Vanila Fedora, gadis berusia 27 tahun itu tiba-tiba di culik oleh kedua orang tuanya yang dulu sudah menelantarkan dirinya. Wanita itu dipaksa menikah dengan mantan suami kakaknya demi anak kecil yang bernama Baby Fiona Barnett. Vanila juga di paksa oleh Calvin Barnett pria yang akan menjadi suaminya untuk melahirkan seorang putra yang akan menjadi penerus keluarga Barnett. Seperti apa kehidupan rumah tangga Vanila dan Calvin ? Yuk kepoin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Bibir Ranum Milik Calvin
Calvin melonggarkan dasinya saat ia memasuki apartemen lalu duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya, hari-harinya ia lalui seperti biasanya di mana dirinya sibuk bekerja dan menjalankan aktifitasnya yang sudah terjadwal.
Namun hal itu membuatnya merasa sangat bosan, ia bahkan tidak bisa menikmati hidup dengan anaknya. Hanya sekedar mengajaknya berliburpun sangat sulit baginya dengan jadwal yang sangat padat.
Calvin menatap ke kanan dan ke kiri, ia mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan itu.
“Bik, di mana Baby?” Tanya Calvin, ia baru sadar jika di apartemen ini ada Baby dan juga Vanila. Jika di rumah mertuanya jam 7 malam Baby sudah terlelap karena jadwalnya yang sibuk membuat anak itu cepat tidur sampai dirinya nyaris jarang bertemu jika bukan di pagi hari waktu sarapan pagi.
Bi surti bergegas lari mendekati sang majikan. “Non Baby sedang main di kamarnya dengan nyonya Vanila, Tuan.” Jawab Bi Surti.
Kening Calvin mengerut. “Main? Dia belum tidur bi?” Tanya Calvin lagi heran karena biasanya Baby sudah tidur.
“Belum tuan, non Baby tadi siang tidur dengan Nyonya jadi mungkin itu alasan sekarang Non Baby masih bangun.” Jawab bi Surti yang sama bingungnya.
Calvin pun hanya mengangguk, ia lalu bangkit dari duduknya karena penasaran apa yang sedang di lakukan dua perempuan itu.
Suara teraikan dari dalam kamar membuat Calvin melangkah lebih cepat, namun saat ia membuka pintu kamar suara teriakan tadi hilang begitu saja. Calvin masuk ke dalam kamar yang sangat berantakan dengan berbagai mainan yang berserakan di lantai.
Calvin pun melangkah lebih dalam lagi untuk melihat kondisi kamar itu.
Calvin menoleh ke arah belakang karena merasa jika ada seseorang di belakangnya, tepat saat ia berbalik tubuhnya langsung terjatuh di atas tanjang.
Dua perempuan berbeda usia itu langsung menjerit dan menerkam tubuh Calvin, Baby naik ke arah dada sang Daddy sambil menodong pistol, sementara Vanila duduk di pinggang pria itu sambil menodong dengan senapan.
Calvin semoat terkejut namun rupanya senjata yang menodongnya hanya senjata mainan.
“Angkat tanganmu Dad, kalau tidak kami akan menembakmu.” Ucap Baby sambil tersenyum.
Bukannya takut justru Calvin malah merasa gemas melihat putrinya yang berani menyerang dirinya, Calvin pun mengangkat tangannya dan pura-pura mengalah.
“Ampun jangan tembak Daddy.” Ucap Calvin.
Baby tertawa. “Maaf Dad, kami akan tetap menembakmu! Ayo serang Mom.” Ucap Baby. Lalu mereka berdua pun mulai menempekan senjata yang mereka pegang di setiap inci tubuh Calcin sampai pria itu merasa geli dan meronta minta ampun.
“Dorr… dorr… dorrr…” ucap Baby memperagakan suara pistol.
Jika Baby membuat Cavin geli karena Baby menembak Calvin di bagian perut dan ketiaknya, berbeda dengan Vanila yang juga melakukan hal serupa dengan Baby namun bukan membuat Calvin geli, Vanila justru membuat ular kobra yang ada di balik sangkarnya menegang karena gesekan yang tidak sengaja di lakukan Vanila.
“Ampun Nak.” Ucap Calvin sambil tertawa, Baby malah semakin tertawa sampai membuat bi Surti, mba Lastri dan Erwin melihat dari kejauhan karena pintu yang terbuka.
Mereka bertiga tersenyum haru karena baru melihat Calvin dan Baby yang terlihat bahagia dengan keluarga kecil itu.
Calvin langsung membuat Vanila dan Baby terjatuh di atas ranjang, ia balas menggelitiki keduanya sampai mereka berdua meronta dan meminta ampun.
