Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Anak Kandung
"Fi, lo lagi di mana?" tanya Langit di seberang telepon.
"Masih di kampus, bro. Lo kenapa?" jawab Raffi.
"Gue butuh catatan kuliah minggu ini, Fi. Bisa nggak lo kasih ke Sandra? Suruh dia bawain ke rumah gue." pinta Langit.
"Kenapa nggak lo sendiri yang ambil? Oh, iya, lupa... Lo lagi diskors. Gimana kalau gue aja yang nganter?" goda Raffi.
"Nggak usah, Fi. Gue nggak mau nyusahin lo. Titipin aja ke Sandra. Dia tahu rumah gue." tolak Langit.
"Yakin? Sandra kayaknya bakal berat ke sana. Lo tahu, dia masih trauma ketemu keluarga lo, kan?"
Raffi memastikan apa yang dikatakan Langit.
"Iya, gue tahu. Tapi sekarang keadaannya beda. Gue yang ngurus nyokap di rumah lagi sakit karena kebetulan beliau syok gue diskors. Lo kan tau bokap gue udah lama nggak tinggal di sini. Dia udah cerai sama nyokap. Jadi gak ada yang ngurus beliau" jelas Langit.
"Loh, serius? Lo nggak pernah cerita. Nyokap lo gimana sekarang?" tanya Raffi.
"Dia stress, Fi. Tapi gue sabar ngurus dia. Gue cuma pengen semua baik-baik aja." jawab Langit.
"Oke, Ngit. Gue bakal kasih buku ini ke Sandra, tapi lo juga harus kasih tahu dia pelan-pelan soal kondisi di rumah lo sekarang." Raffi mengiyakan permintaan Langit.
"Thanks, Fi. Gue tahu gue bisa ngandelin lo." tutup Langit.
Ketika Sandra baru saja mengitung pendapatannya hari ini, ponselnya berbunyi. Ia melihat nama Langit di layar dan ragu sejenak sebelum mengangkat telepon. Ia segera pergi ke sudut kantin.
"Halo, Langit? Ada apa?" tanya Sandra.
"Sandra, Raffi titip catatan buat aku. Bisa nggak kamu bawain ke rumah aku? Aku lagi nggak bisa keluar." jawab Langit.
"Ke rumah kamu? Langit, aku nggak yakin aku bisa." Sandra ragu bisa mengiyakan permintaan Langit.
"Kenapa nggak bisa? Bukannya kamu tahu rumah aku?" tanya Langit.
"Aku nggak siap ketemu keluarga kamu, Langit. Aku masih trauma. Aku nggak tahu gimana caranya aku bisa menghadapi mereka lagi." jelas Sandra.
"Sandra, kamu nggak perlu takut. Ayah aku dah nggak tinggal di sini. Mereka udah cerai, dan sekarang cuma ibuku di rumah." timpal Langit.
"Mereka cerai? Aku nggak tahu... Kenapa kamu nggak pernah cerita?" Sandra terkejut mendengar hal itu.
"Nggak banyak yang perlu aku cerita, Sandra. Ibu aku lagi nggak baik-baik aja sekarang. Dia depresi karena perceraian itu, ditambah sekarang aku lagi kena skorsing, tapi aku yang ngurus semuanya. Aku nggak perlu khawatir." jelas Langit.
"Oke, aku coba bawain catatan itu. Tapi aku nggak janji lama di sana." Sandra akhirnya mengiyakan permintaan Langit.
"Thank you, Sandra. Aku nggak tahu harus gimana kalau nggak ada kamu." tutup Langit.
Sandra tiba di rumah Langit dengan perasaan cemas. Ia mengetuk pintu dan disambut oleh ibu Langit, yang terkejut melihat kehadirannya. Sandra menyerahkan buku catatan itu, dan hampir mengusir Sandra, untungnya Langit segera datang menyambut kehadiran Sandra.
"Kamu ngapain ke sini belum puas melihat keluarga saya hancur, ya? Ternyata kamu masih punya nyali ya datang ke sini" bentak Ibu Langit.
"Iya, Tante. Saya cuma bawain buku titipan Raffi buat Langit. Saya akan segera pulang" jelas Sandra canggung.
"Halah, gak usah alasan kamu, kamu kan yang bikin Langit diskors? Sana pergi, kamu bikin masalah saja!" Ibu Sandra berusaha mendorong Sandra untuk menyuruhnya pergi.
"Ibu, ini bukan salah Sandra kok, aku yang minta dia datang memberikan buku yang dititipkan Raffi untukku" lerai Langit.
"Ini bukumu, sekarang aku pamit ya" Sandra mengeluarkan buku dan menyerahkannya ke Langit.
Saat Sandra hendak pulang, ia mengeluarkan tasnya untuk merapikan buku-buku. Namun, sebuah foto keluarga terjatuh dari dalam tas. Ibu Langit memungut foto itu dan terdiam, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Ini... ini foto siapa, Sandra?" tanya ibu Langit.
"Itu foto keluarga saya, Tante. Kenapa?" jawab Sandra.
"Ini... ini Ratna. Ratna itu ibu kamu?" selidik Ibu Langit.
