Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belerang Beracun
Ambulans berdatangan, memasuki daerah terpencil hutan kawah, sebanyak dua ambulans. Semua orang yang ada di hutan kawah telah turun dari atas hutan yang muncak tinggi itu. Berbondong-bondong melihat kejadian yang tengah menimpa rombongan Alumni SDIMT.
Sedangkan kini, para alumni SDIMT itu sedang berduka, mereka berkumpul di depan tenda masing-masing dimana ditengah-tengah nya mereka berdiri itu, telah berjajaran mayat kelima temannya.
Suara tangisan memenuhi hutan kawah, tak terkecuali teman yang laki-laki juga. Mereka semua meskipun hanya sekedar meneteskan air mata, mereka sedang menangis.
Berat rasanya hati mereka semua melepaskan kepergian teman-temannya itu. Keluarga yang dirumah, yang sedang berduka, belum dikabari sama sekali. Mereka tak ada yang berani memberikan kabar duka tersebut.
Isti, Zahra, Putra, Nuha dan Diyah adalah teman masa kecil mereka semua, tak ada kata tak kenal pada kelima temannya itu. Namun, Permata perlahan mengambil hp nya dari saku celananya.
Permata berjalan mendekati Bara, sambil berkata, "Bara... Sepertinya aku saja sebaiknya yang harus memberikan kabar ini pada keluarga teman-teman kita yang meninggal. Aku takut jika tak mengabari, mereka malah syok berat." ucap Permata, dimana kedua matanya masih menyisakan air mata. Tapi dia cukup tegar, hingga saat berkata pada Bara tak ada sesenggukan tangisan lagi.
Bara pun menoleh, saat Permata mengatakannya. Dia menjawab, "Baiklah aku setuju. Silahkan kabari keluarga pihak berduka. Karena ini juga penting untuk mereka." ucap Bara. Dia menyetujui ide Permata.
Bara merasa, jika berada di posisi keluarga yang sedang berduka, dia marah jika tak dikabari terlebih dahulu tentang semua hal ini.
Permata berjalan ke arah menjauhi kerumunan orang-orang yang melihat mayat teman-temannya itu. Tepat saat pihak ambulance hendak memasukkan mayat-mayat itu ke dalamnya. Permata menelpon satu persatu pihak keluarga yang berduka.
"Assalamualaikum... Bu ini saya Permata... Teman dari Isti..." tak sanggup rasanya Permata untuk mengatakannya, dia malah merengek, "Maafkan kami Bu... Isti kecelakaan di hutan kawah. Dia sekarang sedang dibawa oleh ambulance menuju ke kota." jelasnya di telpon.
Sedangkan di seberang sana. Seorang Ibu yang sedang Permata kabari itu, mendengar dari suara telepon ada suara ambulance pun langsung terkejut. "Apah?!!!"
Semua satu persatu yang Permata kabari, semuanya terkejut, tak terkecuali pihak keluarga Putra yang masih saudara sepupu dengan Isti, pihak keluarga Zahra, yang hanya sisa nenek dengan sang ibu dalam keluarganya. Pihak keluarga Nuha dan pihak keluarga Diyah. Semuanya terkejut setelah mendapatkan kabar kematian sang anak.
Mereka semua bergegas menuju ke rumah sakit yang sedang dituju oleh ambulance yang membawa mayat-mayat tersebut.
Rombongan alumni SDIMT juga tak ketinggalan, mereka juga langsung pulang di hari Minggu pagi itu. Walaupun perkemahan mereka sebenarnya masih sampai sore harinya. Tapi mereka sudah mengakhiri perkembangan tersebut dengan berakhirnya pula nyawa kelima teman mereka.
Bus rombongan alumni SDIMT pun berangkat menuju pulang. Namun pikiran mereka masih belum bisa melupakan kejadian tersebut, terutama setelah mendengarkan penjelasan dari timsar pencarian orang hilang saat di lokasi kawah.
...****************...
"Guys teman kita hilang! Isti dan Diyah dari kelompok dua. Zahra dari kelompok enam. Putra dari kelompok lima. Dan Nuha dari kelompok tiga." Permata mengatakan dengan terkejut saat itu, tepat saat hilangnya kelima teman-teman mereka.
Dimana saat itu seketika langsung lah mereka kompak mencari, masing-masing kelompok berpencar untuk mencari teman mereka yang hilang. Namun, setelah satu jam mereka mencari, tetap tak kunjung mereka temukan titik temu.
