbang beberapa mendali emas dalam bidang seni. Di tambah lagi dia sendiri adalah ketua dari ekskul seni.

Selain itu, Amaya juga memiliki kepribadian yang tegas dan disiplin serta berwajah cantik. Tak heran jika ada banyak siswa yang mengidolakan perempuan itu.

"Kira-kira, apa aku bisa mendapatkan perhatian dari Amaya ya?" Batin Arkara.

"Lagi mikirin siapa Ar, sampek telingamu merah gitu?" Tanya Erlan dengan nada menggoda.

Ya, itu Erlan, teman lama Arkara ketika masih bersekolah di SMP kota Ujung Batu. Arkara sendiri cukup terkejut mendengar teman Playboy-nya ini mendapatkan beasiswa dari sekolah Aegis Gale. Meskipun beasiswa yang dia dapatkan hanya untuk uang bulanan sekolah saja.

"Aku gak lagi mikirin siapa-siapa."

"Oh ya?" Erlan tersenyum tipis. "Terus kenapa dari tadi kau ngeliatin ketua OSIS?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Ya karena dia-"

"Dia cantik kan?" Seorang yang duduk di belakang mereka tiba-tiba menyela pembicaraan.

"Ya, dia can, Eh, bukan! Itu karena kita harus menghargai kak Amaya yang sedang berpidato."

Walau sempat salah tingkah, Arkara berhasil menetralkan wajahnya kembali. Namun sayangnya kedua siswa tadi tentunya tidak langsung mengabaikan gelagat Arkara barusan.

Keduanya saling tatap dan memikirkan hal yang sama.

Puk!

Puk!

Siswa yang duduk di belakang itu menepuk punggung Arkara. "Yang kuat ya bro. Sainganmu banyak soalnya. Di tambah lagi ada rumor kalau kak Amaya itu pernah nolak 10 cowok dalam satu hari."

"Buset! Kalo aku jadi dia sudah aku pacari mereka semua," ujar Erlan.

"Lebih baik kalian berhenti bicara. Kakak OSIS ngeliatin kita tuh," kata Arkara yang kembali fokus mendengarkan.

Deg!

Erlan dan siswa tadi langsung merinding ketika merasakan tatapan tidak enak dari salah satu anggota OSIS yang sedang mengawasi.

Satu hal yang belum diketahui oleh Arkara tentang perempuan pujaan itu adalah, fakta jika nama Amaya berada dalam daftar yang telah Sanika beri pada kepala sekolah. Di tambah lagi, nama Amaya Volkof telah diberi tanda warna kuning.

Paragraf Merah nomor 5. Amaya Volkof.

1
Celing Danakarya 0211
karakternya ada yang reinkarnasi ada juga yang mengulang waktu kembali ceritanya seru.
Siswa Rey
kalau tidak ada awakening terus gimana mereka mengalahkan raja iblis?
Galaxy_k1910: manusia berkemampuan khusus ada cuman mereka disebut pahlawan bukan awakening.
total 1 replies
Dian
Semangat trus berkarya thor 💪🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!