"Iya, Ratna itu ibu saya. Tante kenal mama saya?" Sandra balik bertanya.
"Ratna dulu majikanku di rumah keluarga Hartawan. Kamu... kamu adalah anakku, Sandra. Kamu anakku yang aku tukar waktu itu." jelas Ibu Langit.
Mereka terkejut, namun Sandra tidak ingin berlama-lama di sana. Ia segera pamit pulang dan masih memikirkan perkataan ibu Langit tadi. Penjelasan itu sangat mengganggu pikirannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Langit duduk di ruang tamu bersama ibunya, Rani, yang terlihat cemas. Setelah Sandra meninggalkan rumah mereka barusan, Langit mulai merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh ibunya. Dengan rasa penasaran yang memuncak, Langit akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Ibu, aku mau tanya sesuatu. Waktu tadi Sandra ke sini, aku lihat Ibu terlalu emosional melihat foto keluarganya. Ada sesuatu yang Ibu sembunyikan, kan?" selidik Langit.
Rani menunduk, tangannya gemetar memegang cangkir teh. Ia mencoba menghindari tatapan Langit, tetapi air mata mulai menggenang di matanya.
"Langit, kamu nggak akan mudah menerima ini. Tapi... ya, ada sesuatu yang harus Ibu katakan." Rani mulai membuka pembicaraan.
"Ibu, aku harus tahu. Ini tentang Sandra, kan? Kenapa Ibu seperti sangat mengenalnya? Apa yang sebenarnya terjadi?" desak Langit.
"Sandra... dia adalah anak Ibu." jujur Rani
Langit terdiam, matanya membelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Apa maksud Ibu? Sandra anak Ibu? Kalau gitu, aku siapa?!" desak Langit.
"Kamu... kamu adalah anak Ratna. Kamu aku tukar dengan Sandra di rumah sakit waktu itu." jelas Rani.
"Ibu tukar? Kenapa aku harus ditukar? Kenapa Sandra yang jadi anak Ibu?" Semua pertanyaan keluar dari mulut Langit.
"Itu semua karena kesalahanku. Ibu merasa hidup ibu tidak cukup layak untuk membesarkan Sandra. Aku ingin Sandra punya kehidupan lebih baik, jadi aku menukar dia dengan kamu. Tapi Ibu juga punya alasan lain." jelas Rani.
"Ratna adalah anak dari istri kedua kakekmu. Kakekmu punya dua istri, Langit. Nenek aslimu adalah istri keduanya, sementara aku anak yang berasal dari keluarga istri pertama kakekmu . Sejak awal, ada hubungan rumit antara keluarga kita dan keluarga Ratna." sambung Rani.
"Jadi, Sandra... dia cucu dari istri pertama kakekku? Dan Ibu menukar Sandra dengan aku karena alasan itu? Dan ayah telah meniduri anak kandungnya sendiri?" Langit masih mencoba mencerna apa yang sebenernya telah terjadi pada keluarganya.
"Ayahmu yang selama ini mengurus kamu bukan ayah kandung Sandra. Aku telah menikah dua kali, dan kemarin adalah suami keduaku. Jadi ayahmu tidak meniduri anak kandungnya" jelas Rani.
"Berarti ayah kandungku yang telah meniduri Sandra? Pada saat usia Sandra masih kecil? Aku sangat tidak habis pikir dengan pemikiran semua orang, kita harus segera menyelesaikan permasalahan ini"
"Ayah kandungmu meniduri Sandra? Pada usianya yang masih belia? Kamu tahu dari mana Langit" Rani terkejut dengan fakta yang disampaikan Langit.
"Iya, dia telah meniduri Sandra. Sandra yang mengatakannya sendiri. Ibu tidak tahu kan, bahwa selama ini keputusan ibu salah. Walaupun Sandra hidup di dalam keluarga yang kaya raya, tapi ia tersiksa. Karena Keluarganya masih tidak terima anak mereka, Ibu tukar dengan anak Ibu, jadi mereka balas dendam dengan menyakiti Sandra" jelas Langit, suaranya meninggi.
Rani terkejut dengan fakta bahwa keputusannya membawa petaka kepada anak kandungnya sendiri, ia kira Sandra akan memiliki hidup yang layak jika hidup di dalam keluarga kaya raya.
"Baik, Ibu akan membongkar kebenaran ini. Tapi tidak dalam jangka waktu dekat, karena Ibu masih belum siap kehilanganmu dan bertemu dengan Sandra. Ibu harus mempersiapkan diri" Rani menyetujui saran Langit untuk membongkar semua fakta ini.
Awalnya Langit marah pada ibunya, namun ia tetap berusaha untuk memahami keadaan ibunya. Ia akan menunggu ibunya sampai ia siap untuk membongkar kebenaran ini.
Misal.
"Aw, rasanya nyeri sekali. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tetap saja rasanya sakit. Dia terlalu kasar di atas ranjang," ucap Sandra bla bla bla.
mmpir juga ke ceritaku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
tolong mampir lah ke beberapa novel aku
misal nya istri kecil tuan mafia