Kembali mereka berkumpul. "Seperti kita harus bertindak ke rencana berikutnya." ucap Rangga mengusulkan. "Aku akan melapor ke timsar pencarian orang hilang disini. Agar mereka bisa membantu kita. Karena hanya mereka yang tau seluk beluk medan rute disini." ucap Rangga.
"Baik aku setuju." ucap Bara segera menyahut.
Rangga pun tak lama kemudian kembali bersama para timsar pencarian orang hilang di hutan kawah itu.
Mereka berpencar, masing-masing kelompok ditemani oleh tiga timsar sekaligus. Karena untuk mempercepat pencapaian.
"Kita harus cepat. Disini adalah hutan kawah yang penuh dengan belerang. Jika tidak cepat, akan terlambat." ucap salah satu timsar, saat itu. Sembari terus berjalan mencari.
"Memangnya apa yang akan terjadi?" tanya Zulfa saat itu, dimana timsar yang bersama dengan kelompok nya Zulfa yang memang sedang menjelaskan nya.
"Teman kalian bisa dalam bahaya." hanya itu jawabannya.
Setelah empat puluh menit pencarian, akhirnya satu persatu teman mereka ditemukan. Yang pertama kali ditemukan adalah Diyah. Dimana dia tampak seperti orang yang tergelincir disalah satu sepatunya begitu banyak lumpur belerang yang menempel. Tak jauh dari ditemukannya Diyah, satu persatu semuanya ditemukan.
Namun, timsar berkata, "Mereka sudah tiada." saat itulah semua teman-teman itu pun menangis histeris. Terutama Roro, dimana dia memiliki suara yang memang lantang, dia menangis histeris atas kematian sekaligus kelima temannya.
Timsar pencarian menjelaskan, "Kemungkinan besar, teman-teman kalian tergelincir saat menaiki hutan menuju kawah, saat itu gelap. Dan kalian tidak tau kalau kalian kehilangan jejak mereka. Dan mereka pun tampaknya sudah lama terjebak disini. Satu teman kalian ini sebenarnya bisa diselamatkan, namun naas nya dia juga tewas kasusnya sama seperti teman kalian yang telah tewas lebih dulu. Mereka semua murni kecelakaan, mereka menghirup gas belerang terlalu banyak, pastinya awalnya mereka tak langsung meninggal, mereka awalnya hanya sesak nafas.
Namun, sekali lagi.... Tak ada yang tau dan mendengar suara mereka meminta tolong. Hingga mereka pun kejang-kejang dalam waktu yang lama hingga akhirnya mereka menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka sebenarnya manusia manusia yang kuat, mereka cukup mampu menahan beberapa jam menghirup gas belerang beracun itu.
Namun posisi mereka tergelincir juga tak dapat dihiraukan lagi, mereka jatuh dekat dengan gas belerang yang sangat beracun. Kami timsar pencarian hutan kawah mengucapkan turut berdukacita atas kematian kelima teman-teman kalian semua. Semoga arwahnya tenang disana. Dan semua amal ibadah nya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. aamiin ..." ucapnya mengakhiri penjelasannya yang panjang lebar.
...****************...
Kejadian dan pernyataan timsar saat itu benar-benar tak dapat mereka lupakan, dimana setelah penjelasan dari timsar itu semuanya menangis tak henti-hentinya. Hingga akhirnya ambulans membawa mayat teman-temannya, barulah tangisan mereka mereda, walaupun masih ada sisa tangisan di kelopak mata mereka.
Bus melaju kencang, sisa tangisan yang belum kering, semakin melengkapi rasa sedih menjadi rasa kantuk saat itu di dalam bus. Sebagian dari mereka terlelap tidur di dalam bus dalam perjalanan pulang. Sebagian pula dari mereka tidak, karena masih belum bisa melupakan apalagi tertidur dalam keadaan genting seperti itu.
"Aku sangat menyesal atas kematian kalian. Tapi aku tidak menyangka akan seperti ini jadinya." ucap Bintang dalam hatinya. Dia terdiam duduk di atas kursi sandar dalam bus. Disampingnya dia duduk dengan Shad yang telah terlelap. Bintang masih saja melamun, dia belum menerima apa yang baru saja terjadi menimpa teman-temannya itu.
.
.
.
lanjutannya besok 😘