Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Bertemu Kembali
Bab 24
Hubungan Andhira dan Argani di atas ranjang lagi panas-panasnya. Laki-laki itu sampai mengubah kamar sebelah yang tadinya ruang kerja menjadi kamar anak yang lengkap dengan area bermain, untuk Arya. Lalu, ruang kerja dipindahkan ke lantai bawah, kamar yang dahulu ditempati oleh Andhira dan Arya.
Agar tidak hamil, Andhira memutuskan untuk di KB sampai Arya disapih. Karena dia ingin memberikan yang terbaik untuk putranya.
Hari-hari berlalu dengan indah dan penuh kebahagiaan bagi keluarga kecil Andhira, tidak terasa sudah waktunya libur kenaikan tingkat. Andhira dan Argani berencana untuk pergi berbulan madu. Arya juga sudah disapih, ini lebih cepat dari perkiraan mereka.
Andhira dan Argani pergi honeymoon ke Lombok. Sekalian melihat proses pembangunan resort yang sedang dalam tahap akhir.
"Sayang, ayo!" Argani membuka pintu kamar mandi.
"Sebentar, Mas. Ini juga gara-gara Mas yang minta jatah lagi," balas Andhira sambil menutupi tanda-tanda merah di lehernya dengan menggunakan scraf.
Si pelaku hanya tersenyum senang. Dia memang tidak bisa menahan diri ketika melihat penampilan Andhira yang semakin cantik dan seksii. Untungnya wanita itu merupakan istri yang penurut dan bisa membahagiakan suami.
Keduanya berjalan saling bergandengan tangan menuju ke lift. Begitu pintu terbuka, mata mereka terbelalak ketika melihat ada Putri sedang berciuman dengan seorang laki-laki paruh baya. Keduanya belum sadar dengan keadaan sekitar. Mereka berciuman dengan sangat liar.
Andhira menutup muka Argani dengan tas tangannya agar tidak melihat perbuatan mereka berdua. Dia sungguh merasa jijik melihat saudara tirinya melakukan hal itu dengan laki-laki yang bukan suaminya.
"Hei, pasangan yang tidak punya rasa malu! Kalau mau bermesraan di dalam kamar bukan di tempat umum seperti ini," teriak Andhira dan berhasil membuat pasangan mesuum itu menghentikan perbuatannya.
Putri langsung membenarkan baju bagian atas, sehingga dadanya kembali ditutup. Dia juga menurunkan rok mini yang sudah naik ke atas.
"Pak Argani?" Wajah laki-laki yang bersama Putri menunjukkan rasa terkejut.
Merasa namanya dipanggil, Argani menurunkan tas yang menutupi mukanya. Dia bisa melihat dengan jelas wajah orang yang bersama Putri.
"Wah, Pak Sandi sekarang Anda lagi dekat Putri! Bukannya Anda adalah teman baik dari Pak Dewanto. Pastinya tahu kalau Putri adalah wanita peliharaannya," ujar Argani.
"Lalu, apa masalahnya? Mereka tidak terikat hubungan pernikahan," balas Pak Sandi dengan tatapan mengejek.
"Ya, mereka tidak terikat hubungan pernikahan. Tapi, bagaimana dengan Anda? Anda, kan, punya istri juga beberapa anak dan cucu. Apa tidak merasa bersalah sudah mengkhianati mereka?"
Argani mulai menunjukkan rasa tidak suka kepada laki-laki yang pernah menggoda Mama Aini dan membuat Papa Anwar marah juga salah paham.
Andhira tidak habis pikir kepada Putri yang lebih gila kelakuannya daripada Bu Rosdiana. Saudara tirinya itu menjalin hubungan dengan banyak laki-laki di waktu bersamaan. Dia bukan seorang wanita panggilan, tetapi wanita murahan yang suka menjerat para pengusaha kaya yang mata keranjang dan suka sama wanita yang memiliki tubuh menggoda.
"Istriku sudah tua dan tidak bisa memberikan kepuasan kepadaku di atas ranjang. Tapi, dia juga tidak mau aku ceraikan karena tidak akan ada yang memberinya uang jika berpisah denganku. Anak-anakku tidak pernah mau ambil pusing masalah orang tuanya karena mereka juga punya banyak masalah. Jadi, kamu tidak perlu ikut campur urusan kehidupanku," jelas Pak Sandi. "Lalu, soal Pak Dewanto, dia tidak akan marah selagi semua proyek kerja sama kita berjalan lancar."
