Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.
Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.
Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.
Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Pikiranku terus berputar, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi. Ummi Ratna, yang selama ini kulihat sebagai sosok yang penuh kasih dan perhatian, mengungkapkan sesuatu yang sangat mengagetkan. Tanpa diduga, ia berkata bahwa ia ingin aku dan Galaksi segera menikah.
Kami berdua tak pernah terlibat dalam hubungan yang jelas, hanya saja perasaan yang tumbuh di antara kami terasa begitu kuat. Kami saling mengerti, saling berbicara dalam diam, dan kadang kala, ada sedikit keraguan tentang apa yang sebenarnya kami rasakan satu sama lain. Namun, semua itu terungkap begitu saja ketika aku duduk berdua dengan Ummi Ratna di ruang tamu rumahnya.
Aku yang selama ini hanya merasa ada ikatan emosional dengan Galaksi, kini menjadi pusat perhatian yang tiba-tiba berubah menjadi lebih serius. Aku sendiri masih bingung, apakah aku siap dengan langkah besar ini.
"Senja," suara Ummi Ratna terdengar penuh kehangatan, namun tegas. "Ummi tahu hubungan kalian berdua selama ini hanya sebatas perasaan, tetapi sudah cukup lama ummi melihat kedekatan ini. Ummi tak ingin kalian terus berlarut dalam kebimbangan, apalagi jika hubungan ini terus berlanjut tanpa ikatan yang jelas. Kalian berdua harus segera menikah."
Degh!
Aku terdiam mendengar perkataan itu. Sebelumnya, aku dan Galaksi tak pernah benar-benar membicarakan masa depan kami dengan serius. Kami memang merasa nyaman satu sama lain, tetapi perasaan itu belum sempat berkembang lebih jauh. Lalu, kenapa Ummi Ratna begitu yakin?
"Ummi, tapi kami belum siap," jawabku dengan suara pelan, mencoba meyakinkan diriku sendiri. "Kami baru saja mulai mengungkapkan perasaan kami satu sama lain."
Ummi Ratna menatapku dengan lembut, tetapi matanya penuh ketegasan. “Senja, Ummi sudah melihat kedekatan kalian sejak lama. Ummi tahu kalian saling menyayangi, tetapi perasaan itu belum halal jika kalian terus berdua tanpa ikatan yang jelas. Kita tahu ajaran agama kita dengan baik, bukan? Lebih baik kalian segera melangkah ke pernikahan daripada menunda-nunda.”
Galaksi yang sejak tadi diam, akhirnya mengangkat wajahnya, terlihat bingung dan sedikit terkejut. “Ummi, Senja dan Gala... kami baru saja jujur pada perasaan kami. Apakah ini waktu yang tepat untuk membicarakan pernikahan?”
“Tidak ada waktu yang lebih tepat,” jawab Ummi Ratna tegas. “Ummi membawa Senja ke sini bukan hanya untuk berkenalan. Ummi ingin kalian berdua menjaga batasan yang benar dan mendapatkan keberkahan dalam hubungan ini. Pernikahan adalah langkah yang tepat.”
Perkataan Ummi Ratna membuatku terhenyak. Aku belum pernah membayangkan perasaan yang mulai tumbuh antara aku dan Galaksi akan sampai ke tahap ini, dan sejujurnya, aku masih merasa ragu. Tetapi, melihat ketegasan di mata Ummi Ratna, aku juga tak bisa mengabaikan nasihatnya. Beliau sudah menganggapku seperti anaknya sendiri, dan ini bukan sekadar soal hubungan biasa, tapi soal menjaga kebaikan dan keberkahan.
Namun, ketika Galaksi meraih tanganku dengan lembut, seakan mencoba memberi dukungan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ummi Ratna seketika menarik tanganku dengan lembut, mengalihkan aku dari genggaman Galaksi.
“Gala!” suara Ummi Ratna terdengar lebih serius, “Kalian berdua belum menjadi mahram. Hubungan tanpa status halal adalah hal yang sangat Ummi hindari. Ummi tidak ingin kalian terjebak dalam perasaan yang belum sah. Tidak ada yang lebih baik daripada melangkah ke pernikahan dengan niat yang benar dan mendapat keberkahan.”
Aku terdiam, merasa sedikit terkejut dengan tindakan Ummi Ratna yang begitu tegas. Galaksi juga terlihat bingung dan agak kaku. Kami berdua baru saja merasa ada kebersamaan yang lebih dekat, tetapi ternyata, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa diterima begitu saja menurut norma yang lebih besar.
Aku menarik napas dalam-dalam, mencerna semua yang baru saja terjadi. Di satu sisi, aku merasa terhormat karena Ummi Ratna begitu peduli dan ingin yang terbaik untuk kami. Namun di sisi lain, aku merasa cemas. Apakah aku siap untuk melangkah ke pernikahan secepat ini? Perasaan yang tumbuh di antara aku dan Galaksi masih sangat baru. Apakah aku benar-benar siap menjadikan hubungan ini lebih serius?
"Ummi, aku... aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya," kataku akhirnya, dengan suara pelan. "Aku tak tahu apakah aku siap menikah secepat ini dengan Galaksi. Aku ingin memastikan semuanya benar-benar sesuai dengan niat yang baik."
Ummi Ratna menatapku dengan penuh perhatian, sepertinya sudah tahu apa yang aku rasakan. "Senja, ini bukan keputusan yang bisa ditunda-tunda. Ummi hanya ingin kalian berdua menjaga batasan yang benar dan tidak terjebak dalam perasaan yang bisa menjerumuskan. Tapi, aku mengerti kalau kalian butuh waktu untuk berpikir."
Galaksi menatapku dengan tatapan penuh pengertian, seolah ia juga merasakan kebingunganku. "Aku juga ingin kita berpikir dengan matang, Senja. Kalau memang kita harus melalui ini, aku ingin kita melakukannya dengan niat yang benar."
Aku mengangguk pelan, berterima kasih karena Galaksi tidak memaksaku untuk segera mengambil keputusan. Aku tahu bahwa perasaan yang tumbuh di antara kami adalah sesuatu yang berharga, tetapi aku tak bisa mengabaikan keraguan dalam hatiku. Aku butuh waktu untuk memikirkannya lebih dalam, untuk memastikan bahwa langkah besar ini adalah yang terbaik untuk kami berdua.
Ummi Ratna akhirnya menghela napas, tersenyum lembut meski masih ada kekhawatiran di matanya. "Ummi menghargai keputusan kalian untuk berpikir, tetapi jangan terlalu lama, Senja. Keputusan ini penting, dan ummi yakin kalian bisa menemukan jalan yang benar."
Aku merasa sedikit lega mendengar kata-kata Ummi Ratna. Aku tahu beliau hanya menginginkan yang terbaik untuk kami. Dengan langkah yang hati-hati, aku akan memikirkan semuanya, agar bisa mengambil keputusan yang benar untuk masa depan kami.
To Be Continued...
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi