Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Support Keluarga
Mau bagaimana lagi? Begitulah Zafran, sering usil kepada Zafira sesuka hatinya. Apalagi menyangkut Fariz, Zafran condong membela Fariz daripada Zafira. Itu karena Zafran sering dibuat kesal dengan tingkah Zafira yang selalu mengacuhkan Fariz bahkan hampir membuat Fariz frustasi saat acara pernikahan Zafira yang dilangsungkan beberapa waktu lalu.
"Zafran, sudahlah. Kamu selalu meledek adikmu. Kasihan dia sedang sedih sekarang" tegur mama Laras kembali namun kali ini sambil mendelikkan bola mata memberi peringatan pada Zafran yang hanya dijawab dengan cengiran oleh sang putra.
Papa Arga yang sedari tadi hanya berdiam diri, akhirnya beranjak mendekati Zafira. Duduk di samping anaknya. Dia pun mengambil alih memeluk putri kesayangannya tersebut dari dekapan mama Laras. Zafira kembali menangis di pelukan sang papa.
"Papa setuju dengan saran mama dan Zafran. Kamu tenangkan dirimu dulu dan bersabarlah sedikit. Beri jeda kepada Fariz untuk menenangkan diri. Jika dia sudah cukup tenang, papa yakin dia akan kembali ke rumah," papa Arga menghibur anak kembarnya sambil memberikan usapan hangat di pundaknya.
"Tapi pa.., Zafira tidak bisa menunggu terlalu lama. Zafira ingin ada Fariz di rumah. Zafira tidak mau sendirian tinggal di rumah," Zafira mengeluarkan isi hatinya.
"Heeii anak papa" papa Arga menoel hidung Zafira.
"Kamu tidak sendirian di rumah. Masih banyak para asisten rumah tangga serta pekerja lain yang menemanimu dan bisa menjagamu. Kamu harus tetap tinggal di rumahmu. Kalau Fariz sewaktu-waktu datang dan tidak menemukanmu di rumah, kamu harus memberi jawaban apa? Baru ditinggal sebentar kamu sudah keluyuran kemana-mana," nasehat papa Arga sambil tersenyum membelai rambut putrinya.
Zafira terdiam mencoba menela'ah setiap perkataan sang papa. Apa yang dikatakan papanya sedikit banyaknya membuat fikirannya lebih terbuka. Benar, dia tidak boleh meninggalkan rumah. Apapun yang terjadi dia harus tetap tinggal di rumah, menunggu sampai Fariz kembali. Itu adalah pilihan yang tepat.
"Sekarang berhentilah menangis. Papa yakin, Fariz pria yang baik. Dia pergi dari rumah pasti hanya untuk sementara. Papa juga yakin, jika sampai Fariz mengambil keputusan bahkan jalan yang salah, dia pasti akan menyesal seumur hidupnya"
Zafira merasa heran dengan perkataan yang diucapkan sang papa.
"Mengapa Fariz akan menyesal pa?," kini Zafira terlihat sedikit mendongak menatap sang papa dengan tanda tanya besar di kepalanya.
"Ya, maksud papa kalau sampai di luaran sana dia melakukan sesuatu yang menyimpang, misalnya pergi ke diskotik apalagi sampai dekat dengan wanita malam, dia pasti akan menyesal karena telah mengambil jalan yang salah. Dan penyesalannya akan bertambah besar jika tahu kalau Ronald yang merencanakan semua ini dan kau tidak bersalah sama sekali dalam kejadian ini. Jadi percaya pada papa. Semuanya akan baik-baik saja. Ini bukan kesalahanmu sayang..," ujar papa Arga menepuk-nepuk pelan pundak Zafira memberi ketenangan pada buah hatinya.
Setelah mendengar penjelasan papa Arga, hati Zafira pun sedikit mulai tenang. Dia semakin mempererat pelukannya ke tubuh kekar sang papa walaupun telah mulai dimakan usia. Tetapi di balik ketenangannya, masih terselip perkataan papa Arga yang mengganggu fikirannya.
"Tapi pa..."
"Apa lagi?" potong papa Arga melepaskan pelukan menatap anak gadisnya dengan senyum lembut seorang ayah yang selembut mentari pagi.
"Bagaimana kalau Fariz benar dekat dengan wanita malam seperti yang papa katakan tadi?" Zafira mengungkapkan kegelisahannya.
