Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raya Reed
Bulan ke 2, Tahun 1244
15 tahun setelah penyerangan Kerajaan Kokki'po.
Siang itu, Frank Reig sedang berjalan mengitari Pemukiman Utara yang berada di wilayah Kerajaan Kokki’po. Pemukiman ini terletak di perbatasan antara Kerajaan Kokki’po dan Kerajaan Nos’aetos. Dia adalah seorang pengembara yang berasal dari wilayah Elosy, yang terletak di utara Prosdimos. Elosy merupakan wilayah yang dijaga oleh NATURE, Sang Pengendali Kayu.
Frank Reig lahir di Kerajaan Aetoura, yang merupakan tempat hunian para Half-blood Rajawali. Warna kulitnya, yang berwarna kecoklatan, sangat berbeda bila dibandingkan dengan orang-orang di wilayah Prsdimos. Orang-orang disini memiliki warna kulit putih kekuningan, bahkan ada beberapa wanita terlihat memiliki kulit putih yang begitu halus.
“Ayolah...”
Frank berusaha menyadarkan dirinya tentang keberadaan Elise, wanita yang menjadi kekasihnya. Tubuhnya bergidik membayangkan Elise yang pastinya akan meremukkan tulang-tulangnya jika mengetahui bahwa ia sedang memperhatikan keindahan tubuh wanita-wanita muda disekelilingnya.
“Dimana dia sekarang?” tanyanya dalam hati.
Dia mengingat kembali pertemuannya dengan Elise di Tharrios (wilayah yang dijaga oleh Elementary Owner WATER). Saat itu, Elise sedang memporak-porandakan gerombolan perampok yang sedang menjarah barang-barang milik penduduk yang berada di Pemukiman Barat, Kerajaan Drastanos, yang berdekatan dengan Kuil Nemos (Kuil Air).
Wanita yang terlihat begitu liar, buas, dan sedikit angkuh. Itulah kesan pertama saat dia melihatnya. Wanita yang berpegang teguh pada keadilan dan kebenaran yang dia percaya. Yang akhirnya membuat dirinya jatuh cinta.
Tapi, sekarang dia mungkin sedikit menyesal telah jatuh cinta kepada wanita itu. Elise ternyata benar-benar egois dan tak pernah mau kalah. Perempuan yang hanya tahu cara mengepalkan telapak tangannya.
Frank mendesah pelan membayangan seberapa beringas Elise saat sedang marah.
Kemudian dia menatap sekelilingnya. Orang-orang menjalankan aktivitasnya dengan tenang seperti yang biasa terlihat dimana-mana, seperti tidak terjadi apa-apa. Mungkin runtuhnya Kerajaan Kokki’po, akibat penyerangan Half-blood Harimau, tidak terlalu berdampak dan mempengaruhi kehidupan mereka.
Tidak... Tentu tidak mungkin seperti itu.
Dilihatnya sekali lagi dengan seksama para penduduk yang berada di sekitarnya. Terlihat, meskipun samar-samar, mata mereka yang dipenuhi oleh ketakutan dan kecemasan. Mereka semua hanya berusaha menjalani kehidupan mereka seperti biasa, semua untuk bertahan hidup.
Meskipun berada dekat dengan perbatasan Kerajaan Nos’aetos, tidak terlihat tanda-tanda akan adanya bala bantuan dari kerajaan itu untuk mengatasi masalah di sini. Mungkin dia tidak dapat menyalahkan kerajaan itu, yang sekarang pun masih sibuk mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan The Tiger Kingdom (kerajaan yang dibangun para Half-blood Harimau yang meliputi wilayah-wilayah yang telah dikuasainya) yang datang terus bertubi-tubi.
Lalu Frank berjalan kembali dan melihat suatu pemandangan yang menarik di depan sebuah toko buah. Seorang gadis kecil, yang mungkin berusia sebelas sampai dua belas tahun. Ia sedang mendapat teguran keras dari seorang (mungkin) pedagang.
Mungkin gadis ini mencuri beberapa buah dari si tuan pedangang.
Terlihat gadis itu berusaha merayu dengan wajah memelas untuk mendapatkan ampunan dari si tuan pedagang. Ia terlihat seperti (mungkin) memohon-mohon agar dirinya dilepaskan.
Dan permainan ini berakhir kemenangan gadis kecil itu.
Tuan pedagang membelai lembut rambut gadis kecil itu dengan senyuman.
“Ah, sepertinya rayuan si kucing kecil itu telah berhasil membuai lawannya."
Frank tersenyum, dan melanjutkan perjalanannya lagi.
***
Sudah cukup lama dia berteduh untuk melenyapkan letih, di pohon yang berada di tepian Pemukiman Utara Kokki'po. Saat kemudian dia melihat seorang gadis, yang ternyata si kucing kecil yang nakal itu, berjalan menghampirinya.
“Paman, bukan orang sini kan?”
“Kenapa menurutmu begitu?”