“Ampun, tolong berhenti Kak!” Pekik Vanila karena ia sudah lelah tertawa. “Aku janji tidak akan membalas mu lagi aku sudah tidak sanggup.”
Setelah menatap Vanila ia pun menatap Baby yang masih belum menyerah.
“Ampun Dad.” Ucap Baby akhirnya sampai membuat Calvin pun berhenti menggelitiki keduanya.
Calvin ikut membaringkan tubuhnya di antara kedua anak dan istrinya. Mereka bertiga menatap langit-langit di kamar itu dengan nafas yang terengah-engah.
“Tunggu! kenapa kalian main, mainan laki-laki?” Tanya Calvin saat baru menyadari jika anaknya adalah seorang anak perempuan.
Calvin pun menoleh ke arah kiri di mana Vanila berada, Vanila yang merasa di tatap pun ikut menoleh.
“Ada apa?” Tanya Vanila dengan kepala yang menggeleng. “Bukan aku yang menberinya mainan itu, kami hanya memainkan mainan yang ada di sini.” Ucap Vanila jujur.
“Bohong.” Ucap Calvin ia pun langsung bangkit dari tidur nya dan berdiri di hadapan anak dan istrinya yang kini duduk dan menatap ke arahnya. “Dapat dari mana mainan itu? Kamu anak perempuan Baby, kamu harus main mainan perempuan.” Ucap Calvin.
“Baby tidak salah, aku yang salah karena aku pikir jika pistol itu ada di kamar Baby itu artinya dia boleh memainkannya.” Bela Vanila sambil memeluk Baby yang kini sudah menjadi anaknya.
“Mampus.” Gumam Erwin, ia perlahan mundur dari tempat itu dan pergi karena dialah orang yang sudah menyiapkan semua jenis mainan untuk putri Tuannya.
bik Surti dan mba Lastri melihat kepergian Erwin, mereka pun bergegas itu pergi dari tempat itu.
“Tapi Baby senang hali ini Dad.” Gumam Baby dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan nangis sayang, Baby gak salah. Mommy yang salah jadi Baby jangan takut oke?” Ucap Vanila sambil mengelus-elus pipi bulat anaknya.
“Tapi kalna Baby Mommy kena malah, Mommy jangan pelgi kalna Daddy malah sama Mommy.” Ucap Baby, ia takut jika Vanila akan meninggalkannya setelah bertengkar dengan Daddynya dama seperti dulu saat Bella dan Calvin bertengkar dan pergi meninggalkan dirinya yang sedang menangis meminta Bella tetap berada di sisinya.
Calvin menatap anaknya dan istri barunya itu, jika tadi saat bermain Vanila terlihat seperti kakak bagi Baby kini Vanila malah terlihat seperti sosok seorang ibu saat Baby menangis dan butuh perlindungan.
“Daddy tidak marah pada Mommy mu sayang, Daddy hanya tidak mau jika Baby main mainan anak laki-laki. Daddy—“ ucapannya terhenti saat Baby melepas pelukan Vanila dan beralih memeluk dirinya.
“Baby janji tidak akan main pistol lagi Dad, asal Daddy janji tidak malah pada Mommy dan janji jangan buat Mommy pelgi dali Baby.” Ucap bocah cadel itu.
Calvin memeluk tubuh kecil itu dengan dada yang terasa sakit, ia tidak pernah mendengar Baby memohon demi Bella tapi demi Vanila anak ini rela melakukannya.
Calvin menatap Vanila yang ada di hadapannya dengan wajah serius. “Ya, Daddy janji jika Mommy Vanila akan dan selalu ada bersama kita.” Jawabnya dengan serius.
Vanila yang ada di depannya pun menggidik ngeri, ia merasa merinding mendengar ucapan Calvin sampai susah menelan salivanya sendiri.
“Makasih Daddy.” Ucap Baby langsung mencium pipi Daddy nya dan merangkul leher sang Daddy. “Baby juga sayang Mommy.” Ucap Baby sambil menjulurkan tanggannya untuk meminta Vanila untuk mendekat.
Vanila pun mendekat, Baby langsung mencium pipi Vanila lalu memeluk leher Vanila dan Calvin sampai kedua wajah orang dewasa itu berdekatan.
Baby menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Calvin dan memeluk leher kedua orang tuanya dengan erat sampai membuat Vanila menahan nafasnya karena jarak wajahnya dengan Calvin terlalu dekat.
Tanpa sadar Vanila menatap bibir ranum Calvin yang ada di depan matanya, entah mengapa dadanya tiba-tiba berdebar saat melihat bibir ranum itu mulai mendekat.
“Tidak! Tidak mungkin dia akan menciumku kan?” Tanya Vanila dalam hatinya saat melihat bibir Calvin mendekat.
.
To be continued…
ga bertele tele..
q suka thooor..