"Haha, haha, haha..." spontan papa Arga tertawa lepas membuat gelegar di seluruh ruangan.
"Kenapa papa tertawa?," Zafira bingung, dan ketiga orang yang ada di sana pun tak kalah bingung melihat tingkah papa Arga yang tiba-tiba mengejutkan mereka.
"Sayang, dengarkan papa. Anak itu mana mungkin mau dekat dengan wanita malam. Pergi ke dunia malam saja tidak pernah. Mukanya saja penakut seperti itu pada wanita, mana mungkin berani dekat dengan wanita lain selain kau. Jadi kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Tugasmu sekarang adalah, ubah semua sikapmu selama ini. Mungkin selama ini kamu kurang memperhatikannya. Mulai sekarang coba berikan perhatian sesungguhnya. Yah, maksud papa perhatian dari seorang wanita, bukan perhatian dari seorang sahabat. Kamu mengerti maksud papa?"
Zafira tegas menganggukkan kepala, merasa sangat faham apa yang dimaksud papa Arga.
Bayangan masa lalu kembali terbersit di fikirannya. Dimana dulu dia sangat memperhatikan Fariz tetapi hanya sebagai seorang sahabat. Seiring berjalannya waktu ternyata perhatiannya itu hari demi hari menjadi sebuah kebiasaan. Dan kebiasaan tersebut berubah menjadi cinta. Ya, cinta yang tanpa dia sadari telah tumbuh sejak dulu yang dia sendiri tidak faham kapan rasa itu mulai bersemi di hatinya. Namun yang jelas hari ini terbukti sudah, jika dia sangat mencintai pria itu dan tidak akan sanggup hidup tanpa dirinya.
"Iya pa, Zafira akan melakukan apa yang papa katakan. Terima kasih pa" Zafira mencium pipi papa Arga dengan senyum tipis.
"Nah ini baru anak papa. Ceria dan selalu tersenyum" papa Arga mengacak lembut rambut Zafira yang disambut senyuman kecil dari sang anak.
"Baiklah, sekarang demi memuaskan hatimu. Papa, mama dan Zafran akan mengantarkanmu ke rumah mertuamu. Kita pastikan apakah Fariz pulang ke sana,"
Manik mata Zafira yang tadinya kosong menjadi sedikit berbinar. Dipegangnya pundak sang papa menatapnya penuh pengharapan.
"Benarkah? Papa dan yang lainnya akan menemani Zafira ke rumah mama Tina?,"
"Sejak kapan papa pernah berbohong padamu?," papa Arga tersenyum mengelus rambut putrinya.
"Ayo, kita berangkat sekarang. Jangan membuang waktu," perintah papa Arga yang langsung diikuti mama Laras, Zafira serta Zafran. Hanya oma Mayang yang diminta menunggu di rumah.
Sesampainya di rumah mama Tina, Zafira langsung mencurahkan semua isi hatinya kepada mama serta papa mertuanya. Setelah menceritakan semua, mama Tina pun mengangguk tanda mengerti dengan penjelasan sang menantu.
Perlahan dengan wajah serta sikap yang tenang mama Tina meraih kepala gadis cantik itu yang dia tahu betul bahwa anaknya sangat mengagumi serta menggilai-nya tanpa kata menyerah.
Kini Zafira berada di pelukan mama Tina dengan nyaman. Wanita paruh baya itu memeluk Zafira dengan lembut dan tidak terlintas sama sekali dalam benaknya untuk menyalahkan anak dari sahabatnya itu.
Dia tahu kalau semua hanya kesalah-fahaman. Bukan setahun, dua tahun dia mengenal Zafira tetapi sudah hampir seperempat abad. Jadi tidak perlu diragukan lagi betapa dia sangat mengenal sifat serta karakter dari putri kesayangan di keluarganya tersebut.
Tidak hanya menuruni sifat dari mamanya yang memiliki hati baik serta tulus, Zafira juga sedikit menuruni sifat sang papa, tidak pernah ada kata menyerah sebelum mendapatkan maaf dari orang yang telah disakiti hatinya. Meskipun dalam hal ini, Zafira sebenarnya tidak bersalah, namun tetap saja dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan maaf serta merengkuh kembali cinta dari sahabatnya.
...*****...