Argani dan Andhira merasa mual mendengar ucapan Pak Sandi. Keduanya memilih untuk tidak masuk ke dalam lift daripada harus satu tempat yang sama dengan pasangan itu.
"Aku tidak begitu tahu dengan kehidupan yang dijalani oleh Putri, kenapa sampai seperti ini. Apa dia tidak berpikir dengan karma yang akan dia dapatkan karena sudah menyakiti hati para istri yang suaminya dia goda?" Andhira merasa merinding mengingat pemandangan tadi di dalam lift.
"Sejak masih kuliah Putri dikenal sebagai wanita pemuas para lelaki. Aku tahu itu karena dia satu kampus dengan Dhika. Banyak teman-teman Dhika yang membicarakan tentang dia. Putri juga kadang ikut kumpul-kumpul dengan Dhika dan teman-temannya. Aku pertama kali melihat Putri ketika diminta untuk menjemput Dhika."
"Apa, dia hanya jadi wanita pemuas napsu para lelaki saja tanpa meminta bayaran?" Andhira tidak menyangka.
"Mana aku tahu. Aku bukan temannya," balas Argani dan Andhira tertawa terkekeh.
"Apa dia tidak takut terkena penyakit H.I.V?"
"Makanya aku sampai memberi peringatan kepada Dhika jangan sampai melakukan hubungan badan dengan wanita yang jelas-jelas suka tidur dengan banyak laki-laki. Karena beresiko terkena penyakit menular dan berbahaya."
Andhira jadi kepikiran tentang mendiang suaminya. Apakah Andhika dahulunya suka tidur dengan kekasihnya? Dia teringat dengan anak Selena yang sekarang sudah tumbuh besar. Dia melihat wajah anak itu memang tidak ada kemiripan dengan Andhika, tetapi wajahnya mirip Selena. Sama seperti dirinya yang memiliki wajah yang cenderung mirip ibunya.
***
Argani merasa puas karena pembangunan resort sudah mencapai 80%. Semua berjalan sesuai dengan perencanaan.
"Sayang, mau berenang?" tanya Argani ketika mereka jalan-jalan ditepi pantai.
Banyak orang yang berenang dan bermain wahana air di pantai itu. Terutama orang-orang berwajah bule, mereka terlihat sangat menikmati liburannya.
"Yakin, Mas mau mengajak aku berenang?" tanya Andhira dengan tatapan nakal.
"Berenang di kolam renang pribadi yang ada di hotel," jawab Argani sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Muka Andhira berubah merah padam. Karena mengingatkan kejadian kemarin. Kaki dia mengalami kram ketika berenang, sampai membuat Argani panik setengah mati melihat istrinya tenggelam, yang awalnya dikira bohongan.
"Kita lomba, yang menang akan dipijat sampai puas," kata Argani. Dia tahu istrinya senang dipijat, apalagi jika merasa tubuhnya kaku dan sakit.
"Cuma pijat saja?" tanya Andhira merasa tidak yakin.
"Kalau mau lebih juga tidak apa-apa," jawab Argani tertawa terkekeh.
Keduanya kembali ke hotel. Mereka makan siang dahulu sebelum kembali ke kamar.
"Mas, aku ke toilet dulu, ya?"
Andhira kebelet ingin buang air kecil ketika masuk ke dalam restoran. Dia percayakan menu makanan kepada suaminya. Karena laki-laki itu tahu apa yang dia sukai dan yang tidak.
Lagi-lagi Andhira melihat Putri di restoran ketika berjalan menuju ke toilet. Namun, wanita itu duduk seorang diri. Tidak ada Pak Sandi bersama dengannya.
Tidak mau ambil pusing Andhira berjalan terus menuju ke arah Timur. Kebetulan toilet untuk pengunjung ada di lorong menuju ke taman hotel.
"Laki-laki itu sekarang ada di Hotel Bimasakti bersama dengan istrinya. Kali ini jangan sampai gagal."
Andhira yang sedang berjalan mendengar suara yang tidak asing, tetapi tidak tahu milik siapa. Dia merasa perkataan orang itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk kepada orang lain, terlebih lagi orang yang sedang dibicarakan menginap di hotel yang sama dengannya.
"Dasar orang jahat! Dimana-mana selalu saja ada orang seperti ini. Ingin mencelakakan orang lain demi kepuasan dirinya sendiri," batin Andhira yang terus berjalan menuju ke toilet pengunjung.
***
Teka-teki kecelakaan yang terjadi di masa lalu mulai terkuak. Siapa pelaku sebenarnya? Ikuti terus ceritanya.