“Tentunya aku dapat mengetahui itu. Lihatlah,” lanjut gadis itu sambil menunjuk lengan Frank yang kala itu tidak terbungkus pakaian, “kulit paman benar-benar berbeda dari kami. Dan,” gadis itu beralih menunjuk mata Frank, “mata milik paman tidak seperti milik kami. Terlihat… membelalak seperti akan keluar.”
Frank tertawa riang mendengar perkataan gadis kecil itu.
“Kau tahu,” lanjutnya, “justru bagiku matamu itu,” menunjuk ke arah mata gadis kecil depannya, “terlihat seperti... Ya... seperti terpejam dan aku pun berfikir keras bagimana kau, dengan matamu itu, dapat berjalan kemari?”
Terlihat olehnya ekspresi masam di wajah si kucing nakal itu. Frank lalu menunjukkan wajah penuh kemenangan, dengan maksud untuk menggoda si kucing nakal yang berada di depannya.
Beberapa saat kemudian Frank melanjutkan perkataannya.
“Ya, aku memang bukan berasal dari kerajaan ini. "
Frank melirik dan melihat gadis itu telah kembali menatapnya dengan penasaran.
“Aku berasal dari kerajaan yang terletak jauh disana, yang bernama Aetoura, yang berada di wilayah Elosy. Apa kau tahu Elosy?”
“Tentu, bukankah itu adalah wilayah yang dimiliki oleh Elementary Owner NATURE.”
“Bukan dimiliki,” Frank mengkoreksi jawaban si gadis kecil, “tapi dijaga. Keduanya benar-benar berbeda.”
“Lalu, kenapa sekarang Paman berada di sini?”
Kemudian Frank menceritakan petualangan serta pengembaraannya di berbagai tempat mulai dari perjalanannya saat di Tharios hingga tempatnya berpijak saat ini, Prosdimos. Tidak lupa, dia juga menceritakan pertemuannya dengan wanita, yang telah menjadi seseorang yang istimewa baginya, saat ia berada di Tharios. Wanita yang membuatnya mati kutu. Perempuan dengan kepalan tangan yang lebih keras dari batu.
Tanpa terasa matahari pun mulai tenggelam, dan gadis kecil itu berpamitan kepadanya. Saat ia hendak berlari kembali, Frank memanggilnya.
“Hei, gadis kecil!” teriaknya. Kemudian ia bertanya, “Siapa namamu?”
“Raya... Raya Reed."
Kemudian gadis itu melambaikan tangannya sambil berlari kecil menjauh dari Frank, dan berteriak.
“Sampai jumpa, Paman!”
Frank pun melambaikan tangannya membalas salam yang diberikan padanya. Dia tersenyum kecil mengiring kepergian si kucing kecil itu.
“Tunggu sebentar,” katanya tiba-tiba pada dirinya sendiri. “Apa gadis itu, bagi Elise, dapat dihitung sebagai seorang wanita?”
Tubuhnya kembali bergidik membayangkan tulang-tulangnya yang (mungkin) akan diremukkan oleh Elise. Kemudian ia menutup mata dan kembali beristirahat di bawah pohon itu lagi.
***
Raya pulang dengan senyuman menghiasi wajahnya. Ia telah bertemu seorang paman yang menarik. Paman yang menceritakannya berbagai macam hal yang tidak diketahuinya. Paman dengan segudang pengetahuan (mungkin).
Sejak awal dirinya menyadari bahwa paman itu telah mengawasinya saat dia sedang ditegur oleh Paman Elias yang telah menangkap basah dirinya saat sedang mencuri satu buah jeruk kegemarannya di toko. Mungkin nanti saat dirumah, bukan mungkin tapi pasti, dia akan mendapatkan babak tambahan dari kedua orangtuanya.
“Ah, sudahlah. "
Sepertinya Raya memutuskan untuk tidak terlalu memperdulikan hukuman tambahan dari kedua orang tuanya.
Kemudian dia melangkah dengan riangnya, berharap esok dia akan bertemu lagi dengan paman itu.
"Siapa nama paman itu?"
Kemudian ia menoleh kebelakang.
“Besok aku akan menanyakannya...”
Dia pun melanjutkan perjalanannya, dan tentunya berharap esok ia dapat berjumpa kembali dengan paman yang menarik itu.
Esok hari dan diwaktu yang sama, dia menjumpai paman itu tepat persis di bawah pohon yang berada di tepian pemukiman seperti hari sebelumnya.
Frank Reig Sang Pengembara.
Raya memberi julukan kepada teman barunya. Dia kemudian menceritakan hal ini kepada kedua orang tua-nya. Berjalannya dengan waktu, dirinya dengan teman barunya itu, Frank Reig Sang Pengembara, semakin terlihat dekat. Mungkin, karena mereka berdua sebenarnya memiliki sifat sama. Jenaka, sedikit usil dan menyukai petualangan. Akhirnya, ia pun semakin sering menghabiskan waktunya bersama Frank di pohon yang sama, yang terletak di tepian pemukiman.
****
" Dia berjalan menyusup ke dalam duniaku,
Membawa segudang keajaiban dan keganjilan yang mempesona,
Seperti sebuah buku yang tanpa memiliki akhir.”
😂
😂